Dentuman music disco memekakkan telinga namun itu menjadi tak masalah bagi yang bisa menikmatinya. Temaram, hanya cahaya warna warni dari bola lampu menambah kesan entrik hingar bingar malam itu. Semuanya tercurahkan, tempat para binatang berwujud manusia atau manusia yang melatih diri menjadi binatang. Intinya di tempat ini siapa pun akan mencoba menghilangkan akal kewarasannya.
Maxcel mengganti putung rokoknya untuk yang kedua kali, ia bangkit dari duduknya menuju bartender.
"Wine, please."
Setelah mendapatkan segelas wine pesanannya Maxcel memperhatikan seorang wanita dengan dress minim berwarna putih. Usianya tak lagi muda, tapi dia akan menjadi incaran istimewa bagi Maxcel.
Maxcel merogoh saku celananya karena merasakan ponselnya bergetar.
"Yes Babe?"
"Kau ada dimana? Ini sudah malam." Suara Selena terdengar diseberang sana.
"I'm just play."
"Ya sudah, hati-hati."
Pembicaraan singkat itu pun berakhir. Mata tajamnya kembali mengintai mangsanya.
Ia menyunggingkan seringainya begitu melihat wanita itu begitu asyik meminum alkohol sendirian. Maxcel memesan minuman yang sama hingga tangannya memegang dua gelas wine, tak lupa ia mencampurkan sesuatu pada minuman yang akan diberikannya pada Reneta itu.
Dengan tampang tenang Maxcel menghampiri incarannya.
"Reneta..."
Wanita itu mengedarkan pandangannya mendengar samar-samar ada yang memanggilnya.
Maxcel duduk disebelahnya, lalu menyodorkan segelas wine. Dengan senang hati Reneta menerimanya tanpa curiga. Perempuan itu memicingkan matanya, melihat diperhatikan dengan intents membuat Maxcel dapat membaca isi otak Reneta.
"Ya, aku Maxcel. Tadi pagi kita bertemu di rumah Selena."
"Auuchhhh, jangan sebut nama itu. Kuping ku panas mendengarnya."
Maxcel meremas pinggiran sofa, ia tidak suka dengan perempuan menjijikkan dihadapannya. Sebenarnya ia tak suka basa-basi. Membunuh orang tanpa mengeluarkan satu kata pun. Tapi kali ini ia akan memberikan kematian yang berbeda, mengikuti alur sesuai keinginan Selena. Ia akan mempersembahkan kematian termanis yang akan digelar hanya untuk Selena seorang.
"Apa kau kekasihnya huh?" Tanyanya dengan nada sewot.
"Santailah dulu. Mari bersulang."
Tak ambil pusing Reneta meneguk habis minumannya. Beberapa menit kemudian kepalanya terasa pening.
"Aneh, biasanya aku tak secepat ini mabuk.""Kau ingin bermain?"
Reneta menatap Maxcel dengan satu alis terangkat.
"Tapi sebelum kita bermain, bagaimana kalau kita bercerita."
"Cerita? Cerita apa."
Maxcel menyulut rokoknya, membiarkan bibirnya menyesap nikotin dan mengeluarkan asap putih yang menghilang di udara.
"Bagaimana kalau tentang takdir?"Itu terdengar aneh, Reneta tak perduli. Kepalanya sudah berdenyut. Ia menuangkan vodka dan meneguknya.
"Aku benci takdir ku.""Dan aku akan membuat mu semakin membenci takdir mu." Batin Maxcel
Maxcel hanya perlu mendengar Reneta bercerita untuk menimbang takdir atau lebih tepatnya karma seperti apa yang akan dia berikan. Karena ia akan memperhitungkan setiap kesalahan yang pernah Reneta lakukan pada Selena. Tanpa terkecuali, tanpa terlewat satu pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Knight (Complete)✓
Roman d'amourBerawal dari liburan 'Selena Maroll' ke pinggiran kota California, saat menikmati liburannya dengan berkeliling ia malah tersesat dihutan terlarang. Penduduk sekitar mengklaim siapapun yang memasuki hutan itu tidak akan bisa keluar. Mengapa? Apakah...