Part 2

323 44 9
                                    

Min Hee menatap paper bag yang diletakkan di atas bangkunya. Di dalam paper bag itu ada blazer milik Won Woo yang belum sempat dikembalikan sampai sekarang. Ia terus mengulur waktu pengembalian karena tidak berani menemui si pemilik blazer, mengingat kejadian memalukan yang menimpanya minggu lalu.

"Masih belum dikembalikan?" Pertanyaan itu dijadikan sapaan pagi oleh sahabatnya yang baru saja datang. Ia melirik orang itu yang duduk di kursi sebelahnya sambil menaruh tasnya di atas meja.

Min Hee menggelengkan kepalanya lemah kemudian merengek meminta bantuan. "Hye Ra-ya, aku harus bagaimana?" tanya Min Hee kalang kabut. Ia sudah membawa keberanian di rumah, tapi langsung menciut begitu saja ketika tiba di sekolah.

"Kau mau menunggu sampai kapan? Kau harus segera mengembalikannya." Lagi-lagi Hye Ra mengulang jawaban yang sama ketika Min Hee bertanya hal yang sama. "Dia pasti butuh blazer itu." Hye Ra menunjuk paper bag di hadapan Min Hee dengan dagunya.

"Tapi aku malu." Min Hee menaruh kepalanya di atas meja sambil membayangkan dirinya menemui Won Woo, bertatap muka langsung dengan laki-laki itu yang sudah melihatnya setengah telanjang di kolam renang. Ia menutup wajahnya dengan rambutnya yang tergerai, seolah itu bisa membantunya.

"Ya sudah, jangan dikembalikan kalau begitu!" Hye Ra mulai kesal. Gadis itu juga sudah bosan mendengar kata-kata yang sama keluar dari mulut Min Hee.

"Apa aku titipkan saja pada Min Gyu?" tanya Min Hee, entah pada Hye Ra atau pada dirinya sendiri. "Tapi rasanya tidak sopan jika aku tidak mengembalikannya secara langsung." Ia menjawab sendiri.

Akhir-akhir ini ia jadi sering bicara sendiri, bertanya kemudian menjawab, memberi ide kemudian membantah ide tersebut. Ia bingung apa yang sebaiknya ia lakukan, yang bagus untuknya tapi masih bagus juga untuk Won Woo yang sudah menolongnya.

"Tidakkah kau terlalu berlebihan memikirkan semua ini?" Hye Ra bersuara lagi di sebelahnya setelah gadis itu melihat Min Hee masih terkulai lemah di bangkunya. "Won Woo mungkin sudah melupakan kejadian itu dan hanya menunggu blazernya kembali," katanya agak memaksa.

Min Hee memikirkan dalam-dalam apa yang Hye Ra katakan, padahal ia sudah memikirkan hal itu dari jauh-jauh hari. Won Woo mungkin benar-benar sudah melupakan kejadian itu, dan hanya dirinya sendiri yang tertinggal di masa itu.

Tapi... bagaimana jika itu hanya tebakan saja, bagaimana jika ternyata Won Woo juga masih mengingatnya sampai sekarang, pikirnya bertubi-tubi. Dan masih ada banyak lagi pemikiran buruk mengenai Won Woo yang hilir mudik di kepalanya.

"Hye Ra-ya." Min Hee merengek lagi. Kali ini ia mengguncang lengan sahabatnya agar bersedia membantu memikirkan jalan keluar dari masalahnya sekali lagi. "Bantu aku!"

Hye Ra mendiamkannya selama beberapa saat, tapi gadis itu tidak bisa menahan gangguan Min Hee lebih lama lagi. Gadis itu pun berkata. "Bagaimana jika aku temani kau mengembalikannya?" tanyanya menawarlan diri.

Min Hee menimang ide itu, yang jauh lebih baik dari ide-ide sebelumnya. "Aku mungkin tidak akan terlalu malu jika kau menemaniku," katanya sembari membayangkan adegan itu dalam benaknya. Ia rasa hanya itu satu-satunya jalan yang bisa membantunya saat ini.

"Sebentar lagi kelas dimulai." Hye Ra menyadarkannya dari lamunan. Min Hee pun mengambil paper bag itu untuk disimpan di lokernya, karena sebentar lagi kelas akan segera dimulai.

*

Bel istirahat menyihir kaki-kaki Min Hee untuk bergerak menuju kantin. Sementara itu, di sampingnya ada Hye Ra yang terus mengomel bahwa pelajaran sejarah barusan benar-benar membosankan.

Min Hee dan Hye Ra mengantri untuk mengambil jatah makan siang mereka, lalu menduduki meja kosong yang ada di barisan keempat. Walaupun Hye Ra mengobrolkan hal lain, perhatian Min Hee masih terpatri pada blazer yang belum dikembalikan di lokerya.

Season 1 (Spring) : Whisper Sweet Nothings || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang