Selena dan Maxcel saling tatap sejenak, melupakan Giorald yang berkeringat dingin. Jika Maxcel mendengar bahwa Giorald mengatainya pria menyebalkan yang menumpang dirumahnya, walau Giorald tidak menyukai Maxcel tetap saja ia merasa tak enak jika mengatakan hal itu secara langsung. Dia di didik untuk selalu baik terhadap orang lain, siapa pun itu. Terlebih lagi, tidak bisa dipungkiri kedua mata Maxcel mempunyai aura menyeramkan yang khas.
Selena mencari sesuatu dibalik netra biru itu, kemudian menganggukkan kepalanya. Ia percaya Maxcel mencintainya, ia percaya Maxcel akan menjaga orang yang dicintainya.
"Tapi sebentar saja ya, Gio baru sampai dan ini sudah malam."
"Ya, tenang saja!" Maxcel mengelus pucuk kepala Selena dan menggulirkan tatapan hangatnya pada sosok pria belia dibelakang Selena.
Maxcel menggerakkan kepalanya memberi kode. " C'mon Gio,"
Dengan muka malas Giorald tak bisa berbuat apa-apa selain menurutinya. Bahkan Maxcel memanggilnya dengan sebutan nama kecilnya Gio, padahal hanya kakaknya yang memanggilnya seperti itu.
*
Sebuah jeep hitam melaju dengan kecepatan sedang pada mulanya. Namun semakin menjauh dari rumah ke empat roda itu semakin bergerak cepat. Giorald menegakkan posisi duduknya, menggenggam sabuk pengaman erat. Ia ingin mengatakan sesuatu namun lidahnya keluh.
Disampingnya, Maxcel yang menyetir menolehkan kepalanya sebentar sebelum kembali fokus pada jalanan.
"Why? Are you scared?" Maxcel menyeringai kecil.Diamnya Giorald bukan apa, ia sibuk menetralkan degub jantungnya yang membuatnya tak nyaman. Didalam hati ia mengeluarkan sumpah serapah pada pria tampan yang satu mobil dengannya itu.
Bisakah pria sialan ini berhenti bicara. Fokus saja! Mengapa dia mengemudi secepat ini, perasaan ku jadi tak enak.
Perasaan Giorald semakin resah saat mendengar rem berbunyi, Giorald memperhatikan sekeliling dari kaca mobil. Gelap, tempat ini sangat gelap.
"Ayo turun." Perintah Maxcel yang lebih dulu membuka pintu mobil. Dengan ragu Giorald menginjakkan sepatu hitamnya ditanah. Ia tak mengenali tempat itu.
"Ayo!" Maxcel menarik kerah jaket kulit miliknya.
"Hei apa yang kau lakukan?"
Maxcel tak menjawab. Tarikannya memaksa Giorald mensejajarkan langkahnya.
"Apa yang kau lakukan? Mengapa kau menyeret ku? Kau akan membawa ku kemana? Hei... Kau mendengar ku? Mengapa kau tak menjawab ku huh?'
" Karena kau sangat lamban, dan jangan menjadi cerewet kalau tidak mau ku jahit mulut mu."
"Apa kau setega itu pada bocah seperti ku?"
Maxcel menghentikan langkahnya, memperhatikan wajah Giorald lekat-lekat. "Apa sekarang kau mengakui kau adalah bocah?" Maxcel kembali menyeret Giorald.
Merasa tak aman Giorald sedikit berontak.
"Lepaskan aku, aku tak mau ikut dengan mu!"Namun nihil, hingga didepan sana terlihat bangunan tua. Apa itu tujuan mereka? Mengingat tak ada apa-apa lagi disekeliling mereka. Dan benar, Maxcel berjalan lurus. Begitu sampai diambang pintu, sukses membuat Giorald bergidik. Ini seperti rumah-rumah hantu yang sering ia tonton di film-film horor.
"Ini tempat apa? Untuk apa kau membawa ku kemari?"
Maxcel menghempaskan cekalannya, menarik jaket Giorald dan melemparkannya kesembarang tempat kemudian menarik kursi kayu disudut ruangan untuk mendudukinya.
"Kita mampir sebentar disini."
Giorald menautkan alisnya.
"Tapi.. Untuk apa?"Maxcel melipat tangan didada dengan kedua kaki menyilang. "Jadi begini aku ingin menganggap kau juga sebagai adik ku sama seperti Selena. Jadi kita harus saling mengenal satu sama lain bukan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/168820028-288-k354081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Knight (Complete)✓
RomanceBerawal dari liburan 'Selena Maroll' ke pinggiran kota California, saat menikmati liburannya dengan berkeliling ia malah tersesat dihutan terlarang. Penduduk sekitar mengklaim siapapun yang memasuki hutan itu tidak akan bisa keluar. Mengapa? Apakah...