40. At the end

1.2K 55 9
                                    

Terkadang yang buruk belum tentu seburuk yang kau pikirkan, terkadang yang baik belum tentu akan sebaik yang kau inginkan. Kau tahu? Bahayanya waktu adalah membalik keadaan, terburuk atau yang terbaik kadang berasal dari dua hal yang berbeda dari sebelumnya. Hal itu sendiri, nyatanya masih berputar-putar. Dan Selena menyadari itu di detik terakhir. Dia masih diam ditempat, dirinya masih berada di kolong meja bersembunyi dari bibi yang akan menyiksanya, jiwanya masih terkurung di masa itu. Dan semunya karena kebencian, dendam, dan sakit hati.

"Max..Max.." Nama itu bergumam ditelinganya. Selena kembali mengingat kebersamaannya dengan Maxcel, saat liburan, di cafe, malam pertama. Semua potongan-potongan adegan seperti de javu seiring gilanya api menyebar. Entah mengapa Selena tidak bisa membiarkan Maxcel mati seperti itu. Semuanya diluar kendalinya, nampak jelas  bahwa dia, Maxcel, Jeremy, Robert, orang tuanya, bahkan paman dan bibinya yang mati itu hanya melangkah dan bergerak sesuai takdir.

Mereka lupa mereka hanyalah pemain. Jadi jangan pernah lupa untuk menikmatinya saja.

Kaki itu melangkah sendiri menaiki tangga, tak gentar walau api berkobar hendak menjilatnya sedikit.

Semua melambat, persis adegan slow motion dalam sebuah film.

"Max," Selena terpaku melihat tubuh kekar itu berlutut dilantai dengan tangannya menahan pada ujung meja.

Maxcel bisa saja loncat melalui balkon, atau melakukan apa pun untuk menyelamatkan dirinya. Apa pun bisa jika ia mau, prinsip yang yang ia pegang karena selama ini dia bertindak sebagai tuhannya sendiri. Tapi entahlah kali ini seperti ada sesuatu yang memaku tangan dan kakinya.

Saat dirinya pasrah, dia ingat apa pun yang terjadi pada masa lalu semenjak dari otaknya mulai mampu untuk mengingat. Ketidakterimaan orang tuanya akan kehadiran dirinya, dikucilkan, sakit yang dunia berikan, hampir dua puluh tahun lebih hidupnya hanya tentang luka dan darah, sungguh menyesakkan sebelum mengenal Selena. Bisa mendapat waktu sedikit untuk merasakan bahagia hanya dengan menikahi wanita yang dicintainya mungkin sudah lebih dari cukup untuk Tuhan yang mengatur takdirnya. Ya setidaknya dia bisa memiliki cinta pertamanya walau dia ragu Selena mencintainya juga.

Apakah itu penting? Ini adalah akhir, saatnya untuk penebusan dosa.

"Maxcel." Teriakan sangat keras membuat Maxcel menambah kadar kesadarannya. Dia masih mampu menoleh, netranya mendapati seorang wanita yang berarti dalam hidupnya berlari padanya, kearahnya, untuk menolongnya? Jika iya, Tuhan menyuruhnya menebus dosa di alam ini. Oh sungguh pemurah.

Maxcel tersenyum mengejek dirinya karena lelucon itu, dia pasti gila sejak dulu.

"Bagi mu aku hanyalah pria malang, yang tersesat dalam kegelapan. Kau penasaran, lalu jatuh cinta dan kadang-kadang menemukan ku seperti orang asing. Apa pun yang telah terjadi pada akhirnya aku berharap cinta kita sejati. Cinta dari dua insan dengan psikis yang terluka, aku mencintai mu dengan cara ku. Aku tak menyangka itu cukup membuat mu kembali, menerobos api ini, entah kau bermaksud bunuh diri atau apa. Tapi terdengar romatis jika kita mati bersama. Sekali lagi Selena, kau menggenggam tangan ku. Bisakah kau membawa ku dan membiarkan ku mencoba kehidupan lain, hari-hari yang berbeda, rutinitas tanpa darah atau kapan pun akan terluka, aku ingin selalu bersama mu..." Ucap Maxcel dalam hati. Lalu kegelapan menelannya, lagi.




*



Mia, Robert, Jeremy, duduk berseberangan dengan Selena. Tatapan mereka menuntut penjelasan, setelah terlibat aksi telepati cukup lama Selena angkat bicara.

"Jika seandainya seseorang bisa memilih aku yakin Maxcel tidak akan memilih menjadi seperti itu, dan menolak apa pun yang dilaluinya. Kali ini aku akan berbicara panjang, lalu kalian bisa berbicara pada diri kalian sendiri setelah itu."

My Knight (Complete)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang