Semenjak dua hari kemarin Devian memarahi Farel dan siapapun yang menganggunya kena marah juga. Jadwal lelaki itu yang hanya dua hari dalam seminggu dan itu membuat Naya susah untuk menghampirinya.
Naya hanya ingin mengambil ponselnya yang sudah di sita Devian berhari-hari. gadis itu sudah jengah tidak bermain ponsel.
Naya beranjak dari kelasnya menuju ruangan Devian. Karena tidak berani sendiri menghadapi Devian Naya mengajak Jingga untuk ikut tapi gadis itu malah ogah-ogahan menemaninya.
"Nay ngeri ah ka Devian sensitif banget,"bisik Jingga saat keduanya sudah berada di depan pintu ruangan Devian.
"Ih gimana si jing, kamu kan udah janji mau nemenin!"balasnya Naya kesal.
"Ya masalahnya gue takut Nay, bayangin aja kemaren si Tika cuma telat semenit aja di omelin pedes banget."Jingga bergidik ngeri setelah Farel yang kena omel langsung saja berturut-turut kelasnya diomel juga.
"Justru itu kalau aku sendiri nanti aku dipedesin gimana?"
"Lo kan bukan makanan nay."
"Justru bukan makanan jadi kalo di pedesin gak enak."
"Ih udah ah gak jelas banget! udah sana masuk!!"decak Jingga mendorong pelan bahu Naya. Gadis berkulit putih itu mencoba mengetuk pintu dulu beberapa kali sebelum akhirnya suara berat merespon untuk masuk saja tidak di kunci.
Nyali Naya lansung menciut pada langkah pertamanya. Ruangan rapi yang hari kemarin ia masuki kini berantakan seperti dilewati angin tornado. Bisa di lihat seorang lelaki tampan berada di balik tumpukan berkas entah apa.
Naya berjalan mendekat. Jingga menunggu di depan karna penjanjian hanya menemani sampe depan.
"Permisi kak saya mau ngambil handphone,"ujar Naya sopan.
Hening tidak ada jawaban Devian sibuk mengetik. Naya di acuhkan.
"Kak?"
"Kak maaf saya mau ambil handphone."
"kak say-
"Gak kebawa,"lontar lelaki itu tanpa mengalihkan tatapan.
Naya menghela napas mendengar suara dinginnya. "Terus gimana kak?"
Devian sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan Naya, terlihat lelaki itu malah beranjak pergi ngambil salah satu map hitam di lemari.
"Kak gimana dong saya harus ambil handphone saya."
"Kenapa?"sekali lagi dengan suara datar tanpa melirik lawan bicaranya.
"Gini loh kak handphone tuh penting banget buat informasi kelas-kelas saya terus temen-temen saya juga komunikasi dengan saya lewat handphone gitu kak belum lagi saya masih ada streaming pokonya penting banget,"jelas Naya berusaha meyakini Devian agar mengambalikan handphonenya.
"Komunikasi dengan teman apa pacarr!"Naya tau ada nada sindiran dari ucapan Devian barusan.
"Iya dari pacar juga lah,"jawab Naya asal.
Devian mengalihkan pandangan padanya "Gak penting."
"Apa yang gak penting? kan tadi udah saya jelasin hal-hal yang pentingnya kak?!" entah kemarin-kemarin sampai sekarang jika berbicara dengan Devian harus extra sabar.
"Pacaran yang gak penting! apalagi pacar kamu yang gak jelas."
Naya terdiam beberapa saat "Ya gak apa apa sih yang penting saya punya pacar."
Devian berdecih "Buat apa fungsinya kalau pacar kamu aja biang onar."
"Siapa?!" Naya kesal kenapa Devian malah membahas tentang pacarnya! Naya punya pacar saja tidak! ia terpaksa berbohong terus-terusan demi menutupi satu kebohongan besar kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devian Samuel
Teen FictionLelaki itu posesif, pemarah, dingin dan menyeramkan, tapi sifatnya berubah seperti bunglon yang berubah warna menyesuaikan keadaan dan suasana hatinya. contohnya saat bersama dengan gadis mungil bernama Anaya Novlyn. "Kenapa diam Nay, atau kamu mau...