Part 55

104 8 10
                                    

Dalam ilmu psikologi disebutkan bahwa saat seseorang bersedih, mereka cenderung percaya bahwa orang yang ada di sekitarnya bahagia. Sama seperti yang Hye Ra rasakan saat ini. Ia berjalan melewati koridor sekolah seraya menebar pandang pada orang-orang yang dilewatinya dan ia melihat wajah mereka yang berseri-seri, entah karena apa. Ia yang sebelumnya bermaksud pergi ke kantin, membatalkan niatnya itu dan lebih memilih pergi ke ruang UKS untuk tidur siang di sana.

Ia butuh ketenangan. Dan yang paling penting ia butuh waktu jeda untuk tidak bertemu dengan Min Gyu saat ini. Sepertinya perasaannya masih belum stabil sejak kejadian mengejutkan kemarin.

Jika ditanya apakah ia mulai menyukai Min Gyu atau tidak, ia sendiri juga tidak tahu jawabannya. Ia rasa ia memang cemburu pada Min Gyu, tapi tidak tahu sebagai teman atau perempuan, yang jelas hatinya menjadi gelisah sejak pertama kali mendengar berita kencan laki-laki itu dengan Ji Young.

Hormon-hormon dalam dirinya aktif tiap kali memutar adegan ciuman kemarin. Ciuman itu masih dapat dirasakan oleh bibirnya, hangat dan lembut. Ia bahkan membayangkan sesuatu yang lebih dari itu. Ia membayangkan dirinya yang membagi kemesraan dengan Min Gyu.

Ia menghela napas seraya membuang nama Min Gyu jauh-jauh dalam benaknya. Jika ia terus membiarkan nama itu menguasainya, perasaan terlarang bisa saja datang tak terelakkan. Ia harus tidur agar bisa kembali segar.

Acara tidur siangnya hampir terkabul jika saja tidak ada suara merdu yang samar-samar keluar dari ruang seni musik. Kakinya terhipnotis untuk mengikuti kemana arah suara itu datang dan melupakan tujuan utamanya menuju ruang UKS.

Hye Ra mengintip lewat celah pintu ruang seni musik, ia menemukan sosok Jung Kook yang sedang memainkan gitar sambil mengalunkan melodi tanpa lirik. Suaranya benar-benar merdu dan penuh penghayatan. Seolah-olah ada cerita di balik nyanyian tersebut.

Tiba-tiba saja ponselnya bergetar di dalam saku blazernya. Ia merogoh ponselnya dan melihat nama Min Hee tertera di layar. Ia pun segera menyambungkan panggilan. "Halo," katanya setengah berbisik karena tidak ingin mengganggu Jung Kook.

"Kau ada dimana?" tanya penelepon.

"Aku ada di..." Hye Ra hendak menyebutkan lokasinya, tapi panggilan lain mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh ke dalam ruangan saat mendengar suara Jung Kook yang memanggil nama lengkapnya. "Park Hye Ra!" panggil laki-laki itu. "Apa itu kau?"

Hye Ra yang terkejut karena suara Jung Kook refleks menurunkan ponselnya dari telinga. Ia pun membuat celah semakin lebar di pintu untuk melihat laki-laki itu lebih jelas. "Iya, ini aku," jawabnya malu-malu. "Aku sedang lewat dan tidak sengaja mendengar suaramu."

Setelah melihat sosok Jung Kook seperti ini, Hye Ra jadi sadar bahwa Jung Kook tidak pergi ke kantin. "Tapi kenapa kau ada di sini, bukan di kantin? Kau tidak makan siang?" tanyanya.

"Aku tidak lapar." Jung Kook menundukkan kepalanya sambil memetik senar gitar dengan asal, seperti mencari kunci yang pas untuk lagunya, tapi Hye Ra tidak yakin jika melihat ada gurat kecanggungan yang tergambar di wajah laki-laki itu.

Hye Ra pun berjalan masuk ke dalam ruangan untuk menemani temannya yang terlihat masih sedih. Ia duduk di salah satu kursi kosong dekat laki-laki itu. "Kau masih menghindari Min Hee rupanya." Ia menyimpulkan.

Hye Ra tidak langsung mendapat respons dari lawan bicaranya, yang menandakan bahwa tebakannya barusan benar. "Lagu apa yang kau nyanyikan tadi?" tanyanya untuk mencairkan suasana. "Sepertinya aku baru pertama kali mendengar."

"Tadi?" Laki-laki itu mengingat-ingat lagunya. "Laguku. Lagu buatanku sendiri," jawabnya.

Hye Ra terbelalak mendengarnya, antara kagum dan tidak percaya. "Kau sendiri yang membuatnya?" Ia cukup tahu kalau Jung Kook memiliki suara bagus, tapi ia tidak pernah tahu jika Jung Kook juga pandai membuat lagu original.

Season 1 (Spring) : Whisper Sweet Nothings || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang