O24. Mean It

1.8K 200 52
                                    

Kembali ke kehidupan normalnya.

Jisung sering memabayangkan kapan dia bisa kembali ketubuh asalnya lagi dengan semua hal yang telah terjadi padanya itu, bahkan pernah berpikir kalau si gembil tidak akan bisa kembali ke kehidupan aslinya karena merasa tidak percaya diri sama sekali kalau keinginannya akan tercapai dalam waktu dekat.

Namun pada kenyataannya, di pagi hari yang cukup mendung ini Jisung bisa kembali terbangun dengan keadaan aslinya.

Menatap cermin dan yang bisa dia temui pada pantulan kaca itu adalah wajahnya yang sedikit membengkak dengan pipi tembamnya yang tidak Jisung bayangkan akan dirindukannya. Berada di tubuh adiknya memang terasa ringan, karena proporsi tubuh keduanya yang memang tidak terlalu berbeda dari satu sama lain.

Namun Felix tidak memiliki gumpalan lemak pada wajahnya, meskipun dulu wajah keduanya sama-sama bulat, tapi entah karena stress atau memang sengaja Felix lakukan --yang alasannya tidak pernah Jisung ketahui sampai sekarang, wajah kembarannya berubah menjadi tirus yang semakin membuat Felix terlihat seperti blasteran.

Fakta keduanya yang memang memiliki darah campuran, tapi Felix memiliki gen yang lebih condong kearah Nenek serta Kakeknya yang berada di Australia. Berbanding dengan Jisung yang terlihat seperti orang Asia pada umumnya.

Jisung memakan sarapannya dengan tenang seperti biasa, celotehan Felix yang bercerita tentang drama yang semalam adiknya itu tonton hanya dia respon seadanya. Di hadapan keduanya, ada Bunda serta Ayahnya yang memilih diam mendengarkan ocehan Felix pagi itu. Namun masih dengan gerakan stabil, beliau sembari memakan sarapan roti yang sudah Bundanya hidangkan.

Hingga akhirnya bunyi bel yang menginterupsi pembicaraan Felix terdengar, memecah belah fokus empat orang itu yang membuat sang Bunda bangun dari duduknya lalu berjalan dengan sepotong roti yang tersisa setengah berada di celah jemarinya.

Detik selanjutnya, Jisung dapat mendengar pembicaraan singkat namun terdengar ramah itu samar-samar, mengingat ruang makan dengan pintu masuk rumahnya bisa dikatakan berjarak lumayan, tapi keadaan sekarang yang bisa dikatakan hening membuatnya bisa mendengar pembicaraan Bunda dengan seseorang yang bertamu ke rumahnya sepagi ini.

Derap langkah yang mendekat bisa Jisung rasakan, hawa keberadaan dua orang yang sekarang tengah berjalan kearah dimana kini keluarganya melangsungkan sarapan pagi seperti biasa, membuat si gembil menoleh tanpa perhitungan apapun.

Hanya untuk mendapati Changbin yang berjalan di samping Bundanya, dengan setelan kasualnya seperti biasa, pemuda itu tersenyum begitu ramah menyapa semua orang yang berada di sana tanpa terkecuali. Jisung hanya mengangguk sewaktu pemuda itu menyapanya, lalu pandangannya spontan beralih pada Felix yang tiba-tiba diam tidak lagi mengoceh seperti tadi. 

Melihat bagaimana kembarannya itu menundukkan kepalanya malu dengan kunyahan pada makanannya yang tiba-tiba melambat, membuat Jisung terkekeh geli sembari menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

Tanpa bertanya dua kali pun, Jisung tahu apa yang sudah terjadi diantara dua orang itu. Felix yang memang terlalu mudah untuk dibaca, serta Changbin yang juga sengaja menunjukkannya pada semua orang. Seolah sengaja memperlihatkan pada semua orang bahwa Felix juga Changbin memang ada sesuatu yang terjadi diantara keduanya.

"Just go, gue bisa bawa mobil sendiri." Berbisik pelan tepat di depan telinga adiknya itu, Jisung menaikan alisnya jahil ketika melihat wajah Felix yang kini menampilkan raut terkejutnya.

Yang tidak lama berubah menjadi kernyitan malu ketika Ayahnya menyuruh untuk segera berkemas pergi agar Changbin tidak terlalu lama menunggunya, menghasilkan kekehan tidak masalah dari pemuda itu serta Felix yang sedikit berlari kearah kamarnya di lantai dua dengan pipi yang menggembung sebelah karena roti yang belum habis sepenuhnya.

switch [jilix] +changlix;minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang