Seluruh keluarga sudah pergi ke kamar masing-masing setelah sesi menonton selesai. Mansion orang tua Devian sangat besar dan memiliki banyak kamar kosong jadi hampir semua keluarga yang hadir memilih menginap semalam.
Naya tidak tau apakah ia bermimpi atau tidak. Walau tak bertemu Devian lagi sejak mengobrol tadi tapi itu tidak masalah karena sekarang Naya sedang terkagum dengan ruangan yang akan menjadi kamarnya semalam.
Gadis mungil itu merebahkan tubuhnya pada kasur, menghela napas lega karena bisa melewati acara malam ini. Memang lebay tetapi jujur Naya dari awal acara memang sangat gugup dan canggung bersama kelurga Devian. Walau sikap mereka ramah ataupun tidak tetap saja merasa asing sendiri berada di kumpulan konglomerat.
Waktu sudah berjalan sampai tengah malam. Naya tidak bisa tidur walau sudah berada dalam kamar impian sejuta umat. Sudah mencoba menutup mata namun bayangan rencana pertunangan dua minggu lagi membuatnya khawatir.
Beberapa menit setelah Naya mematikan lampu tidur, terdengar suara ketukan pintu. Naya panik ada yang mengetuk kamarnya tengah malam, gadis itu tak mau membuka pintu takut ada 'setan iseng'. Tapi semakin lama suara ketukan semakin keras .
Mau tak mau Naya bangkit membuka pintu, ia langung menghela napas saat ternyata seorang manusia yang mengetuk tadi. Namun rasa takutnya malah berubah rasa gugup
"Ada apa ka Dev? "tanya Naya, gadis itu menilik pakaian Devian yang masih sama.
"Belum tidur? "tanya Devian
"Baru mau"
"Bisa ikut saya sebentar?"ujarnya datar
Naya berpikir sejenak "Mau ngapain kak?"
"Ikut aja"
Naya mengangguk pelan, gadis itu mengikuti Devian berjalan menuju taman samping, tempat tadi.
"Mau ngobroliin sesuatu,"ucap Devian menyuruh Naya duduk di dekatnya.
Naya duduk "Obrolin tentang apa kak?"
"Tunangan tadi"
"Pertunangan bukan dua minggu lagi, dua minggu itu waktu saya berpikir mau tunangan atau gak"jelas Devian
Naya mengangguk paham
"Ka Dev mau bilang sama ortu ka dev kalo ini cuma pura-pura?"tanya Naya memastikan
"Enggak mungkin saya bilang begitu"jawabnya
"Terus bilang kita putus?"
"Gak juga, ortu saya pasti curiga terutama ayah saya."
Naya menghela napas, jadi jalan keluarnya bagaimana?
"Terus gimana dong? "
"Saya bakal cari solusi nanti, untuk sementara kita tetep pura-pura pacaran,"jawab Devian membalas tatapan Naya
"Kenapa sampe harus pura-pura si kak? kenapa gak kasih tau aja kalo sebenernya kak dev ini gak punya pacar?"tanya Naya bingung, akhirnya ia berani bertanya tentang ini.
"Kamu sudah tau jawabannya tadi"
Gadis itu mengerutkan dahi "Yang mana?"
"Yang jelas besok pagi bakal ada sarapan dan pasti kamu banyak ditanya nanti, apalagi sama Oma saya. kamu harus bisa jawab, "pesan Devian.
"Kalo aneh-aneh gimana?"tanya Naya gausar, jadi teringat tentang pertanyaan terakhir dari Oma G tentang asal keluargnya. Sebenarnya tidak sepenunyaa salah, mungkin saja pikiran Naya yang negatif duluan mengartikannya.
Naya memejamkan matanya lalu membuka lagi, menatap Devian kesal "Saya nolongin Ka Dev banget loh ini. Effort banget saya pura-pura jadi pacar kaka,"akunya sebal. Devian terkekeh kecil
KAMU SEDANG MEMBACA
Devian Samuel
Teen FictionLelaki itu posesif, pemarah, dingin dan menyeramkan, tapi sifatnya berubah seperti bunglon yang berubah warna menyesuaikan keadaan dan suasana hatinya. contohnya saat bersama dengan gadis mungil bernama Anaya Novlyn. "Kenapa diam Nay, atau kamu mau...