" makasih mil udah nganterin gue pulang " ucap Safira
" Sama-sama Queen " sahut Emil
" Dih tumbenan manggil gue Queen " Safira melotot membuat Emil geli melihat ekspresi nya.
" Kan emang nama Lo ratu bahasa Inggris nya Queen dong " elak Emil
" Iya deh bule nyasar, balik sana " Safira mendorong tubuh Emil
" Ngusir nih "
" Iya " sahut safira singkat
Emil mendengus pasrah, menaiki motornya dan bergegas pulang sebelum keluar dari halaman rumah Safira Emil berteriak.
" Bye bye.... Queen jangan kangen ya " teriak nya
Safira menutup wajah nya melihat segerombolan anak kecil yang bersorak menyaksikan tingkah Emil
" Cie.....cie...." Seperti itulah terdengar
" Dasar bule gila " cicit nya pelan bergegas masuk ke dalam dengan wajah memerah karena malu.
Langkah Safira terhenti di ruang tamu ketika menyaksikan papa dan mama nya yang sedang berbincang.
Safira melangkah perlahan berdiri di samping mama nya, namun mereka seakan tak menganggap nya ada.
Safira sudah tau ini pasti terjadi, jika papa nya pulang semua orang rumah akan bersikap seolah menganggap nya tidak ada.
Ini bukan hal aneh lagi di hidup Safira, meski sudah terbiasa tetap saja rasa sakit nya menikam. Ia tau rasa sayang mama nya begitu besar tapi kenapa harus berpura-pura membenci jika di depan papa nya.
Karena papa dan mama nya asik berbincang Safira enggan berbicara toh dia tau pasti tidak akan ada yang mendengarnya. Ia berjalan cepat menuju kamar nya yang bernuansa gelap, menutup rapat pintu kamar itu.
Safira duduk di tepi ranjang nya menatap lekat foto keluarga yang terpampang di dinding kamar nya. Semua tersenyum hangat, berbeda sekali dengan suasana ini.
Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan Safira memejamkan mata nya berharap ketika pagi esok akan ada hari cerah yang menghampirinya.
" Mau kemana kamu ratu, papa sudah bilang jangan temui laki-laki itu lagi, dia gak pantes buat kamu, dia sudah membuat teman satu sekolah membuly mu "
" Safira perlu ketemu dia pa, Safira mau denger penjelasan nya kenapa dia melakukan ini pada Safira "
" Jangan membahayakan keselamatan kamu, kalau papa bilang jangan temui dia ya jangan ratu, kamu kapan sih jadi anak penurut, ini demi kebaikan kamu " bentak papa nya
Safira tetap kekeh berlari keluar rumah tanpa mempedulikan teriakan papa nya.
" Safira awas....." Brak.......mobil yang melaju kencang mengenai ayah nya darah bersimbah membuat tubuh Safira lunglai menyaksikan ayah nya yang terkapar.
" Pa....papa....." Teriak Safira terbangun dari mimpi buruk nya, kenangan satu tahun lalu menghantui nya. Mimpi itu kembali membuat nya merasa takut, Safira meringkuk menutup seluruh tubuh nya dengan selimut
" Ma...Safira mau di peluk mama " ucap Safira pilu, ia ketakutan trauma masa lalu itu membuat kepala nya hampir pecah.
Safira menyalakan handphone genggam nya berusaha menghilangkan rasa takut nya. Ia melihat room chat Emil terlihat tanda online, Safira pun menelpon Emil. Tanpa menunggu telpon langsung tersambung.
" Iya Queen kenapa..." Emil menjawab dengan cepat " gak bisa tidur ya " tanya nya lembut.
" Mil ....gue takut " lirih Safira pelan hampir tak terdengar jika Emil tidak mendengarkan nya dengan fokus.
" Jangan takut Ra ada gue, tidur lagi ya udah malem banget besok sekolah kan " tanya Emil
" Eemh " sahut safira
" Gue tungguin sampe Lo tidur, atau mau gue nyanyiin " tawar Emil " Lo belum pernah denger suara emas gue kan Ra " pede Emil membuat Safira terkekeh
" Makasih mil bikin gue sedikit lupa dengan rasa takut yang gue alami " guman Safira dalam hati
" Gue ambil gitar bentar Ra " ucap Emil
" Niat banget sih mil, gak usah pake gitar juga gak papa "
" Bentar Ra...bentar doang " suara Emil terdengar menjauh.
Emil meminta beralih ke video call yang langsung di setujui oleh Safira.
Petikan Gitar terdengar di sebrang sana. Lagu last child yang berjudul pedih mengalun lembut di pendengaran nya.Engkau yang sedang patah hati
Menangislah dan jangan ragu ungkapkan
Betapa pedih hati yang tersakiti
Racun yang membunuhmu secara perlahanEngkau yang saat ini pilu
Betapa menanggung beban kepedihan
Tumpahkan sakit itu dalam tangismu
Yang menusuk relung hati yang paling dalam
Tanpa sadar air mata Safira menetes menikmati lagu yang sedang Emil nyanyikan semua lirik lagu nya sama seperti apa yang ia rasakan saat ini.Hanya diri sendiri
Yang tak mungkin orang lain akan mengertiDi sini ku temani kau dalam tangismu
Bila air mata dapat cairkan hati
Kan ku cabut duri pedih dalam hatimu
Agar kulihat, senyum di tidurmu malam nanti
Anggaplah semua ini
Satu langkah dewasakan diri
Dan tak terpungkiri
Juga bagi...Engkau yang hatinya terluka
Di peluk nestapa tersapu derita
Seiring saat keringnya air mata
Tak mampu menahan pedih yang tak ada habisnyaEmil menghentikan nyanyian nya melihat Safira yang sedang sibuk menyeka air mata nya di sebrang sana.
" Hey Queen, kok malah tambah nangis sih " seru emil
" Lo sih nyanyi lagu yang sedih "
" Gue pengen hibur Lo Ra, ya sama kaya lirik lagu itu " ucap Emil membuat Safira tersenyum " tidur ya Ra....good night " sapaan selamat malam Emil menutup perbincangan mereka di telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita
Ficção AdolescenteTentang Safira Ratu Sofya gadis manis keturunan Aceh yang memiliki trauma di masa lalu hingga membuat nya terlihat cuek dan terkesan tak peduli pada sekitar, pertengkaran , pengkhianatan, rasa sakit semua sudah tak asing lagi dalam hidup nya. " L...