Selena keluar mobil dengan menggandeng tangan Jeremy, kedatangan mereka menyita perhatian tamu lainnya. Selena dengan gaun panjangnya dengan belahan paha itu tidak main-main membuatnya seperti selebritas, make up nya kali ini juga begitu berani berbeda dengan make up natural gayanya selama ini. Setelah perdebatan panjang akhirnya Jeremy tak berkomentar apa pun karena pandangannya terasa terhipnotis saat pertama melihat Selena selesai di rias.
"Sayang mereka terlihat iri, ah aku bangga pada mu." Jeremy mencium pipi Selena gemas, begitu bahagia berada diposisinya.
"Jangan mencium ku, aku malu." Tegas Selena. Jeremy berpikir memang seperti itu wanita, selalu berubah-ubah. Kadang Selena acuh saat Jeremy menciumnya sekarang dia malah complain.
Seorang pria perbicara keras dengan microfonnya menyita perhatian semua tamu. CEO Algrizzle company membuka acara, setelah resmi dibuka para tamu bertepuk tangan dan mulai berhamburan mencari rekannya, saling berbincang, dan menyantap hidangan. Jeremy hendak menyapa beberapa koleganya, pria itu terlalu sering menampilkan senyum lebar yang membuat matanya menyipit.
Baru tersadar saat dia menoleh ke samping Selena tidak ada bersamanya. Mata Jeremy bergerak liar ke sekitar namun tak ia lihat wanita yang dicarinya.
"Apa Selena ke toilet? Tapi biasanya dia selalu pamit, ah mungkin dia terburu-buru."
Namun asumsinya tertampik begitu dia melihat tas Selena tergeletak dilantai. Firasatnya kini buruk. Jeremy berlari keluar, tak ada yang mencurigakan selain cahaya mobil yang ia lihat dari gerbang luar menandakan ada yang baru saja keluar.
*
Maxcel menggendong Selena sedikit berjalan cepat, mata Selena ditutup, kedua tangan dan kakinya diikat. Di ujung jalan sudah ada mobil hitam yang tengah menunggu. "Jaga dia dengan benar." Perintah Maxcel pada anak buahnya.
"Baik bos."
Setelah itu Maxcel langsung berlari menuju mobilnya sendiri, dia kembali ke jalan raya tepat dengan perhitungannya Jeremy akan melihatnya dititik itu.
Maxcel melemparkan senyum dari spion begitu Jeremy melihat ke arahnya. Lalu aksi kejar-kejaran pada keduanya tak terelakkan. Maxcel memancing Jeremy mengikutinya sampai jalan sepi nan curam, saat ditikungan barulah Maxcel putar balik dengan kecepatan tinggi membaut mobil Jeremy oleng karena gerakan tiba-tiba itu. Semua terjadi sesuai dengan keinginan dan rencana Maxcel, mobil jeremy terjun ke jurang. Seringaian pun lolos dari bibir Maxcel.
Maxcel lalu mengemudikan mobilnya lagi. "Kalian cukup sampai sini!" Maxcel memberi amplop berisi uang pada orang bayarannya.
"Ayo sayang, kita pulang." Maxcel menggendong Selena dan membawanya ke mobilnya. Tujuannya kali ini adalah X-zone. Dilihatnya Selena melakukan pergerakan-pergerakan kecil.
"Hentikan itu sayang, kau hanya menyakiti diri mu sendiri. Istirahatlah, perjalanan kita masih panjang. Kau akan lama menunggu, aku tahu kau juga merindukan ku."
Hampir 4 jam mereka sampai Selena sepertinya tengah tertidur. Maxcel keluar dari mobil ke kursi belakang.
"Tunggu sebentar ya, aku tidak akan lama." Setelah memastikan wanitanya aman Maxcel mengunci mobil setelah sebelumnya mengambil samurai.Hanya perlu berjalan 15 menit dirinya sudah melihat tempat tinggalnya yang kini berubah menjadi villa. Dibukanya pintu tersebut dan menguncinya dari dalam.
Teriakan, kesakitan, rintihan, jeritan, apa pun sebutannya membuat Maxcel terasa hidup kembali. Angin bahkan bau tempat tinggalnya seperti mengucapkan selamat datang padanya. Setidaknya butuh satu setengah jam untuk membantai seisi penghuni villa hanya dengan samurai tajamnya. Tembok dengan percikan darah dan sebagian tergenang dilantai adalah seni yang sangat disukainya walau potongan tubuh berserakan itu sedikit mengganggu pemandangan. Namun Maxcel tak berniat membereskannya karena dia hanya singgah sementara.
"Sedari awal ini tempat ku, dasar pemerintah keparat. Ah akan ku tulis surat cinta untuknya." Maxcel terkikik geli akan ucapannya sendiri.Maxcel menggendong Selena dipundaknya melangkahi mayat-mayat yang sedang liburan itu. Terimaksih, liburan kalian menyenangkan seseorang. Maxcel mendudukkan Selena di kursi hanya penutup matanya yang dia buka.
Selena menatap nanar sekeliling yang nampak asing, kemana Maxcel membawanya.
"Sayang aku ingin menunjukkan sesuatu." Selena memperhatikan pria dihadapannya, hampir semua tubuhnya berlumuran darah. Maxcel menyodorkan ponselnya, dia menunjukan rekaman mobil Jeremy yang masuk jurang.Entah apa yang dipikirkan wanita itu, wajahnya terlihat shock. Maxcel menangkup pipi Selena, "jangan menangisi pria lain." Desisnya tak suka. Lalu Maxcel beranjak pergi meninggalkan Selena tak lupa mematikan lampu. Setelah kepergiannya Selena menarik sudut bibirnya.
Flashback
Saat perjalanan ke Cafe setelah Selena dan jeremy memasuki mobil, Selena berkata bahwa dia sudah berpikir semalaman dan mengenal seperti apa Maxcel. Setelah mengancam dia akan segera bertindak.
"Mulai sekarang kau harus menipu!" Ucap Selena."Menipu? maksud mu?" Tanya Jeremy.
"Berpura-puralah kau ada padahal tidak ada" Selena menatap Jeremy serius.
Saat di cafe, Selena ke toilet wanita dan Robert ke toilet pria. Toilet disana hanya berbatas tembok hingga suara antar bilik dapat didengar.
"Kau akan menjadi peran pengganti."Robert yang mendengar perkataan Selena menyeringai, dia senang berurusan dengan keparat Maxcel.
Dan map yang diberikan pada miss Tessa bukanlah riwayat psikologinya, melainkan rincian rencana Selena. Miss Tessa lah yang akan mengawasi Selena dari jauh untuk berjaga-jaga.
Selena harus ekstra hati-hati, siapa tahu telponnya disadap jadi dia akan memikirkan cara teraman.Beruntung Selena sangat peka terhadap lingkungan. Dia sudah was-was saat sadar ada orang yang memperhatikan gerak-geriknya di Club saat itu.
Flashback end
Jeremy tak mati, didalam mobil itu Robert. Dan tentu Robert pasti sudah bersiap akan hal itu.
Sebelum mobil masuk jurang Robert melompat dan menaiki jurang dengan bertumpu pada batu. Dia berhenti sejenak saak mendapat telpon dari Jeremy. "Kau baik-baik saja?"
"Ya, aku hanya perlu naik ke atas." Jawab Robert terengah-engah dan mematikan sambungan telponnya.
Dengan susah payah Robert memanjat. Hampir dia sampai ke atas, disana ada tangan mungil terjulur menyambutnya. Robert memegang tangan itu dan terkejut.
"Ba..bagaimana kau bisa?"
Amel, dengan rok selututnya berada disana.
"Selena memberi tahu ku, kedepannya kau akan berada dalam bahaya. Jadi aku mengikuti mu. Aku takut terlambat mengatakan perasaan ku. Jadi aku akan lega setelah mengatakan ini walau kau akan mati." Amel mengambil jeda, raut tenang itu tak bisa ditebak. Antara orang putus asa, menyerah, ingin berhenti, namun terlihat yakin dan tegar.
"Kau tidak punya perasaan pada ku? Dan mungkin memanfaat ku. Terlepas dari semua itu aku akui aku menyukai mu. Dari wajah sangar mu entah mengapa tato itu justru membuat mu lucu, bekas luka pun tak menjadikan mu buruk. Tubuh kekar mu bahkan terlihat tak menakutkan. Aku tak tahu mengapa aku menjadi setidak normal ini mungkin karena aku jatuh cinta. Namun baru-baru ini aku tahu kau playboy, suka bermain wanita dan bahkan ingin membunuh untuk dendam mu. Saat itu aku sadar aku tak tahu apa-apa, aku tidak seperti kalian, dan juga bukan siapa-siapa. Percayalah aku bersyukur mengungkapkan ini, agar setelah ini aku bisa melupakan monster yang ku kira kelinci lugu ini tanpa penyesalan. Lupakan apa yg ku katakan, anggap kita tidak pernah bertemu atau mengenal." Bebannya meluap bersama curahan hati yang selama ini dia pendam. Kini dia sudah memutuskan, dan tak akan hidup dalam keraguan. Mungkin Robert bukan jodohnya. Selamat tinggal cinta sesaatnya.
Robert memandang punggung amel menjauh yang perlahan tak bisa ia lihat lagi karena tertelan kegelapan.
Entah mengapa dia merasa bersalah dan juga..... Kehilangan.#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Knight (Complete)✓
Любовные романыBerawal dari liburan 'Selena Maroll' ke pinggiran kota California, saat menikmati liburannya dengan berkeliling ia malah tersesat dihutan terlarang. Penduduk sekitar mengklaim siapapun yang memasuki hutan itu tidak akan bisa keluar. Mengapa? Apakah...