Part 45

86 8 3
                                    

Hye Ra menebar benih harapan di kebun ketidakpastian miliknya, berharap setidaknya salah satu dapat tumbuh dan berbuah, meski itu bukan sebuah kepastian yang diyakininya. Ia membenahi pikirannya yang kacau agar tidak lagi mengacau. Ia juga menjaga hatinya yang sakit agar tidak semakin terluka.

Siang itu pertandingan final olimpiade sedang dipersiapkan di aula olah raga. Orang-orang sudah berkumpul untuk memberikan dukungan penuh pada tim sekolah. Namun Hye Ra dan Min Hee memanfaatkan waktu istirahat untuk pergi ke toilet sebentar. "Kau sudah bertemu dengan Min Gyu?" tanya Min Hee sembari mencuci tangannya di sebelah Hye Ra.

Hye Ra memandang Min Hee lewat pantulan cermin sebentar kemudian mengembalikan fokusnya lagi pada tangannya yang basah karena aliran air keran. "Belum, sejauh ini."

Hye Ra bisa merasakan sorotan mata Min Hee yang sedang menatapnya, tampak menunjukkan kekhawatiran. Ia pun segera menambahkan penjelesan pada temannya itu. "Tapi aku sudah meminta maaf padanya lewat telepon kemarin malam."

"Benarkah?" Mata Min Hee berubah berbinar.

"Jung Kook menerorku sampai larut malam," kata Hye Ra. "Dia bilang, jika Min Gyu kalah di pertandingan final hari ini, maka semua akan jadi salahku." Ia menghela napas berat karena lelah melawan keegoisannya, jadi untuk kali ini ia mengalah dan mempercayakan semuanya pada keadaan. "Aku juga berpikir yang sama," lirihnya.

"Kau tidak sepenuhnya salah. Min Gyu juga. Tidak seharusnya kalian berada dalam situasi seperti ini." Min Hee mengomentari dengan bijak. "Bukan?"

"Aku berencana menemuinya dan meminta maaf langsung padanya setelah pertandingan usai," katanya memberi tahu.

"Itu ide yang bagus." Min Hee tersenyum menyambut kembalinya Hye Ra pada teman-temannya.

Hye Ra sudah memikirkan masalah ini sepanjang malam, ia rasa ini adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya. Bukankah alasan dirinya menolak Min Gyu karena ingin mempertahankan pertemanan dengan laki-laki itu, jadi kenapa ia harus membiarkan pertemanan mereka hancur dengan cara yang sangat menyedihkan seperti ini, pikrinya.

"Tae Hyung Seonbae?" Min Hee menyebut nama itu dengan hati-hati, seolah sesuatu yang bertuah.

Sebenarnya Hye Ra sedang tidak ingin mendengar nama itu untuk sekarang ini, tapi Min Hee tidak berhak disalahkan atas kepeduliannya. Hye Ra pun hanya menggeleng pasrah. "Bagaimana denganmu?" Hye Ra memutarbalikan topik pembicaraan sampai lawan bicaranya memiringkan kepala karena bingung.

"Memangnya kenapa denganku?" Min Hee menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk.

"Apa kau jadi bertemu dengan Won Woo kemarin, saat aku pulang?" tanya Hye Ra. Ia sengaja mengalihkan atensinya agar tidak terlibat manipulasi sel-sel otaknya yang terus mengangkut nama Tae Hyung dan Min Gyu.

"Hm." Min Hee mengangguk, agak malu dan canggung. "Dia bilang sudah memberi tahu Ye Ri. Dia bilang... Ye Ri marah sambil menangis." Gadis itu menekuk wajahnya karena sedih, kemudian memandang Hye Ra dengan bola mata yang memerah. "Menurutmu, bagaimana reaksi Jung Kook nanti? Aku bahkan tidak bisa membayangkannya."

"Mungkin akan sama," jawab Hye Ra sembari menggambar adegan itu dalam kepalanya, saat dimana Jung Kook mengetahui wanita yang dicintainya mencintai laki-laki lain. Ia melihat Jung Kook yang marah dengan mata yang mengilat, menyeramkan. "Atau lebih," tambahnya. Penuturannya itu membuat Min Hee melirik dengan takut. "Sebenarnya kau sudah tahu dan bisa membayangkannya sendiri. Hanya saja sebagian dari dirimu ingin melarikan diri dari kenyataan itu." Hye Ra berpendapat.

Min Hee memelas menatapnya. "Apa kau tidak punya kata-kata manis untukku? Terkadang kejujuranmu tidak bisa kuterima apa adanya," ucapnya.

Hye Ra memikirkannya. Ia terlalu banyak tahu mengenai Jung Kook, sehingga sulit sekali baginya menemukan celah untuk memberi Min Hee satu titik harapan. "Kau ingat dua tahun lalu saat Jung Kook memutuskan untuk pergi darimu, meninggalkanmu tanpa salam perpisahan dan penjelasan?" Min Hee mengangguk. "Jung Kook yang begitu mencintaimu, atau yang terlihat begitu mencintaimu, pada akhirnya bisa hidup jauh darimu selama dua tahun dan kembali dalam keadaan baik-baik saja. Itu artinya tidak ada yang pasti, Min Hee-ya, sekalipun hati."

Season 1 (Spring) : Whisper Sweet Nothings || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang