" Pagi Safira " sapa farel dan Albi yang duduk di depan kelas, Safira tersenyum kemudian melirik beberapa anggota geng Angkasa termasuk clay, laki-laki itu asik bermain hp tanpa peduli kehadiran Safira.
Melihat gerak gerik Safira, Albi menyenggol lengan clay.
" Shut...Safira liatin Lo tu " bisik Albi pelan." Emang kenapa? " Ucap clay agak keras
Membuat teman-teman nya menatap Safira dan clay bergantian.
" Kalian marahan " tanya Jordan namun kedua nya hanya bungkam
Karena kesal Safira langsung masuk kelas. Clay menatap kepergian gadis nya.
" Ngambek kan Safira nya, Lo sih jadi cowo gak peka " omel Cole
" Lah kok jadi gue yang salah " ucap clay tak terima.
" Dewasa dikit clay, Lo tau kan masalah Safira udah banyak, dan Lo harus tau gue pernah liat dia nangis sesegukan di taman sekolah, jangan ngecewain dia, kalo emang Lo masih suka sama sandrina lepasin Safira, tau di awal lebih baik sebelum perasaan dia sama Lo makin dalam " ucap Albi dewasa.
Clay terdiam merasa Tertampar dengan ucapan Albi, jujur saat ini clay masih menyukai sandrina, dan saat hubungan sandrina berakhir clay merasa ini kesempatan yang tepat untuk merebut hati sandrina, tapi di sisi lain clay tidak ingin Safira menjauhi nya, gadis dengan mata indah yang terpancar entahlah clay bingung dengan diri nya sendiri.
****
" Mil mau kemana " rengek Safira memegang lengan Emil.
" Mau rapat osis Queen, Lo mau ikut " tanya Emil
" Emang boleh? " Tanya Safira
" Boleh.. queen " sahut Emil lembut menggenggam tangan Safira.
Safira merasa bersyukur memiliki sahabat seperti Emil, andai saja tidak ada benteng di antara mereka, pasti dengan senang hati Safira akan jatuh cinta pada Emil.
Saat kedua nya memasuki ruang OSIS, semua tatapan anggota OSIS mengarah kepada mereka, Safira merasa sedikit tidak nyaman.
" Mil serius nih gue gak papa disini " ucap Safira merasa tidak nyaman.
" Gak pa-pa Ra, anggap aja Lo pacar gue " ucap Emil terkekeh.
Safira menyenggol lengan Emil, kemudian duduk di antara Emil dan Rey.
Ketika rapat sedang berlangsung Safira menatap Emil, laki-laki tampan yang penyayang dan lemah lembut.
Emil terlihat lebih menawan, publik speaking nya patut di acungi jempol pantas saja guru memilih nya untuk menjadi ketua OSIS.
Mata Safira menelusuri ruangan OSIS yang lebih di dominasi oleh perempuan, tatapan kagum terlihat dari beberapa siswi ketika Emil membaca kan susunan acara untuk menyambut siswa-siswi baru.
Setelah 1 jam lebih akhirnya Safira dan Emil keluar dari ruang OSIS.
" Mil gue duluan ya " ucap Rey kemudian berlalu begitu saja, ia tak ingin berlama-lama, takut Safira menanyakan perihal hubungan nya dengan sandrina.
" Buru-buru banget si Rey "
" Mungkin kebelet " racau Emil
Safira mengangguk mengerti " mil ternyata Lo keren banget ya " puji Safira membuat Emil menaikan alis nya.
" Keren dalam rangka apa nih " goda Emil
" keren aja, gak nyangka gitu Lo bisa se pacarable tadi, udah ketua OSIS, ganteng lagi " puji Safira
" Dih, Lo sakit? Tumben-tumbenan muji gue " tanya Emil
" Apa an sih orang serius juga " gerutu Safira
Terlalu asyik berbicara mereka sampai tidak sadar bahwa sudah berada di depan kelas, saat memasuki kelas safira tersentak ketika melihat sandrina yang sedang makan bersama clay di meja nya.
" Eh Ra, gue nyariin Lo dari tadi, di chat juga gak aktif " omel sandrina
" Sorry san hp gue lowbat " ucap Safira
" Oh iya Lo udah makan belum, tadi clay ngasih bekal buat Lo, nih " sandrina memberikan satu kotak bekal lagi yang menggangur di samping mereka
Safira melirik clay yang kini tengah menatap nya.
" Kalo dia gak mau, gak usah di paksa san " ucap clay dingin karena Safira tak kunjung mengambil bekal itu.
" Dia udah makan tadi sama gue " ucap Emil membuka suara.
" Jadi Lo udah makan Ra " tanya sandrina
" Iya san " ucap Safira tersenyum tipis
" Yaudah gue balik ke kelas dulu, clay makasih ya makanan nya " clay mengangguk " Ra.., mil... Duluan ya " seru sandrina
Setelah kepergian sandrina, clay bergegas menuju kursi nya.
" Are you okay " tanya Emil
" Yes i fine mil " Safira tersenyum kecut, membuat Emil merasakan nyeri di dada nya, ia tau safira tengah cemburu dan berusaha menutupi perasaannya.
Saat pelajaran di mulai pun Safira terlihat gelisah. Emil mengambil tangan Safira yang menjuntai, menggenggam nya hingga membuat tatapan Safira beralih pada nya.
" Biar tenang " bisik Emil sembari tersenyum " jangan sedih ya Queen " hibur Emil " gue sayang sama Lo " lirih Emil pelan namun Safira masih bisa mendengar nya.
****
" Gue mau ngomong sama Lo " cegat clay menghentikan langkah Safira
" Ngomong apa? " ucap Safira ketus.
" Ikut gue " clay menarik tangan Safira menuju taman sekolah.
" Ngapain sih clay, gue mau pulang, ntar Emil nungguin " gerutu Safira.
" Lo pulang bareng Emil " tanya clay dingin, Safira hanya mengangguk.
" Gue udah bilang jangan terlalu Deket sama Emil, Lo pacar gue ra " desis clay.
Safira mendelik tak suka mendengar ucapan clay. " Lo selalu bilang gue pacar Lo, tapi nyata nya hati Lo masih punya orang lain " sentak Safira.
Clay menatap gadis di depan nya, begitu transpran kah bahwa ia masih menyukai gadis lain.
"Jangan ber asumsi sesuka Lo Ra" ucap clay.
kemudian pergi meninggalkan Safira.
ia takut semakin emosi dan malah menyakiti perasaan Safira, Ada rasa bersalah yang hinggap di hati nya.
Safira menatap langkah clay yang kian menjauh, rasa sesak kembali menggerogoti hati nya.
Safira tidak ingin clay mendekati sandrina, tapi di sisi lain sandrina adalah sahabat nya, orang selalu ada untuk Safira, dan yang Safira lihat sandrina bahagia dekat dengan clay.
Handphone nya bergetar membuyarkan lamunan Safira.
" Di taman mil " ucap Safira kemudian menutup panggilan itu.
" Ngapain disini ? " Ucap Emil ngos-ngosan karena berlari menghampiri Safira.
Emil melihat Safira yang mengusap kasar air mata nya.
" Lo nangis lagi " tanya Emil khawatir.
" Gue mau pulang mil " alih Safira membuat Emil diam dan menuruti permintaan gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita
Fiksi RemajaTentang Safira Ratu Sofya gadis manis keturunan Aceh yang memiliki trauma di masa lalu hingga membuat nya terlihat cuek dan terkesan tak peduli pada sekitar, pertengkaran , pengkhianatan, rasa sakit semua sudah tak asing lagi dalam hidup nya. " L...