27 - Truth

35.9K 3.4K 203
                                    

happy reading

"Ya lo pikir aja seorang direktur perusahaan tiba-tiba merangkap jadi guru sekolah? apa lagi alesannya kalau bukan liat calon istrinya."

Ucapan Jingga beberapa menit yang lalu di telfon mengingatkan Naya kembali saat ini. Jingga benar, mana ada direktur besar tiba-tiba saja menjadi guru ekonomi?

Setelah berbincang dengan Claudia, Naya bergegas menelfon Jingga untuk bertanya apakah benar Jingga Delisa adalah mantan calon istrinya ka Dev? atau sampai sekarang masih? lalu bagaimana dengan perjodohan Naya dan Devian di New York kemarin.

Namun bukannya kepastian yang Naya dapatkan. Jingga hanya berkata seperti itu, berkata jika Devian tidak mungkin jadi guru karena alasan lain, selain bertemu calon istrinya.

Jawaban atas pertanyaan Naya mengapa Devian tiba-tiba menjadi guru pengganti pak Andre sudah terpecahkan. Namun tidak dengan kepastian Jingga mengenai calon istri Devian.

Langit menggelap. Rintik hujan kecil-kecil sudah bisa Naya rasakan ketika baru saja turun dari taxi. Gadis itu berada di lobi apartemen Devian. Menunggu Devian turun, walau lelaki itu sudah menyuruhnya untuk langsung masuk. Naya sudah mencona menelfon Devian beberapa kali, gadis itu duduk di sofa lobi

"Selamat datang non, sudah di tunggu tuan di apartemennya." Naya tersentak kaget ketika seorang lelaki tua menyapanya, ia berdiri langsung mundur beberapa langkah

"AAAAAA KOK ADA DISINI SIH?!"teriaknya langsung mengundang perhatian. Beberapa petugas keamanan langsung menghampiri Naya "TOLONG TOLONGGG DIA MAU CULIK SAYA!!!" Naya masih berteriak membuat lelaki itu gelagapan.

"Non non bukan saya gak mau culik non"

"Ada apa ya pak?" tegur petugas keamanan

Naya yang masih panik langsung ngacir ke belakang tubuh petugas tersebut "PAK PAK TOLONGIN SAYA PAK! DIA MAU NYULIK SAYA LAGI. WAKTU ITU DIA MAU COBA NYULIK SAYA DIHUTAN TAPI GAGAL. SEKARANG DIA MA-

"Anaya?" Teriakan Naya padam sesaat suara Devian memasuki pendengarannya. Naya langsun memeluk Devian tanpa aba-aba, membuat tubuh Devian mundur beberapa langkah. Naya sudah menangis takut

"Kak itu ada bapak itu lagi hiks... tolongin Naya kak" Naya semakin terisak mendapati Devian hanya diam menatapnya

Tangan Devian menggapai rambutnya "Naya?"

"Itu kak! tangkep dia ngincar Naya!!" Naya semakin mengeratkan pelukannya apalagi mengingat kejadian dihutan yang lalu. Sampai sekarang terkadang bayang-bayang lelaki tua itu masih mehantui Naya, apalagi saat tarikan kuat yang membawanya semakin masuk ke dalam hutan.

Naya histeris

"Hiks kak tolonginn!!!" Devian menggapai tubuh Naya mendekat. Lalu memberi kode enah apa membuat Lelaki tua itu pergi dengan takut. Beberapa petugas keamanan juga sudah pergi dari sana, tinggal Naya yang masih menangis memejamkan matanya.

"Udah gak ada lagi orangnya," ujar Devian lembut, gadis itu perlahan membuka matanya namum masih memeluk erat Devian. Tangan Devian masih mengelus rambutnya pelan "Kamu takut kenapa?"

Naya menggeleng lirih

Devian menghela napas, merangkul gadisnya masuk kedalam

Naya merasa tenaganya seakan habis tersedot entah kemana, tubuhnya yang masih terbalut seragam sekolah kini bersandar pada sofa Devian.

"Kenapa sayang?" Devian berjalan mendekati Naya yang lemas. "Kamu pusing?"

Naya diam tak menjawab namun matanya menatap Devian sedih "Aku takut sama bapak yang tadi, dia mau culik aku."

Devian SamuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang