31. Bad and The Worst

158 25 2
                                    

Selena bercermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Rambut pirang dengan wajah yang menurutnya cantik itu sama sekali tak menampakkan rasa sedih, gelisah, atau apa pun. Ia memang mahir dalam berekspresi. Kali ini, di hari ini Selena telah bertekad bahwa saat matanya terbuka tadi pagi dirinya adalah orang yang berbeda.

"Selena, boleh aku masuk?" Ketukan pintu menghentikan Selena dari aktivitasnya mengamati pahatan wajahnya. Dia baru sadar terlalu lama meninggalkan Jeremy diluar.

Selena keluar lalu segera mengunci pintu kembali. "Apa wanita selalu lama jika berdandan, dan apa ini? Kau sama sekali tak berubah, tetap terlihat cantik." Jeremy maraih kedua pipi Selena gemas.

"Kau saja yang tak sabaran. Kita akan sarapan pagi diluar." Selena lebih dulu menuruni tangga. Sepatu kets dan dress selutut, gaya casual tersebut nampak membuatnya lebih manis dan feminim.

"Di cafe mu?"

"Tidak, hari ini aku ingin makan direstoran."



*

Renata, Gibran, dan Giorald ditambah Maxcel tengah duduk di meja makan.

Brukk

Martha meletakkan teh setengah dibanting itu dan menyita perhatian semuanya.
"Aku sudah tak tahan lagi."

"Apa maksud mu Martha?" Tanya Renata yang langsung mendapat tatapan tajam dari Martha. Dilihatnya tangan sang kepala pelayan itu bergetar memegang gelas.

"Mengapa kau begitu kejam? Mengapa kalian semuanya bersikap seperti itu kepada Selena?" Kali ini Martha tak segan mengeraskan suaranya, untuk pertama kalinya ia melakukan itu. Seperti seorang ibu yang memarahi anaknya, bukan antara pembantu dan majikan.

"Kami mengerti kau menganggapnya seperti keluarga sendiri, kami pun juga menganggap mu seperti keluarga kami. Jadi jangan seperti ini dan terima kenyataan."

"Aku bukan ibu nya. Kau lah ibu kandungnya tapi mengapa kau bisa tidak tahu apa-apa tentangnya?" Martha semakin marah.

"Itu semua diluar kendali, darimana anak itu menanam bibit-bibit pembunuh, bahkan aku tidak mengajarinya kebencian." Gibran menyela.

"Justru itu, kalian tahu dia berpikir untuk membunuh dan membenci tapi kalian tidak tahu mengapa dia seperti itu." Martha sudah muak akan beban yang selama ini disimpannya. Orang-orang tak seharusnya memperlakukan Selena seperti pembunuh karena Selena tidak pernah benar-benar menghilangkan nyawa dengan tangannya.

"Kalian, ku mohon ikut aku." Martha menarik tangan Renata tanpa diduga.

"Kendalikan diri mu apa yang kau lakukan?" Mendadak suasana menjadi tegang. Gibran mendorong kursi roda Giorald mengikuti Martha yang membawa mereka menuju kamar Reneta.

"Kau benar-benar ibu yang buruk. Akan ku perlihatkan bagaimana kau tidak tahu apa-apa tentang anak mu. Ah maksud ku Selena. Kau tidak pantas mengaku ibu setelah membuangnya."

Martha menggeledah kolong tempat tidur. Diangkatnya sebuah kotak yang sepertinya sedikit berat itu, lalu menumpahkan semua isinya diatas tempat tidur.

Renata menutup mulutnya, dilihatnya sebilah cambuk, pisau, rantai, dan beberapa kertas usang, juga ada beberapa buku berbagai ukuran.

"Apa ini Martha?"

Kemarahan Martha menyusut berganti dengan pandangan sayu, tanpa bisa dicegah air mata merembes keluar dari pelupuk mata tua itu. "Tentu kau tidak tahu semua ini lalu kenapa kau berlagak seakan tahu segalanya?"

"Nyonya, sebagai pelayan yang telah mengabdi dua puluh tahun disini aku akan memberi tahu mu. Bahwa adik mu Reneta disetiap keadaan, tidak! Bahkan hampir disetiap malam Reneta menyiksa putri mu. Saat Selena sekolah dasar dia secara rutin mendapatkan perlakuan kasar darinya." Pengakuan itu membuat semuanya tercengang.

My Knight (Complete)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang