12. Holiday

398 75 3
                                    

Aroma rokok begitu kentara, di Club itu lautan manusia menggerakkan tubuh mereka liar. Berlenggak-lenggok tanpa memperdulikan apa pun.

"Chers..." Seorang pria dan juga wanita disampingnya turut melebarkan panjang bibirnya, bukan... Bukan karena memenangkan sesuatu tapi mereka akan memulai sesuatu. Karena itu bukan sebuah senyuman melainkan seringai miring yang terselip dendam didalamnya.

"Waktunya aku bermain."
Ada banyak makna tersirat dari ucapannya. Sedangkan si wanita sedikit ragu akan keputusan rekannya itu untuk tidak lagi bermain di balik layar.

"Sudah waktunya aku keluar. Walau ini lebih cepat dari yang kita rencanakan tapi bajingan itu telah berulah lagi dan kali ini aku tak bisa menahan diri ku."

Tak ada balasan selain wajah berpikir dari wanita berambut sedikit ikal disampingnya.

"Jangan memasang ekspresi seperti itu."

Si wanita kemudian tersenyum.
"Ya, mungkin akan menyenangkan jika bermain di jantung musuh."

"Kapan kau akan menyerang mereka dari dekat?"

Kepalan tangan si pria dan juga matanya yang menajam tiba-tiba membuatnya tampak begitu berhasrat.

"Secepatnya..."

Dering handphone yang tertelan musik disco untungnya dapat pria itu rasakan karena bergetar di saku celananya.

Tertera nama Robert dilayar.

"Halo." Si pria mengeraskan suaranya.

"Sial, kita kehilangan jejaknya."

"Maksud mu?"

"Mereka mungkin sadar tengah dimata-matai, mereka menghilang dan itu luput dari pantauan orang-orang kita."

Si pria langsung mematikan sambungan telponnya.

"Hei ada apa?" Tanya si wanita. Ia benar-benar penasaran akan apa yang membuat pria itu marah.

Lagi tatapan kebencian yang pria itu tunjukkan. Tangannya menggenggam erat botol vodka.

"Maxcel Hellberg." Desisnya berat.

*

"Yak, mengapa kita harus menyamar seperti ini?" Giorald merasa kesal karena pertanyaan yang beribu kali ia ajukan sama sekali tak digubris oleh dua orang yang saat ini satu mobil dengannya. Maxcel di kursi pengemudi memakai seragam supir, Selena disebelahnya mengenakan seragam maid dan Giorald dipaksa mengenakan pakaian satpam.

"Dan mengapa kita harus berakting seperti tadi?"

Terlebih lagi mereka harus berpura-pura. Mereka keluar mansion dengan Giorald berpura-pura sakit dan dipapah oleh Selena dan Maxcel. Mereka sampai harus memakai masker. Memangnya Giorald punya penyakit menular? Ayolah, Giorald rasanya ingin meledakkan rasa penasarannya itu.

"Kau jangan banyak bicara. Aku akan menjawabnya nanti."

"Tapi-"

"Pasti! Aku pasti akan menceritakan semuanya. Kunci mulut mu atau aku yang akan membungkamnya dengan cara ku." Perkataan Maxcel membuat Giorald terdiam sejenak sebelum kembali merajuk.

"Kakak... dengarkan itu." Aduh Giorald pada kakaknya.

"Duduklah dengan tenang. Nanti kau juga akan tahu."

Giorald memanyunkan bibirnya sebelum satu pertanyaan lagi terlintas diotaknya.
"Oh ya kenapa kita harus menggunakan mobil khusus pembantu ini?"

Pertanyaan spontan itu sukses membuat Selena dan Maxcel menolehkan kepalanya ke belakang. Giorald menciut mendapat deathglare dari keduanya.

My Knight (Complete)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang