Naya ingin menghilang diri rasanya saat matanya tak sengaja melihat lelaki yang baru saja keluar dari ruangan private restoran. Mungkin memang benar jika seseorang di perhatikan ia akan merasa, buktinya baru beberapa detik Naya menatap Devian, lelaki itu sudah menoleh kembali menatapnya.
Naya menegang, keduanya mungkin terkejut sebentar tetapi Naya lah yang lebih kaget ketika Devian malah menghampirinya.
"Naya bayar utang kamu sekarang."
Dengan gugup Naya mendonggak, Jingga sudah melotot ketika ada Devian di belakangnya, gadis itu berdiri. Naya masih diam kaku.
"Eh kak Devian duduk kak sinii,"ucap Jingga membara. "Makan bareng, kebetulan banget ketemu ya kak."
Devian hanya melirik Jingga sekilas, tatapanya masih pada gadis tadi "Saya pinjem Naya sebentar."
Jingga mengerutkan dahi bingung, Naya sudah menendang kaki Jingga di bawah meja yang tertutup kain, mengkode untuk 'Jangan Jing'
"Oh iya ambil aja gak gak apa apa disini juga dia gatau mau di apain," ucap Jingga cepat.
Devian mengangguk kecil, segera menyeret Naya keluar restoran. Dengan jalan terseok-seok Naya berusaha mengimbangi langkah Devian yang besar sambil berdoa dalam hati.
"Kak ada apa ya, saya lagi jalan sama temen saya,"tanya Naya berusaha sesopan mungkin.
"Udah liat,"balas Devian.
"Maaf kak, kak Devian mau apa kenapa saya di bawa-bawa."
Devian memberhentikan langkahnya begitupun dengan Naya.
"Ini bayaran saya yang udah cape-capa nganterin kamu sampe rumah."
Naya menaikan kedua alisnya, menunggu kelanjutan perkataan Devian.
"Saya mau kamu pura-pura jadi calon istri saya."
HAH
Naya hampir saja tersungkur ke bawah gadis itu terbatuk-batuk padahal tidak ada yang tersangkut di dalam tenggorokan nya, Devian hanya menatapnya datar. Kulit Naya seketika meremang di serbu udara dingin.
"Hah?"refleks Naya berucap. "Kak Devian mau saya jadi apa?"
"Kamu gak budek kan?"tanya Devian.
Naya menggeleng, "Calon istri?
"Pura-pura."
"Oh iya itu, kakak gak bercanda kan?"tanya gadis itu, matanya memicing "Masa iya kakak mau saya pura-pura"
"Bercanda di situasi kaya gini?"
Naya diam, bingung.
"Lagian kenapa memang kamu yang saya tunjuk? ini bayaran kamu."
Naya tersulut, "Bayaran nya kok kaya gini si kak? lagian kan itu cuma nganterin saya pulang aja pake minta bayaran."
Devian dengan tatapan tajamnya, "Kamu kira saya ketemu kamu langsung di halte?" tanya lelaki itu. Naya mati kutu. "Saya harus cari keliling dulu buat ketemu kamu."
"Yaudah gantinya saya nganterin kakak aja dua kali."
"Saya setiap hari bawa mobil."
"Kakak gak bawa mobil dulu aja."
"Kamu masih mau nentang saat kayak gini?"tanya Devian dingin.
Naya menahan napas, "Saya gak mau ah jadi calon istri pura-pura kak Devian."
"Saya gak minta persetujuan kamu."
"Tapi say-
"Orang tua saya ada di restoran itali tadi saya bilang mau jemput calon istri saya di parkiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devian Samuel
Teen FictionLelaki itu posesif, pemarah, dingin dan menyeramkan, tapi sifatnya berubah seperti bunglon yang berubah warna menyesuaikan keadaan dan suasana hatinya. contohnya saat bersama dengan gadis mungil bernama Anaya Novlyn. "Kenapa diam Nay, atau kamu mau...