15 - Kamis

50.7K 4.1K 167
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu yuk sebelum baca <3

______

Kamis pagi di awali dengan pelajaran ekonomi yangmenguras emosi dan otak kelas tertinggi di dua angkatan setelahnya.  Kelas Ips 1 sedang berada dalam masa sulit mereka ketika guru ekonomi mereka—Devian Samuel—melakukan kuis dadakan lagi.

Rasanya ingin sekali berteriak protes, tapi melihat wajah lelaki itu membuat rasa keberanian mereka kandas seketika.

Naya menggaruk kepalanya, tidak mengerti satu soal pun yang diberikan Devian. Gadis itu celingukan berharap mendapat jawaban.

Tak hanya Naya,  Jingga dan Kirana pun merasakan hal yang sama. Walau Kirana tergolong pintar tetapi dia tidak bisa menjawab soal kalau tidak belajar dulu.

pstt pstt

Jingga mengkode Naya dan berhasil. Jingga melihatkan dua jemarinya, yang artinya 'nomer dua'

Naya menggeleng lesu, tatapanya beralih pada sang juara kelas—Hanna. Perempuan itu seperti tidak ada kesulitan mengerjakan soal sulit ini.  Naya berusaha memanggilnya dengan timpukan kertas-kertas kecil yang ia remas menjadi bola. Sebentar-sebentar menimpuk dengan takut,  karena posisi Hanna berada di bangku depan. 

Sudah menghabiskan setengah kertas tetapi Hanna tetap tak menghitaukanya. Dengan rasa sebal Naya remas sisa kertas tersebut melempar dengan emosi dan pluk Kena!

Namun tak Naya sangka, Hanna tak berbalik dengan tenang melainkan ...

"Kenapa sih Naya! " pekik perempuan itu dengan emosi.

Naya melotot mendengarnya. Satu ruangan langsung melihat mereka berdua. Naya tertohok ketika Hanna kembali melanjutkan ucapannya

"Ngapain sih dari tadi lempar-lempar kertas ke gue?! lo mau nyontek hah?"

Bisa di lihat dari raut wajahnya,  perempuan itu terlihat sangat kesal "Gue mau fokus anjing!'

"Ada apa?"sela Devian yang sedari tadi diam memperhatikan.

Naya yang mau menjawab langsung terdiam kembali,  gadis itu sudah berada di ujung tanduk.  Sudah tidak bisa menjawab apapun selain menanggung malu yang teramat dalam.

"Kenapa dengan Anaya?"tanya Devian pada Hanna. 

"Dia dari tadi lempar saya bola kertas terus kak,  saya cuekin eh dia malah makin jadi. Saya tau dia mau nyontek makanya saya cuekin,"jawab Hanna menggebu-gebu.

Devian mengangguk paham, melihat Naya yang sudah menunduk dalam-dalam. 

"Silahkan kamu keluar Naya,"ucapnya sudah Naya duga.

Gadis itu beranjak bangun,  keadaan masih hening karena semua mata masih menatap gerak-geriknya.  Naya menghela napas pelan, buru-buru keluar dari kelas. Namun saat sudah di ujung pintu, suara Devian kembali terdengar

Devian SamuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang