O23. Trully

1K 166 4
                                    

[note : jangan baca ini pas lagi shaum guys ;_;]

.
.
.
.
.

Empat hari lamanya, dua anak kembar itu menghabiskan hari-harinya di rumah sakit dengan berbagai macam obat juga perawatan penuh sampai tubuhnya benar-benar kembali sehat. Hingga pagi ini, keduanya diperbolehkan untuk pulang namun masih harus tetap menjalankan pengecekan rutin setiap minggunya.

Felix sudah berganti dengan baju kasualnya dengan tas sedang yang kini dia pegang dengan sebelah tangannya yang berisi keperluannya selama di rumah sakit, posisinya duduk disalah satu kursi di ruang tunggu itu bersama Jisung yang juga duduk disebelahnya dengan dagu yang menumpu pada tas yang sekarang dipeluknya di depan dada.

Keduanya tengah menunggu orang tuanya selesai dalam mengurus hal administrasi di loket pembayaran, menyuruh dua anak kembar itu menunggu di ruang tunggu dekat lobby sementara beliau membayar semua hal keuangan di ruangan di sebelahnya.

Dan selama empat hari itu pula, Felix maupun Jisung tidak lagi menemukan Changbin maupun Minho di rumah sakit. Sempat berpikir kalau Ayahnya yang menyuruh dua pemuda itu untuk tak lagi menemui anak kembarnya, ditambah perkataan Changbin waktu itu yang membuatnya berpikir keras lagi dari sebelumnya.

Pemuda itu mengatakan kalau dia akan bertemu lagi dengan Felix, cepat ataupun lambat. Tapi nyatanya, dalam empat hari kebelakang, Felix tidak lagi menemukan Changbin bahkan ketika sejauh manapun matanya memandang.

Kecupan pada malam itu sangat berbekas bagi Felix. Adegan di mana ketika Changbin mencium bibirnya berputar bagai kaset yang diatur dalam pengaturan on-loop di otaknya. Tidak henti-hentinya memenuhi kepalanya sampai Felix dibuat pening oleh itu.

Meskipun demikian, Felix enggan untuk menanyakan kenapa Changbin melakukannya pada malam itu melalui pesan ataupun telepon. Lantaran Changbin tidak mengatakan apapun selain menjanjikan sesuatu perihal mereka yang akan kembali bertemu, hanya itu. Lalu pergi ketika Ayahnya mengatakan kalau Changbin maupun Minho harus pergi karena waktu keduanya sudah habis --yang sejujurnya sedikit tidak Felix mengerti.

Sama sekali tidak membahas kecupan itu yang membuat Felix merasa sedikit segan untuk membahasnya. Nyalinya tidak sebesar itu untuk mengajak pemuda itu berbicara lebih dulu setelah apa yang terjadi diantara keduanya.

"... Hey!-- Heh! Arusha Felix!"

Tepukan sedikit kuat yang mendarat di bahunya berhasil membuat lamunan sesaat Felix tentang Changbin buyar seketika. Kedua manik itu mengerjap cepat sebelum akhirnya menoleh pada sang pelaku yang tidak lain lagi, adalah Jisung.

"Apa?" Sahut Felix, sedikit lambat dengan wajah polosnya yang memandang kembarannya tanya.

"Lo ngelamunin jorok, ya? Daritadi gue panggil gak nyaut."

Desisan malas keluar dari celah bibir si manis. Sembari merotasikan kedua bola matanya jengah luar biasa. "Bukan urusan lo."

"Ayo pulang, Ayah sama Bunda udah selesai bayarnya."

Kedikan dagu dari Jisung yang mengarah pada salah satu sudut dimana ada kedua orang tuanya yang kini berjalan santai kearah keduanya, mereka melangkah pelan dengan posisi yang bersebelahan dengan bibir yang bergerak seperti tengah mengobrol bersama satu sama lain.

"Oh, maaf."

Sedang tidak dalam mood untuk meladeni lebih lanjut omongan dari kembarannya itu, Felix segera berdiri sembari tidak lupa meraih tasnya yang segera disusul cepat oleh Jisung di sampingnya. Sengaja berjalan sedikit lebih cepat dari kembarannya, sehingga Jisung kini tertinggal beberapa langkah di belakangnya.

switch [jilix] +changlix;minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang