Warga Caccos digegerkan dengan penemuan dua mobil polisi berisi penuh mayat-mayat polisi yang hampir membusuk seakan memberi peringatan untuk jangan berani-berani mengusik hutan terlarang itu.
Apalagi orang biasa yang memasukinya, sedangkan para polisi dengan skill mengumpuni, dan dibekali senjata lengkap serta pangkat mereka yang tak sembarangan. Anggaplah mereka pasukan terlatih yang ditugaskan untuk misi menemukan misteri di X-zone. Tapi semuanya berjalan begitu cepat tanpa adanya jejak. Semuanya bersih dan rapi.
"Ini semua salah ku." tangis Maria pecah dipelukan Jordan, sesekali memukul lemah dada bidang suaminya itu.
"Jika saja aku tak menawarkannya untuk mengunjungi rumah ku, jika saja ia tak liburan disini, jika saja aku tahu aku akan larang dia ke kebun teh, jika saja di tempat ini tak ada hutan sialan itu. Mungkin semua akan baik-baik saja." lanjut Maria dengan suara parau.
"Takdir, ini sudah takdir." satu kalimat itu yang mampu dijadikan Jordan untuk tak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi.
Sedangkan seorang polisi yang menjabat sebagai kapten yang duduk dikursi seberang meja hanya memandangi adegan mellow drama yang tersaji didepannya.
Maria semakin histeris kala pihak polisi memutuskan untuk menghentikan pencarian Selena. Karena besar kemungkinan Selena sudah tewas dalam hutan itu karena polisi saja sudah tak dapat dijelaskan lagi kondisinya, mengenaskan! Dan juga polisi tak ingin menambah korban lagi, apalagi apa yang dianggap berbahaya oleh masyarakat entah itu monster, pembunuh, mafia,apapun itu karena belum diketahui pasti apa yang ada didalam hutan tersebut sampai-sampai melayangkan banyak nyawa untuk tidak sampai merambah keluar hutan karena menganggap penduduk luar sudah mengusik kediamannya dihutan.
"Jika Selena telah tiada bagaimana ini? Kita tidak tahu siapa keluarga yang bisa dihubungi. Aku merasa dia sebatang kara Jor, setidaknya mayatnya harus dimakamkan dengan layak. Tak ada yang akan menaburinya bunga diatas pusaranya, tak ada yang berdoa disamping tempat terakhir perbaringannya. Agh.. Aku bisa gila Jor!" Maria terduduk lemas jika saja Jordan tak menopangnya.
Segera Jordan membopong Maria menuju mobil, melihat kondisi Maria yang cukup memprihatinkan sepertinya ia harus banyak istirahat. Mereka meninggalkan kantor polisi dengan raut kekecewaan.
*
"Aku ingin pulang Max."
Teriak Selena nyalang. Ayolah sudah empat hari Selena berada dirumah Maxcel yang terletak ditengah hutan. Untuk apa dia berlama-lama disitu?Maxcel masih setia dengan muka datarnya, tak berniat mengubris selain helaian rambutnya yang bergerak-gerak karena angin.
"Aku akan melakukan apa pun asal kau membiarkan ku pergi. Ku mohon antarkan aku pulang setidaknya sampai ke perbatasan." kali ini Selena merendahkan nada suaranya.
Maxcel beralih menatap Selena intens kemudian berjalan menuju jendela yang terbuka. Mengeratkan pegangan tangannya disekat jendela. Ia bingung bahkan tak tahu harus melakukan apa dan tak tahu harus bicara apa. Apa yang terjadi kepadanya? Ia sama sekali tak mengerti, sungguh.
Ia berjalan munuju pintu keluar, meninggalkan meja makan dimana ia dan Selena duduk berdua menikmati hidangan diatasnya tanpa memperdulikan teriakan Selena yang memanggil namanya beberapa kali.
Maxcel pergi ke danau, duduk diam disana tanpa pergerakan. Ia masih memikirkan segalanya. Mengenai dirinya dari mulai beberapa hari yang lalu tepatnya saat ia bertemu dengan gadis tersesat itu.
Waktu kian mengalir tapi otaknya terasa tumpul. Alhasil Maxcel kembali tanpa adanya diagnosa yang jelas. Sore hari mengantarkan langkahnya pulang. Alangkah kagetnya ia saat membuka pintu Selena sudah ada didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Knight (Complete)✓
RomanceBerawal dari liburan 'Selena Maroll' ke pinggiran kota California, saat menikmati liburannya dengan berkeliling ia malah tersesat dihutan terlarang. Penduduk sekitar mengklaim siapapun yang memasuki hutan itu tidak akan bisa keluar. Mengapa? Apakah...