03 - Jemputan

87.1K 7.3K 83
                                    

Naya ingin menangis saja, ia merasa kakinya ingin patah berjalan kilometer dari halte bus sekolah setelah menyadari uang saku Naya habis gara-gara mentraktir Jingga dan Kirana-sahabatnya juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naya ingin menangis saja, ia merasa kakinya ingin patah berjalan kilometer dari halte bus sekolah setelah menyadari uang saku Naya habis gara-gara mentraktir Jingga dan Kirana-sahabatnya juga. Naya menendang sampah kaleng minuman yang ada di depannya, gadis itu menedang jauh lalu ketika sudah dekat akan di tendang lagi terus begitu entah sampai kapan.

Begitu sialnya hari ini, pagi terlambat tidak sempat sarapan, di omelin kakak mahasiswa, diberi tugas yang sangat susah, hape di sita dan lebih parah lupa di ambil tadi karena saking terpesona dengan Kak Devian yang bangun tidur.

Hih memikirkan namanya saja membuat Naya geram, baru hari pertama bertemu saja ia sudah merasa terintimidasi, ditatap dingin di judesin dan di siksa oleh tugas cowok itu kalau bisa Naya ingin menjambak rambutnya sekarang juga! nasib beruntung Devian tidak ada di hadapan Naya sekarang.

Naya akhirnya memilih duduk di pinggiran trotoar hanya untuk sekedar meluruskan kaki, jalanan nampak sepi hingga mungkil nihil ada tukang ojek pangkalan lewat bahkan tidak ada markasnya disekitaran sini.

Bulir air mengenai kening Naya, gadis itu mendonggak melihat apalagi cobaan yang harus ia hadapi hari ini, Hujan. Bulir air semakin banyak turun sangat deras sampai sakit jika mengenai kulit. Naya berlari ke sebrang jalan berteduh di toko yang sudah tutup.

Cukup lama Naya menunggu hujan asat, Udara dingin menusuk gadis itu memeluk diri sendiri hingga berapa menit kemudian mobil sport sejenis Lamborghini berhenti di hadapannya. Naya mundur sambil melotot melihat body mobil yang tidak pernah ia lihat secara langsung, dan untuk apa mobil ini parkir di toko roti ini.

Kekagetan itu makin menjadi ketika seorang lelaki tampan keluar dari kendaraan tersebut memakai payung senada dengan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kekagetan itu makin menjadi ketika seorang lelaki tampan keluar dari kendaraan tersebut memakai payung senada dengan mobilnya. Naya menggerutkan dahi.

"Kak Devian, kok disini kak? "Naya berusaha tidak gugup tapi pesona Devian begitu kuat rasanya jika tak malu Naya ingin pingsan.

"Saya anter kamu pulang,"ucapnya menatap datar Naya dari atas sampai bawah.

"Eh gak usah kak, Naya bisa pulang sendiri. "

"Masuk ke mobil."

"Serius kak Naya bisa pulang sendiri kok."

Devian SamuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang