Yang paling tua namanya Arasha Jisung. Lahir sepuluh menit dari si adek yang orang tua mereka kasih nama Arusha Felix.
Kembar. Tapi gak identik.
Wajah keduanya gak ada kemiripan sama sekali. Tapi untuk dibeberapa aspek ada yang mirip. Seperti sifat, juga tingkah lakunya yang saling melengkapi.
Jisung jago dibidang seni, sementara Felix dibidang akademik. Jisung yang introvert, juga Felix yang ekstrovert. Semuanya berbanding terbalik, meskipun pada beberapa waktu ada ciri khas anak kembar yang keluar dari keduanya, itu pun mereka gak sadar sama sekali.
Awalnya hidup mereka normal-normal aja.
Namun tiba-tiba, BOOM!
Tepat satu hari setelah tahun baru chinnese, sepulangnya mereka dari taman klenteng yang berada di pusat kota. Pada pagi harinya ketika mereka terbangun, Felix mendapati dirinya berada di dalam tubuh Jisung.
Begitu pun sebaliknya. Jisung yang memang pada dasarnya agak -lama, hanya bisa bengong ketika Felix -yang berada dalam tubuhnya, menyerangnya dengan berbagai pertanyaan yang sama sekali gak bisa Jisung pahami.
Masih terlalu pagi untuk ribut, orang tua mereka bahkan masih tidur di kamar lantai bawah sana. Tapi keadaan lantai dua rumah besar itu sudah bisa terbilang panas.
Dengan Felix -yang berapi-api, memarahi Jisung yang cuman bisa menatap dirinya polos.
"Gue kaya lagi di marahin sama diri sendiri." -itu respon pertama yang keluar dari bibirnya.
Setelah seperkian menit hanya bisa menatap Felix -yang berada dalam tubuhnya, tanpa berkedip sama sekali.
Aneh rasanya. Melihat tubuhnya sendiri yang sekarang melotot dengan matanya yang sudah bulat juga bibirnya yang mengerucut penuh. Jisung -yang berada dalam tubuh Felix, seketika bergidik. Jadi kaya gini gambaran dia kalau lagi marah sama kembarannya.
Jelek. Kaya tupai.
Di depannya, Felix hanya bisa menghela nafasnya berat. Dalam hati setuju, memarahi Jisung dengan tubuhnya yang menjadi luaran rasanya aneh. Serasa sedang memarahi dirinya sendiri.
What a beautiful morning.
Terbangun dengan posisi tubuh yang tertukar dengan kembarannya sendiri adalah sebuah kejadian yang benar-benar diluar nalar keduanya.
Namun pada kenyataannya, semuanya terjadi begitu saja. Tubuh mereka tertukar dan sekarang keduanya hanya bisa terduduk merenung di depan pintu kamar mereka yang saling berhadapan.
"Coba lo berdiri." Suruh Felix, pada Jisung yang sekarang memakai satu set lengkap piyama miliknya. Piyama motif koala lecek pemberian orang tuanya tiga tahun yang lalu.
Jisung menurut, berdiri tegap di depan pintu kamar Felix yang banyak stiker anak ayam warna kuning.
"Badan lo kurus banget, Lix." Komentar Jisung, dengan kedua tangan yang gak bisa diam meraba tubuhnya sendiri.
Mulai dari dada, lengan, pipi, rahang, kaki hingga pantat semua gak luput dari sentuhannya. "Datar, otak doang yang berisi." Lanjutnya.
Yang mana langsung mendapat tendangan keras pada pantatnya dari Felix, dia lupa kalau kembarannya ini sabuk hitam Taekwondo. Jisung merigis sakit bukan main.
"Gue tau kalo gue kurus, gak kaya lo." Felix mencubit pipinya sendiri, yang sekarang jelas terasa berisi. "Nih, isinya lemak semua." Lalu beralih pada pantatnya sendiri yang sempat dia pukul beberapa kali.
"Gapapa dong, semok."
Hampir saja kepalan tangannya mendarat pada pipi tirusnya. Kalau saja Felix gak ingat, kalau nanti malah tubuhnya sendiri yang bakalan lebam.
Mereka ketuker. Inget.
"Lo jangan macem-macem, yang lo bawa itu Felix, bukan Jisung lagi."
Yang memakai piyama koala lecek mengangguk paham. "Paling nanti semua orang jadi aneh sama lo."
"Aneh?"
"Lo lupa kalo minat kita berbanding terbalik?"
Ah, iya.
Jisung benci matematika, tapi kembarannya masuk Fakultas Matematika. Felix sama sekali gak jago menggambar, tapi kembarannya berkali-kali menang juara satu lomba menggambar.
"Lo inget gak sih, kenapa kita bisa sampe ketuker kaya gini?"
Jisung lantas memutar bola matanya keatas, mencoba mengingat hal-hal yang -sekiranya aneh, terjadi kemarin di taman klenteng pusat kota. Memutar ingatannya kembali dengan seksama.
Namun berbanding terbalik dengan Jisung, Felix di depannya malah menatap wajahnya sendiri dengan kaget. Mulut sedikit terbuka dengan mata yang membola.
"Gila, muka gue jutek banget kalo lagi mikir."
Jisung langsung menatapnya penuh. "Lah, baru nyadar? Kan udah gue bilang, muka lo kalo lagi mikir kaya orang yang ngajak gelut. Gak nyante."
Felix berdecak. "Tapi muka lo jelek kalo lagi mikir."
"Kita kembar."
"Tapi gak mirip." Felix mendengus.
Namun Jisung di depannya malah menatapnya begitu gemas. "Muka gue gemes banget kalo lagi kesel," lalu tertawa sendiri setelahnya.
Membuat Felix menatapnya jengah dan lagi-lagi kepalan tangan hampir bersarang di rahang mulusnya sendiri.
"Mending kita mandi, abis gitu kita skip kelas dan pergi ke taman klenteng biar kita bisa mikir."
Jisung berseru setuju. "Ide bagus," hampir saja masuk kedalam kamarnya sendiri tapi Felix tahan dan langsung membawanya masuk kedalam kamar dengan nuansa abu tua yang pemiliknya sekarang berpipi chubby.
"Oh, sorry. Lupa."
Felix berdeham singkat. Setelah menutup pintu kamarnya sendiri, dia masuk kedalam kamar milik kembarannya. Namun gak sampai dua detik, sebuah teriakan kencang terdengar sampai lantai lantai bawah.
"JISUNG KAMAR LO BERANTAKAN BANGET!?"
Sang pemilik kamar cuman bisa tertawa puas. Dalam hati memuji kerapihan kamar Felix yang bahkan sampai buku-buku saja tertata sesuai warna.
.
.
.
.
Haloo? ;_;
Fantasy AU, gak akan panjang-panjang chapternya ;_; selamat menikmati!
KAMU SEDANG MEMBACA
switch [jilix] +changlix;minsung
FanfictionHanya karena permintaan mereka berdua, semesta membuat keduanya jungkir balik, hingga merasakan pahit manisnya dunia. Hey, it's changlix and minsung. wanna see?