25. Yes, l'm

227 36 2
                                    

"Dia terlihat tampan, tapi sayangnya dia orang jahat." Margaret menscroll beberapa foto yang diterimanya. Maxcel telah menjelaskan semuanya melalui groub rahasia yang ia buat untuk keluarga Maroll dan keluarga Lussy.

"Ah tapi matanya berbeda. Yang menculik ku lebih sipit."

"Ini dia." Margaret menyipitkan matanya ketika menemukan foto pria dengan senyum extra sangar tapi membuatnya terkesan keren.

Margaret heran dari foto kedua orang itu tidak terlihat tanda-tanda bahwa mereka lah yang meneror selama ini.
"Huaaa mengapa mereka tampan semua." Pekikannya terhenti ketika matanya tak sengaja bersimborok dengan Giorald yang juga menatapnya. Pria itu duduk dilantai, kedua kancing seragam sekolahnya terlepas, ia juga memegang hp ditangannya. Kemudian Mark dan Juan datang dari kamar mandi, percayalah ketiganya sangat lusuh.

"Yak, Gio mengapa kau duduk huh?"

"Aku menyelesaikan tugas ku lebih dulu."

Mereka sedang berada di rumah Margaret. Membersihkan kamar tamu, mengepel, mencuci, semua pekerjaan rumah dan berakhir dengan membersihkan kamar mandi. Tidak, mereka bahkan membersihkan seisi rumah, disetiap sudut tanpa terkecuali. Ada apa dengan rumah itu padahal dihuni oleh dua orang yang notabenenya adalah wanita.

"Mommy ku sibuk kerja, aku dilarang membersihkan rumah karena takut kelelahan." Curhat Margaret santai seolah menjawab pikiran mereka.

"Apa kau sudah memaafkan kami?"

Dua puluh menit yang lalu Juan menanyakan hal itu, Margaret mengatakan tidak, dan akhirnya mereka kembali membersihkan bagian lainnya. Dan sekarang semoga saja iya.

Margaret diam berpikir, matanya bergerak liar ke atap-atap rumah mencari jawaban.
"Ya, memaafkan kalian." Senyumnya hangat. Mark dan Juan lemas bersender ke tembok.

"Hufft akhirnya."

Sedangkan Giorald hanya bermuka datar tanpa semangat.

"Sebaiknya kalian pulang, Mom akan pulang sebentar lagi." Margaret segera bergegas ke kamarnya tak memperdulikan tatapan penuh dendam dari Mark dan Juan.



*


"Masuk."

Maxcel menutup laptopnya. Seseorang tak terduga datang menemuinya, Maxcel berdengus tak heran jika pria dihadapannya masih berani muncul.

"Hai Sir, selamat karena kerja sama kita sukses dan mengalahkan Mr. Greg," Jeremy tersenyum ramah seperti biasa, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Padahal Maxcel tahu temannya yang ia selidiki bermama Robert sudah menceritakannya.

"Kau bahkan berlagak sok suci saat kedok mu terbongkar, cih."

Jeremy melebarkan bibirnya. "Selain selamat aku juga ingin mengucapkan perpisahan."

"Perpisahan untuk kerja sama kita, dan perpisahan untuk kepura-puraan." Lanjutnya, kali ini bukan senyuman melainkan seringaian.

"Ck, cara mu bermain sungguh tak asik bung. Jika ingin bermain kucing-kucingan setidaknya rubah wujud mu dulu. Bagaimana bisa kau ketahuan secepat ini? Oh ya aku lupa bahwa kucing-kucingan hanya permainan anak kecil, dan wujud mu juga tak berubah. Masih seekor serangga menyedihkan, selamanya akan seperti itu." Desis Maxcel rendah diakhir kalimat.

Tawa Maxcel mampu membangkitkan setan didalam diri Jeremy. Serangga? Menyedihkan? Bahkan dulu Maxcel pernah mengucapkan itu padanya.
Ini semua gara-gara Robert, andai dia tak menculik Margaret, dan tak mendapat luka cakaran sialan ditangannya, mungkin Maxcel tak akan pernah menyadari ada serangga yang diam-diam mematikan. Apa boleh buat nasi telah menjadi bubur, Jeremy akan berperang secara teran-terangan menghadapi pria gila itu.

My Knight (Complete)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang