Naya dan Kirana sudah berada di area kantin. Keadaan kantin cukup sepi karena beberapa siswa memilih untuk langsung pulang ke rumah.
"Jingga!" panggil Kirana sambil menarik Naya ke meja gadis itu.
Jingga menoleh dengan mulut berisi bakso, gadis berambut pendek itu menyahut kecil kembali fokus pada baksonya.
"Baru di keluarin eh udah di masukin lagi aja," ledek Kirana mencolek Jingga yang tak menghiraukannya. Naya duduk diam di depan Jingga
"Gue laper, tenaga gue ke kuras gara-gara boker tadi," jawab Jingga asal.
Naya diam tak bisa menutupi penasarannya "Jingga, bicara sebentar aja boleh?"
Jingga menonggak "Bicara aja, kaya sama siapa aja lo pake izin segala."
"Tau ni Naya, ngomong aja langsung," ikut Kirana "Tapi bentar gue pesen bakso dulu, lo mau gak?" Naya mengangguk, Kirana segera ngacir menuju stan bakso.
"Bicara apa? Ka Dev?" tanya Jingga seolah tau pikiran Naya.
Naya mengangguk "Iya, kamu ada hubungan apa sama ka Dev?"
Jingga tak menjawab, sibuk mengunyah bakso hingga habis baru ia menjawab "Hubungan biasa kok, murid guru."
"Masa sih? kamu kok juga tau aku ke New York sama Ka Dev," tanya Naya lagi
"Kan lo yang nyuruh percaya Nay. Yaudah gue percaya lo ke New York, kebetulan lo gak ada kabar terus ka Dev gue chat juga kaya ngilang gitu tiga harian. Jadi gue nebak aja, " jelas Jingga kembali memakan baksonya.
Naya mengerutkan dahinya "Kamu chat ka Dev?"
"Upsie..." Jingga menutup mulutnya "Keceplosan deh, sorry Nay. Tapi emang sering sih gue ngechat sekedar nanya-nanya tugas aja kok gak lebh."
Naya diam mencerna, seorang Jingga menghubungi Devian hanya menanyakan tugas? tidak mungkin. Jingga kan setipe dengannya—pemalas, mana mungkin sangat rajin seperti itu.
"Yaudah kalo gak percaya gapapa sih, tapi yang jelas gue sering kok chattan sama ka Dev," akunya lagi
"Gapapa kok, ka Dev juga bukan siapa-siapanya aku," bohong Naya, ia masih ingin mencari tau hubungan Jingga dan Devian.
Jingga menaikan sebelah alisnya "Massa?
Naya mengangguk "Iya! aku ke New York kemarin cuma temenin ka Dev jenguk omanya aja jadi—
"Kok bukan gue?" celetuk Jingga membuat Naya menghentikan ucapannya, "Maksudnya kenapa bukan gue gitu sama kirana yang diajak juga. masa lo doang sih gak adil."
"Aku juga gak tau, ka Dev yang tiba-tiba aja ngajak."
Jingga manggut-manggut "Oh"
"Oh iya, gimana hubungan kamu sama Adit?" tanya Naya berubah haluan, Kirana datang membawa dua mangkok bakso. Jingga masih diam mengunyah
"Lo mau nanya apa tadi Nay ke Jingga?" tanya Kirana sembari meracik kuah baksonya.
Naya melirik sejenak pada Jingga yang mengendikan bahu acuh "Aku cuma nanya hubungan dia sama Adit gimana."
Kirana mengangguk "Silahkan di jawab nyonya Jingga."
"Biasa aja," jawab Jingga datar
Kirana berdecih "Hubungan lo sama Adit kandas?" Jingga menggeleng sebagai balasan. "Ngapa sih tipes lo?"
"Lagi gak mood aja ngobrol," jawabannya mendonggak menatap Naya "Gue sama Adit udah pisah, Naya sama lo bener. Ldr emang gak cocok buat gue."
Kirana menepuk bahu gadis itu prihatin "Emang susah sih, apalagi lo beda negara. Orang yang beda kota aja kadang hubungannya gak berjalan lancar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devian Samuel
JugendliteraturLelaki itu posesif, pemarah, dingin dan menyeramkan, tapi sifatnya berubah seperti bunglon yang berubah warna menyesuaikan keadaan dan suasana hatinya. contohnya saat bersama dengan gadis mungil bernama Anaya Novlyn. "Kenapa diam Nay, atau kamu mau...