Emil menatap Safira yang kini tengah duduk bersama clay di bawah pohon rindang yang berada di taman sekolah, ia menekan dada nya yang tiba-tiba terasa sesak ketika melihat clay mengusap lembut kepala gadis yang Emil cintai.
Tidak bisa di pungkiri Safira masih memiliki tahta tertinggi di hati nya."Mil " Rey datang menepuk pundaknya, melihat Emil terkesiap membuat Rey yakin bahwa sejak tadi Emil sedang melamun sembari menatap clay dan Safira " biasa aja dong muka nya, kek abis liat setan aja " ucap Rey berusaha menghibur
" Lo, datang-datang ngagetin " keluh Emil tanpa mengalihkan pandangannya dari Safira dan clay.
Rey mengikuti arah pandangan Emil "Lo beneran suka bnget ya sama tu cewe " ucap Rey dengan mulut yang menunjuk ke arah Safira
" Emang gak keliatan ya? " Tanya Emil tak ingin basa basi pandangan nya masih menatap Safira yang kini tersenyum ketika clay membenarkan tali sepatunya, karena jarak yang memang tidak terlalu jauh membuat Emil bisa melihat dengan jelas apa saja yang mereka lakukan.
" dari awal ratu pindah kesini juga Lo udah liat kan gimana sikap gue ke dia, apa semua itu gak cukup nunjukin seberapa sayang nya gue sama dia " lanjut Emil.
" Gue tau mil, cuman pertanyaan gue lebih mengarah ke keyakinan Lo sih, Lo yakin sama perasaan lo, ada benteng tinggi di antara kalian " ucap Rey mengingat kan, bukan apa-apa ia hanya tidak ingin Emil semakin kesulitan di kemudian hari hanya karena perasaan nya.
" Gue tau tanpa Lo ingatkan Rey, ini perasaan gue, gak ada yang berhak ngatur gue " ucap Emil sedikit tersulut emosi, kenapa semua orang seakan mengesampingkan perasaannya hanya karena perbedaan antara dia dan Safira.
" Maksud gue baik mil, gue cuman gak mau Lo terus terusan terjebak sama perasaan lo yang mungkin gak bisa di paksakan karena ini menyangkut Tuhan " ucap Rey tegas.
Perkataan Rey makin membuat dada Emil terasa lebih sesak seperti di himpit oleh batu besar " menurut Lo gue pengen terlahir sebagai non muslim dan jatuh cinta sama gadis yang beda keyakinan Rey? " tanya Emil lirih, ia kecewa dengan perkataan Rey yang seakan menentang keras perjuangan nya untuk mendapatkan Safira " perasaan ini tumbuh tanpa bisa gue cegah " lanjut nya kemudian pergi meninggalkan Rey.
Rey merasa bersalah karena ucapannya mungkin membuat Emil semakin frustasi tapi mau bagaimana lagi ia hanya tidak ingin sahabat nya kecewa untuk yang kedua kalinya.
*****
" Gue duluan ya " ucap Safira lembut pada clay.
" Iya Ra, nanti gue nyusul kalo udah selesai sama anak-anak " ucap clay
Safira berjalan menuju kelas nya usai berdua an dengan clay di taman sekolah, setelah teman-teman clay datang membuat mereka mengakhiri perbincangan tentang kegiatan setelah lulus SMA.
" Mil " Sapa Safira ketika sudah duduk di bangku nya
Emil hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.
Kurang puas dengan respon Emil, Safira menoel-noel lengan pria yang kini tengah sibuk mencoret coret abstrak di buku tulis nya.
" Sibuk Banget sih " gerutu Safira namun lagi-lagi Emil hanya diam.
" Mil, gue suka liat Lo kalo lagi serius gini " bisik Safira pelan, berhasil , Emil langsung menoleh ke arah nya dengan tatapan curiga.
" Lo habis mabuk ? " tanya Emil dengan dahi yang mengerut.
" Iih " plak Safira memukul lengan Emil pelan " apa an sih, gue serius tau, liat Lo diam dengan wajah serius kaya tadi bikin Lo keliatan 2 kali lipat lebih ganteng dari biasanya hehe " cengir Safira
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita
Teen FictionTentang Safira Ratu Sofya gadis manis keturunan Aceh yang memiliki trauma di masa lalu hingga membuat nya terlihat cuek dan terkesan tak peduli pada sekitar, pertengkaran , pengkhianatan, rasa sakit semua sudah tak asing lagi dalam hidup nya. " L...