Jisung terengah, sebelah tangan menumpu pada kusen pintu di sebelahnya. Minho sudah lebih dulu masuk kedalam ruangan, kakak tingkat itu sekarang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Disamping salah satu mesin rakitan yang belum selesai, Minho menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
Keduanya sontak menjadi perhatian beberapa pasang mata disana, sebagian orang mengernyit lantaran heran melihat anggota BEM yang mengejar Minho sampai ke gedung Teknik. Berpikir kalau pemuda itu melakukan hal apa lagi yang membuatnya menjadi buronan anggota BEM.
Sebagian lagi menggelengkan kepalanya, sembari tersenyum miring serta mengasihani Felix -yang tubuhnya sekarang Jisung pakai, karena harus berurusan dengan Minho.
"Kunci mobil gue." Jisung berkata sambil berjalan mendekat kearah kakak tingkat itu. Sebelah tangan berada di pinggang masih sembari mengatur napasnya yang belum teratur sempurna.
Telunjuk mengarah langsung pada Minho, membuat yang bersangkutan tersenyum karena merasa begitu tertantang juga tertarik dengan lawannya kali ini.
"Ambil sendiri lah," Minho menggoyangkan kunci mobil bergantungan bebek kuning itu secara main-main di tangganya.
Sengaja membuat Jisung semakin jengkel juga kesal. Dan itu terbukti, terlihat dari bagaimana raut wajah yang lebih muda berubah menjadi lebih serius dengan kedua manik cerahnya memandang Minho begitu emosi.
Minho hanya mampu menarik ujung bibirnya ketika melihat Jisung yang semakin berjalan mendekat kearahnya, wajahnya mengeras dan Minho bisa melihat kilatan marah tercetak jelas di kedua manik yang lebih muda.
Jelas-jelas begitu tertarik dengan lawan mainnya kali ini yang begitu berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Mungkin dulu orang-orang akan membiarkan Minho dengan segala kelakukannya yang gak jarang membuat beberapa orang naik darah, gak mau menegur apalagi memarahinya sama sekali dengan alasan takut karena Minho anak rektorat kampus.
Lalu membiarkannya berlalu begitu saja lantaran Minho yang langsung merasa bosan karena lawan mainnya yang menyerah begitu saja. Namun untuk kali ini berbeda, lawan main Minho bukan sembarang orang. Minho bahkan berani bertaruh kalau laki-laki di hadapannya tau kalau dia anak rektorat kampus tapi masih berani menghadapnya bahkan sampai mengikuti Minho ke gedung Teknik.
Menarik, Minho benar-benar tertarik.
"Siniin."
Minho sengaja menaikan tangannya yang memegang kunci mobil, sehingga Jisung hanya bisa meraih udara kosong dan tubuhnya sedikit terdorong kedepan.
Dengusan terdengar setelah itu, Jisung memandang lurus kearah manik jenaka Minho yang juga menatap kearahnya. "Annoying."
"I know." Minho memiringkan wajahnya, senyum miring semakin terpatri pada bibir tipisnya.
"Balikin, Kak Minho." Sengaja menekan sebutan formalitasnya bagi Minho, Jisung semakin sangar ketika kakak tingkat itu bersiul pelan sembari tetap mencoba menghindar dari tangan Jisung yang mengikutinya.
"Lo beruntung kunci mobilnya gak gue sangkutin di dahan pohon."
"Makasih."
Minho tertawa dengan senyum miring yang masih tersungging apik. "Arusha Felix, gue gak tau kalo ternyata lo berani lawan kakak tingkat."
"And now you know."
"Informasi baru buat gue."
Tangan Minho yang memegang kunci mobil bersembunyi di balik punggungnya. Sehingga Jisung harus maju lebih dekat lagi kearah tubuh pemuda itu kalau ingin merebut kembali kunci mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
switch [jilix] +changlix;minsung
FanfictionHanya karena permintaan mereka berdua, semesta membuat keduanya jungkir balik, hingga merasakan pahit manisnya dunia. Hey, it's changlix and minsung. wanna see?