Kadang Rasanya pengen balik seperti dulu lagi, where everything was just fine.
_safira ratu syofia_
Setelah 3 hari masa berkabu, hari ini Safira kembali sekolah seperti biasa.
Saat memasuki kelas teman-teman nya menatap iba pada safira, hal yang membuat nya risih, Safira tidak suka di kasihani.
" Pagi Queen " sapa Emil yang lebih dulu datang dari Safira
" Pagi mil " jawab Safira seadanya
Saat Safira ingin duduk di kursinya, ia menengok ke belakang Ke arah meja clay.
Hanya Albi dan farel yang menyadari Safira tengah menatap mereka sedangkan clay terlalu asyik dengan hp nya.
Emil menyadari tingkah Safira, yang terlihat masih memikir kan clay, entah kapan Safira melihat ke arah nya.
" Mil...sekarang gue cuma punya Lo dan ka sam " lirih Safira
" untuk dekat lagi sama sandrina rasa nya gue gak sanggup mil, gue tau ini bukan salah dia tapi tetap aja, gak bisa di pungkiri gue kecewa sama mereka " lanjut Safira.
" tolong jangan pergi mil, gue gak bisa kehilangan seseorang lagi dalam hidup gue " ucap Safira lemah
Emil menatap Safira, bulir bening terlihat membendung di mata nya.
" Gue gak akan pernah ninggalin Lo Ra " ucap Emil
" Rasa nya sakit banget mil, ketika harus kehilangan seseorang dalam waktu yang bersamaan " ungkap safira
Emil membawa kepala Safira untuk bersandar di bahu nya.
" Gue ngerti perasaan Lo Ra " ucap Emil menenangkan.
" Gue pengen balik kaya dulu lagi mil, saat semua nya masih baik-baik aja " racau Safira
Clay yang ingin berjalan keluar kelas bersama Albi dan farel, terhenti ketika melewati meja Safira.
Ia melirik Safira yang tengah bersandar di bahu Emil, kenapa perasaan tidak rela ini masih ada, bukan kah ia sendiri yang memutuskan hubungan mereka pikir clay.
Albi dan farel menoleh ke belakang ketika sadar clay tidak ada di samping mereka, melihat clay yang memperhatikan Emil dan Safira.
Albi mundur beberapa langkah untuk menghampiri clay.
" Napa Lo, cemburu ? " Bisik Albi
Clay tersadar dan langsung mengalihkan perhatian nya " apa an sih bi, ya gak lah ngapain gue cemburu " protes clay.
Ia berjalan mendahului Albi
" Gengsi banget buat bilang iya " guman Albi
****
Safira berjalan sendirian menuju kantin, sebenarnya Safira paling males jika harus ke kantin dan berdesak-desakan, ia sudah terbiasa makan bekal yang di berikan clay setiap hari hanya saja sekarang semua nya berbeda, Safira harus terbiasa pergi ke kantin karena sarapan di rumah pasti akan mengingatkan nya pada kedua orang tua nya.
Saat selesai mengantri Safira duduk di tempat yang paling pojok.
Karena asyik makan Safira tidak menyadari bahwa clay dan sandrina berada di kantin yang sama dengan nya, padahal Safira sengaja tidak pergi ke kantin yang biasa nya, tapi tetap saja mereka malah bertemu di kantin yang rata-rata di isi oleh murid baru, bukan hanya clay dan sandrina, Selena dan Jesica pun terlihat makan di kantin ini.
Safira menunduk menutupi wajah nya dengan daftar menu di kantin ini, meski makanan nya sudah habis safira enggan untuk keluar kantin sebelum mereka pergi, namun sial nya sampai kantin mulai terlihat sepi tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan meninggalkan kantin padahal bel masuk sebentar lagi berdering.
" Eh itu kan Safira " ucap Selena pada Jesica
" Duh mampus gue " guman Safira ketika melihat Lena menunjuk ke arah nya.
Langkah Selena dan Jesica mendekat membuat Safira merutuki nasib nya.
" Kasian ya yang sekarang gak punya temen " cibir Selena
" Gimana rasa nya sahabat makan temen haha " ledek Jesica " kasian banget hidup Lo, orang tua Lo pergi pasti gara-gara udah gak sanggup punya anak kaya Lo "
Sandrina dan clay melihat ke arah Selena dan Jesica yang sedang mengganggu Safira, langkah mereka mendekat.
" Lo kenapa sih Jes gak ada kapok-kapok nya ganggu Safira " ucap sandrina
" Dih temen makan temen aja bangga Lo " sindir Jesica
" Cabut Jes, Ada yang sok jadi pahlawan padahal nikung dari belakang " ucap Selena sebelum pergi dari kantin.
Sandrina terlihat sedih karena ucapan Jesica dan Lena.
" San, kamu gak pa-pa kan, jangan dengerin omongan mereka ya " ucap clay lembut
Safira mengalihkan perhatian nya ke sembarang arah, melihat clay memperlakukan orang lain dengan sangat lembut kembali membuat nya terluka, dan clay berbicara aku,kamu pada sandrina, sedangkan ia dulu hanya Lo, gue.
Mungkin memang hanya Safira yang terlalu menganggap hubungan mereka serius padahal bagi clay itu hanya sebagian dari permainan nya.
" Ra Lo gak pa-pa kan " tanya sandrina karena Safira melamun
" Gak pa-pa san, makasih ya, gue ke kelas dulu " ucap Safira buru-buru meninggalkan tempat itu sebelum sandrina membalas ucapan nya.
****
Safira benci menangis namun air mata nya seakan-akan begitu melimpah hingga dengan mudah keluar meski ia sudah berusaha menahan nya.
Tadi sepulang sekolah Safira melihat sendiri bagaimana clay membukakan pintu mobil untuk sandrina hal yang dulu sering clay lakukan untuk nya.
Hujan turun di iringi kilat yang memancar, membuat Safira dengan leluasa meluapkan tangis nya.
Ia menangis di bawah deras nya hujan, tak peduli tubuh nya sudah gemetar karena kedinginan.
Emil yang melintas di jalan menghentikan mobil nya ketika melihat safira kehujanan karena harus rapat OSIS ia jadi pulang terlambat dan meminta Safira pulang duluan.
" Ra kenapa " tanya Emil setelah menghampiri Safira.
" Mil, gue gak kuat Hiks...gue pengen papa mama disini mil nemenin gue " ucap Safira pilu
Emil memeluk gadis rapuh ini, mendekap erat tubuh mungil Safira.
" Sakit mil....hiksss..." Safira memukul-mukul dada nya lemah " disini rasa nya sesak hiksss..." Tunjuk Safira pada hati nya.
" Tenang ya Queen, ayo pulang Lo harus istirahat " tutur Emil tidak tega melihat tubuh Safira yang basah kuyup karena di guyur hujan.
" kehilangan seseorang dalam waktu yang bersamaan rasa nya berat mil.. hiks..... Benar-benar memukul batin, karena gue harus tetap menjalani hidup tanpa raga mereka, padahal ingatan tentang mereka setiap hari berkeliaran, rasa nya hampir gila , belum lagi perasaan gue yang masih sakit ngeliat clay sama sandrina mil hiks....." Safira menangis tersedu...
Emil menenangkan Safira dan membawa nya masuk ke dalam mobil.
Pria ini sangat menyayangi Safira, melihat Safira seterluka itu dunia nya serasa ikut hancur.
Emil mengambil jaket cadangan nya yang berada di kursi belakang, kemudian menutupi tubuh Safira yang sudah terlelap.
" Gue tau Lo secape apa Ra, jangan pernah nyerah ya, gue denger dari sandrina dulu Lo hampir mati karena bunuh diri, tapi please kali ini bertahan, karena dunia seseorang akan hancur jika harus kehilangan Lo " guman Emil pelan, kemudian menempelkan tangan nya pada dahi Safira, cup...Emil mengecup cepat tangan nya yang berada di dahi Safira.
" gue sayang banget sama Lo Queen.." lirih Emil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita
Teen FictionTentang Safira Ratu Sofya gadis manis keturunan Aceh yang memiliki trauma di masa lalu hingga membuat nya terlihat cuek dan terkesan tak peduli pada sekitar, pertengkaran , pengkhianatan, rasa sakit semua sudah tak asing lagi dalam hidup nya. " L...