Chapter 26

9.7K 539 40
                                    




Happy Reading.

______________________

Seminggu berlalu dan Audie masih nyaman menutup matanya indahnya, wajah datarnya kini menjadi pucat, tubuhnya terbaring lemah diranjang rumah sakit.

"Lo kapan bangunnya?" Refan menggenggam tangan Audie yang dingin, "Lo udah janji gak bakal kenapa napa, dasar pembohong." Refan memanyunkan bibirnya, lucu.

"Pokoknya lo harus cepet bangun! Cepet sembuh! Gue janji kalo lo bangun, gue traktir seblak kesukaan lo." Bisa bisanya bahas seblak, kan saia jadi laper :(

"Lo gak ada niatan mau bangun cepet gitu?" tanya Refan, dia tau pertanyaannya ini percuma karena tidak akan dijawab oleh Audie.

"Kalo lo gak bangun, Lauren biar gue yang ngurus ya? Kasian juga udah seminggu ditelantarin, nanti kalo mati duluan kan gak asik Au."

Cklek

"Belum sadar?" Andre masuk dengan wajah masamnya.

Refan menggeleng, "Belum ada peningkatan."

Ditengah percakapan, ponsel Refan bergetar.

"Apa?"

"........."

"Hm, saya kesana sekarang."

Andre menatap Refan yang berdiri dari duduknya, "Lo mau kemana?"

"Kantor. Katanya ada yang nyariin."

"Dimana orangnya?" tanya Refan ke sekertaris didepannya.

"Mereka menunggu diruangan bapak."

"Siapa yang memperbolehkan mereka menunggu diruanganku?" Suara dingin dan berat milik Refan mampu membuat sekertarisnya menunduk ketakutan.

"M-maaf pak, tapi mereka memaksa."

Refan menggeram kesal, belum ada yang berani masuk keruangan miliknya tanpa seizinnya.

"Bakal gue bunuh orang itu," desis Refan.

Saat pintu terbuka, pemandangan pertama yang dia lihat adalah sepasang suami istri.

'Pasangan yang lancang masuk keruanganku,' batin Refan.

"Lancang sekali kalian masuk ke ruanganku." Pasangan itu menoleh, mendapati Refan tengah menatap mereka tajam.

"Kami ingin berbicara denganmu, nak."

Refan terkekeh sinis, "Nak? Sejak kapan kalian memanggilku 'nak' ?"

"Kami....."

**********

Andre duduk dikursi samping ranjang pasien, pandangannya tak lepas dari wajah pucat Audie.

"Lo kapan bangunnya sih dek?"

"Gue berasa ga punya semangat hidup kalo liat lo kaya gini," ucap Andre sambil mengelus rambut Audie.

"Ndre." Suara Bayu mampu membuat Andre menoleh.

Andre mengangkat alisnya seolah mengatakan 'Apa?'

"Lo mandi dulu, nih gue beliin baju tadi." Bayu menyerahkan paper bag yang berisi kaos dan celana.

"Nanti aja," balas Andre malas.

"Muka lo udah buluk gitu, gue cuma kasian sama Audie, dia udah sakit. Kalo nyium bau badan lo yang 11 12 sama bangke tikus, yang ada dia bakal lama lagi sadarnya," cerocos Bayu.

Audie is the QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang