O1O. Pinned Down By Jealous Mind

927 176 23
                                    

Jisung tidak tahu sudah berapa lama dia duduk di salah satu bangku dengan pemandangannya yang mengarah langsung pada hamparan sungai luas yang memenuhi matanya kini. Air beriak cepat ketika maniknya menangkap sebuah serangga yang berenang cepat diatasnya.

Dia tidak tahu kenapa bisa sampai berakhir melamun sendiri di depan hamparan luas yang penuh dengan air tersebut. Yang Jisung ingat adalah tadi dirinya yang sedang mengemudikan mobilnya tidak tentu arah, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah sungai yang biasanya dia singgahi bersama Felix di kala senggang waktu keduanya.

Hanya untuk sekedar mengobrol ringan atau mengamati riak air yang terkadang mereka membayangkan adanya monster air yang hidup di dasarnya. Namun sekarang Jisung sendirian. Hanya di temani oleh mobil putih Felix yang sekarang terparkir apik di belakang tubuhnya.

Matahari sudah lama terbenam, yang mana di gantikan oleh putihnya bulan yang kini menemaninya. Bersinar begitu terang tanpa memperdulikan keadaan Jisung yang begitu berantakan detik itu juga. 

Ah, ya. Dunia akan terus berputar ketika Jisung tidak bernapas sekalipun. Diam-diam dia tersenyum tipis sembari memainkan kunci mobilnya yang tadi kakak tingkatnya sempat curi.

Permasalahan yang membuat Jisung terdampar sendirian di tempat seperti ini. Adalah karena bukan lain akibat pemuda bernama Minho Lathaniel yang membuatnya bertengkar hebat dengan Felix untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup keduanya.

Jisung mengakui kalau ini pertama kalinya mereka beradu mulut yang membuatnya sampai pergi dari rumah. Dia hanya merasa kalau detik itu juga dia harus pergi, kepalanya tidak bisa menahan semuanya dan bisa saja Jisung meledak yang pasti akan dia sesali di kemudian hari. Maka dari itu, dia lebih memilih pergi.

Jemarinya mengacak surai kelabu yang sudah tidak berbentuk itu. Pandangannya kembali mengarah pada hamparan air yang begitu membentang luas di hadapannya kini. Mencoba menetralkan pikirannya yang perlahan berubah tenang, setenang air yang berada dalam pandangannya kini.

Beberapa menit, Jisung habiskan untuk melamun. Hingga detik selanjutnya, dia bisa mendengar hentakan kaki yang perlahan menghampirinya dengan tarikan napas yang terdengar begitu tersenggal di telinganya. Kemudian, suara menyebalkan terdengar yang membuatnya seketika menoleh pada seseorang itu yang kini tersenyum tengil padanya.

"Felix. Ketemu lagi kita."

Minho Lathaniel berdiri tidak jauh dari posisi duduknya. Rambut pemuda itu acak-acakan dengan keadaannya penuh peluh, baju bagian depannya basah oleh keringatnya sendiri. Di lihat dari penampilannya, pemuda itu seperti sedang melakukan lari malam yang membuat Jisung seketika mendengus.

"Mending lo pergi." Kata Jisung, penuh dengan nada ketus yang membuat Minho semakin melangkah mendekat kearahnya.

"Dih, ngusir. Jalan udah kaya punya bapak lo aja." Pemuda itu kini duduk di samping Jisung, meskipun masih ada jarak yang kentara sekali diantara keduanya, tapi Jisung segera beringsut menjauh karenanya.

"Apa? Lo mau bilang kalo ini juga punya Eyang Buyut lo, hah?"

Minho tertawa pelan. "Bukan sih, kalo ini punya Paman gue."

"Lama-lama ini Bumi lo hak milik juga punya keluarga lo." Desis Jisung, tangannya spontan mencengkeram erat kunci mobil di tangannya. Takut kalau pemuda di sampingnya akan berbuat nekat seperti kejadian di kampus dan melemparnya ke dalam sungai kali ini.

Bagaimana pun juga, Jisung harus tetap siaga kalau berdekatan dengan pemuda bernama Minho Lathaniel itu.

"Iya, kaya lo."

"Gue?" Jisung menatap Minho seketika dengan pandangan tidak terimanya. "Gila, lo emang udah gila."

"Apanya yang gila? Kan gue cuman ngomong hak cipta kepemilikan lo." Minho balas tatapan itu dengan begitu santainya seperti biasa.

switch [jilix] +changlix;minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang