Seorang Jisung di mata Changbin itu seperti mawar baginya. Begitu indah namun menyakitkan di saat yang bersamaan. Siapa yang tidak gemas melihat rupa Jisung dengan pipi bulatnya yang seperti bakpau itu, bukan hanya Changbin yang diam-diam menaruh perhatian lebih pada pemuda berpipi gembil itu. Masih banyak mahasiswa lain yang juga menaruh atensinya lebih padanya.
Changbin merasa beruntung dari segelintir orang itu. Lantaran dirinya berhasil mendapatkan Jisung meskipun pada akhirnya Changbin gak bisa menarik atensi si gembil. Sekeras mungkin usahanya yang dia lakukan untuk menarik perhatian Jisung agar tertuju padanya, akan berakhir serupa dengan dirinya yang sama sekali tidak dianggap ada oleh Jisung.
Dua bulan lamanya Changbin berpacaran dengan Jisung, dia mengetahui kalau pemuda gembil itu sama sekali gak tertarik padanya. Changbin menyadarinya, bagaimana tatapan tanpa sorot itu menatap matanya tanpa ada afeksi berarti apapun baginya.
Namun Changbin memilih egois. Untuk tetap berada di sisi Jisung bahkan ketika sosok itu bahkan tidak menganggapnya ada. Orang bilang, cinta itu butuh pengorbanan. Dan Changbin melakukannya untuk Jisung, mengorbankan waktu serta berbagai hal lainnya untuk membuat si gembil menyadari keberadaannya.
Meskipun hasil yang Changbin dapat, begitu berbanding jauh dengan ekspektasinya. Jisung tetap tidak memperhatikannya bahkan menyadari kehadirannya. Hingga dua hari yang lalu, tatapan tanpa sorot itu berubah ketika Changbin sengaja menemuinya di parkiran gedung yang dia ketahui fakultas kembarannya.
Meksipun berakhir dengan dorongan kuat dari kembaran Jisung, serta besoknya lagi Changbin berhasil mengajak si gembil berbicara berdua untuk sekedar membahas hubungan keduanya. Yang lebih tepatnya, hanya Changbin yang berjuang di sini.
Tapi Changbin tidak peduli.
Itu sebuah kemajuan besar dimana untuk pertama kalinya dia berbicara secara empat mata dengan Jisung. Atau mungkin Felix.
Namun tidak ada kesenangan yang bertahan lama di dunia ini. Changbin harusnya lebih tanggap ketika menyadari sesuatu yang aneh dari pacarnya itu. Mulai dari tatapannya yang berbeda serta nada bicara yang di pakainya berubah.
Jisung belum pernah menyapanya lebih dulu. Harus selalu Changbin yang mengajaknya bicara lebih dulu. Tapi pagi itu terasa berbeda, Jisung menyapanya lebih dulu meskipun hanya sekedar hai biasa.
Lalu siangnya, Changbin mendapati grup angkatannya penuh oleh video --yang dia ketahui itu adalah kembaran Jisung, tengah menantang salah satu katingnya yang memang punya reputasi buruk di kampusnya.
Minho Lathaniel, kakak tingkat yang Changbin kenal hanya nama juga cerita di baliknya yang membuatnya tidak mau berurusan apapun dengan pemuda itu. Sungguh, dia lebih baik berurusan dengan anggota BEM ketimbang kakak tingkatnya itu.
Sehabis kelas, Changbin sengaja menghampiri Jisung di gedung fakultasnya sendiri untuk memperlihatkan video tersebut. Reaksi yang di dapatnya persis seperti apa yang Changbin bayangkan. Pacarnya itu --terlihat frustasi juga marah melihat kembarannya malah berurusan dengan Minho. Changbin belum tahu bagaimana awalannya, hingga kembaran pacarnya itu bisa mengibarkan bendera perang pada satu sama lain dengan Minho.
Dan, maka ketika Jisung mengatakan; "Bantu gue nyari Jisung."
Sukses membuatnya terdiam untuk beberapa detik, membiarkan lengannya di tarik oleh pacarnya itu yang mungkin belum sadar dengan apa yang di katakannya barusan.
Kedua telinganya masih berfungsi dengan baik. Meskipun keadaan kantin sedikit bising karena bertepatan dengan jam seusai kelas, tapi Changbin bisa mendengar jelas perkataan ambigu yang keluar dari mulut pacarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
switch [jilix] +changlix;minsung
FanfictionHanya karena permintaan mereka berdua, semesta membuat keduanya jungkir balik, hingga merasakan pahit manisnya dunia. Hey, it's changlix and minsung. wanna see?