Asing

651 96 110
                                    

   Sepanjang perjalanan pulang Safira hanya diam dan tidak bergerak sama sekali dari tempat duduk nya.

Sedari tadi gadis ini hanya sibuk memainkan handphone genggam nya.

Clay yang fokus menyetir sesekali melirik Safira.

Mereka satu mobil tapi seperti orang asing, saling diam dan tidak berbicara sepatah kata pun.

Clay lagi-lagi menoleh ke samping untuk memastikan Safira sedang apa, namun gadis itu masih sibuk dengan ponsel nya.

" Ra.." panggil clay

" Hemm " jawab Safira singkat tanpa menoleh ke arah clay.

Karena clay tak kunjung melanjutkan perkataannya, Safira menoleh ke samping nya menatap clay yang kembali fokus menyetir.

Jujur Safira sangat merindukan clay, laki-laki dingin yang bertingkah sangat manis dengan orang yang di sayangi nya.

Tapi di satu sisi Safira ragu selama ini clay bertingkah manis karena sayang atau hanya karena ingin melindungi nya sebagai sahabat sandrina.

" Mau makan dulu gak ? " Tawar clay

Bukan nya menjawab gadis itu malah diam sembari menatap lekat wajah clay.

" Jangan gitu natap nya, ntar gue khilaf " ucap clay asal

Ucapan clay sontak membuat Safira menggelengkan kepalanya.

Clay terkekeh melihat tingkah Safira yang lebih pendiam namun terlihat sangat lucu.

" Kita makan dulu ya, gue gak mau Lo makan sendirian di rumah, yang malah bikin Lo jadi sedih " ucap clay perhatian.

Safira mengangguk dan tanpa sadar menyunggingkan senyuman nya.

Hati Safira menghangat karena perhatian kecil yang di berikan clay.

                               ****

  Clay membukakan pintu mobil ketika sampai di depan gerbang rumah Safira.

" Gue antar sampai depan pintu ya " tawar clay

" Gak usah clay, gue bisa sendiri kok " jawab Safira.

Clay mengganguk tipis dan membiarkan langkah Safira menjauh hingga masuk ke dalam rumah.

Setelah memastikan Safira sudah berada di dalam rumah, clay bergegas masuk mobil kemudian meninggalkan rumah Safira.

Safira yang melewati ruang kerja ayah nya dulu, tersentak ketika melihat Kaka nya tertidur di meja kerja.

Ia melangkah kan kaki nya duduk perlahan di sofa yang tersedia di samping Kaka nya.

Tatapan sayu nya berubah jadi bulir bening, dulu papa nya juga sering tertidur di tempat ini namun Safira tidak punya keberanian untuk sekedar masuk dan memberikan selimut pada papa nya karena ruangan ini sangat terlarang di masuki oleh Safira.

Ya.. papa sangat membencinya hingga meninggal pun Safira belum merasakan pelukan hangat itu lagi dari seorang ayah.

" Emmhh " Sam mengucek pelan mata nya " udah pulang Ra " tanya kaka nya membuyarkan lamunan Safira.

" Eh iya ka " buru-buru Safira mengusap jejak air mata nya.
Sam menatap adik satu-satunya tak terasa kurang lebih 6 bulan Safira akan lulus SMA.

" Ra " guman sam

" Iya ka kenapa ? "

" lulus SMA nanti kamu yakin mau kuliah di luar negeri " Safira mengangukan kepala nya " bukan karena terpaksa kan Ra, Kaka tau ini permintaan papa sebelum meninggal hanya saja sekarang kita cuman hidup berdua Ra, cuman kamu satu-satunya yang tersisa di hidup Kaka, kamu yakin mau ninggalin Kaka disini " tutur Sam

Tentang kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang