Chapter 38

7.8K 505 61
                                        

Happy Reading

________________________*_*

"Lo mau mecahin kepala gue? Yakin?"

Wulan tersenyum miring. "Kenapa enggak?"

Audie menunduk sambil tertawa ringan, tawa yang membuat wajahnya semakin manis.

"Gimana caranya lo mau mecahin kepala gue? Kalo lo megang pistol aja masih gemeteran!"

Audie tak kuasa menahan tawanya, akhir akhir ini. Dia mudah tertawa, tidak seperti biasanya.

"HAHAHAHA! ANJIM, BENGEK GUE!"

Wulan menatap Audie sengit. "Diem atau gue tembak lo sekarang juga!"

Masih dengan tawa yang menghiasi wajahnya, Audie menatap Wulan berani.

"Yakin tembakan lo ga bakal meleset?" Audie mengangkat satu alisnya.

"Kenapa enggak? Lo gabisa gerak sekarang." Wulan tersenyum mengejek.

"Gabisa gerak gimana?"

"Lo lupa? Lo udah gue iket di kursi itu!" geram Wulan.

"Mangsudmu ikatan ini?" tanya Audie polos dengan tangannya yang diangkat ke udara. Tangan kanan membawa pisau, dan tangan kiri membawa pistol.

Wajah Wulan yang semula tersenyum, menjadi diam setelahnya.

"G-gimana bisa?"

(FYI = Pisau, dan Pistol dikasih sama Ely diam diam tadi. Alice ga jadi nelfon, karena Audie keburu manggil tadi).

Audie mendekat ke arah Wulan. "Gue udah pernah bilang, jangan coba main main sama gue!" nada Audie menjadi dingin, seperti biasanya.

"Diem disitu atau lo gue tembak!" ancam Wulan.

Audie berhenti ditempat, lalu mengarahkan pistolnya ke kepala Wulan.

"Gue tau, ini bukan pertama kalinya lo mau ngebunuh orang. Tapi sayang, dengan lo ngebunuh sahabat lo sendiri. Itu ga bakal bikin lo santai ngebunuh orang. Gimana kalo sekarang dibalik, gue yang bakal mecahin kepala lo?"

Wajah Wulan pucat pasi, dia menggeleng pelan dan membuang pistolnya. Pistol yang sama, yang dia pakai saat membunuh sahabatnya 7 bulan yang lalu.

"Mati? Atau hidup dengan penyesalan?" tanya Audie.

"H-hi-hidup!" jawab Wulan ketakutan.

"Oke, gue setujuin keputusan bodoh lo ini. Sekarang, pakai lagi seragamnya atau gue iris tuh kulit biar darah aja yang nutupin tubuh lo."

Wulan mengangguk patuh, dia seperti orang bodoh sekarang. Berjalan untuk mengambil seragamnya, diikuti Audie yang tetap mengacungkan pistol ke arahnya.

"ELY! ALICE!"

Ely dan Alice yang tadi diam melihat ke ganasan temannya langsung sadar dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekat ke arah Audie.

"Lo?"

Ely menatap sinis Wulan.

"Bisa bisanya mak lampir kaya lo ngatain gue yang cantik ini burik! Mau gue tumis ginjal lo?"

Wulan diam. Kini kondisinya terbalik, dia yang diancam.

"Iket dia, bawa ke mobil!"

Ely dan Alice mengangguk patuh.

*

"Siapa?" tanya Refan ke Andre yang malah sibuk mengumpat.

"Alice, baru mau gue angkat malah dimatiin. Gimana sih tuh bocah!"

Audie is the QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang