O18. Talk So Pretty, But Your Heart Got Teeth

1K 180 40
                                    

Felix sudah memberi tahu Jisung perihal dirinya yang akan membantu Changbin setelah kelasnya selesai hari ini. Tidak lupa menyuruh Jisung untuk segera menyusulnya ke bengkel yang sudah Felix beri tahu dimana letaknya setelah kembarannya itu selesai dengan kelasnya.

Si manis memberitahu Jisung kalau tidak ada salahnya dia membalas budi atas semua perbuatan Changbin yang telah di berikan pemuda itu padanya, mengingat pemuda itu juga sudah banyak membantu Felix beberapa hari yang lalu terkait insiden Jisung yang tiba-tiba di culik oleh Minho.

Maka siang hari itu, dengan memakai balutan baju bengkel milik Changbin, Felix berdiri kaku di samping pemuda itu yang kini tengah menjelaskan sesuatu padanya.

"Lo ambilin barang yang gue perluin aja, nanti gue kasih tau dimana letak sama nama barangnya apa."

Felix mengangguk paham dengan kedua mata yang tidak bisa berhenti menatap kertas berisi rumus yang pernah di lihatnya namun sekilas itu. "Okay."

"Jangan jauh-jauh dari gue."

"Kenapa?"

Changbin melirik keatas dengan dagu yang menunjuk sesuatu yang kini tergantung tepat diatasnya. "Takutnya lo kesandung sesuatu yang bikin di atas sana jatuh."

Felix seketika ikut mendongak untuk melihat objek yang di maksud oleh Changbin itu. Hanya untuk mendapati sebuah sayap pesawat yang masih setengah jadi berada tepat diatas kepalanya kini.

"Astaga."

Rengutan itu hanya Changbin balas dengan kekehan geli. Ujung matanya melirik resleting baju bengkelnya yang kini Felix pakai, yang hanya sampai pada perutnya membuat Changbin segera menarik resleting itu hingga menutupi dada dan berhenti ketika menyentuh ujung laju resletingnya.

Perbuatan yang membuat Felix segera  memalingkan pandangannya kearah lain dengan guratan tipis berwarna merah muda manis muncul di permukaan pipinya.

"Jadi, apa tugas pertama gue?" Tanya Felix, dengan pandangan menelusur ke segala arah untuk mencoba tidak terlalu memikirkan perbuatan kecil lainnya yang lagi-lagi si manis terima dari pemuda itu.

Perbuatan yang sebenarnya sepele, namun Felix tidak bisa menganggap demikian lantaran sejauh ini orang asing yang memperlakukannya begitu manis hanya Changbin seorang. Meskipun berkali-kali dirinya mencoba untuk tidak memikirkannya sama sekali, tapi selalu berujung sama dengan Felix yang sering merona ketika mendapat perlakuan seperti itu.

"Ambilin obeng, tang biasa, sama palu." Changbin menunjuk wadah berbentuk kubus yang berukuran lumayan besar itu, yang letaknya tidak jauh dari posisinya kini. "Lo tau kan?"

"Tau, tenang aja. Gue sering bantuin Ayah." Felix cekatan ketika mengambil tiga benda yang di maksud oleh Changbin barusan. "Meskipun paling seringnya cuman di suruh megangin senter."

Changbin tertawa pelan sembari menerima uluran tiga benda tadi yang sudah Felix ambil. "Seengaknya lo punya bayangan."

Surai bewarna kecokelatan itu bergerak seirama dengan anggukan kepalanya. Felix memperhatikan layaknya anak kecil ketika Changbin mulai mengerjakan sesuatu pada benda bulat yang sering Felix lihat berada di bawah sayap pesawat.

Meja setinggi perut orang dewasa itu banyak terisi oleh berbagai peralatan yang hanya bisa Felix ketahui sedikit, banyaknya mesin yang baru pertama kali di lihatnya membuat Felix serasa masuk ke dunia baru yang lain. Si manis yang mengetahui satu hal, kalau mesin yang kini tengah Changbin perbaiki adalah salah satu tubuh pesawat yang begitu penting untuk membuatnya bisa terbang.

"Pekerjaan lo nanti sama beresikonya kaya pilot."

"Apa yang bikin lo mikir kaya gitu?"

Felix memperhatikan seksama bagaimana jemari itu bergerak begitu terampil dalam menyusun baut di beberapa sudut mesin. "Salah sedikit, nanti pesawatnya jatoh."

switch [jilix] +changlix;minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang