Emil yang baru sampai sekolah berlari menuju kelas nya, ingin melihat apakah Safira baik-baik saja.
Membuat teman nya mendengus kesal karena tak sengaja bersenggolan dengan Emil.
" Sakit mil, ngapain sih buru-buru" teriak salah satu teman nya yang tersenggol oleh Emil.
Emil tidak peduli dan terus berlari sampai depan kelas nya.
Ia mengatur napas nya saat masuk kelas netra nya menyosori seisi kelas namun tak menemukan Safira di tempat duduk nya.
Ia malah melihat Safira yang sedang duduk manis bersama clay.
Emil mengepalkan tangan nya ada rasa sesak yang tiba-tiba menyelimuti nya. jangan lupa kan Safira yang kini tengah tertawa saat clay mengusap rambut nya.
" Ra...Lo baik-baik aja kan, gue telpon dari kemaren kok gak di angkat " tanya Emil yang kini berdiri di depan mereka.
Safira memutar tubuh nya menghadap Emil " hape gue ketinggalan di rumah mil " jawab safira
Emil menatap clay tajam, menarik lengan Safira menuju tempat duduk nya.
" Ngapain duduk sama clay? "
" berterima kasih aja sih mil, kemaren dia nolongin gue " jawab safira jujur
" Kok ketawa-ketawa? " pertanyaan Emil membuat Safira menatap nya kemudian terkekeh geli " gak ada yang lucu Ra " tegas emil
" Lo cemburu? " Tanya Safira sembari menaikan alis nya
" Gak lah, gue cuman nanya " kilah Emil
Safira hanya manggut-manggut.
" Kenapa? Kok hape Lo ketinggalan ? " Sergah Emil kembali.
Raut wajah Safira berubah membuat Emil merasa tidak nyaman apakah terjadi sesuatu pada gadis nya kemarin.
Astaga kenapa ia sampai tidak sadar pikir Emil, jelas saja terjadi sesuatu pada Safira. Karena merasa cemburu Emil melupakan dahi safira yang sudah di beri plester luka.
" Queen " ucap Emil lembut " kenapa?" Tanya nya
" Gue berantem sama papa kemaren " ucap Safira pelan.
Emil menatap gadis rapuh di depan nya. Mengusap pelan bahu Safira.
" Maaf gak ada di samping Lo kemaren " ucap Emil menyesal
" Mil gak usah merasa bersalah " ucap Safira kemudian menceritakan detail kejadian kemaren.
Emil menekuk wajah nya sedikit tidak terima bahwa clay yang menolong Safira.
****
" Ra..,sandrina udah cerita semua nya sama kita " ucap saski dengang raut sedih yang begitu kentara
" Iya Ra..Lo harus tetap semangat ya, gue tau di benci sama ayah sendiri adalah hal yang paling nyakitin " tutur aqella
Safira yang sedang menyesap es teh nya menatap ketiga teman nya satu persatu.
Disini Safira merasa sangat di hargai berbeda dengan sekolahnya dulu ketika tau kekurangan orang lain mereka akan membully nya habis-habisan.
" Ra.. kan gue udah bilang, di rumah gue aja dulu, Lo liat kan kemaren mama gue jadi emosi liat keadaan Lo yang berantakan, mama khawatir sama Lo Ra " omel Sandrina.
Safira melirik kedua teman nya yang mendengarkan sandrina dengan seksama. Mungkin ini saat nya safira jujur mengatakan semua masalah yang menimpa nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita
Teen FictionTentang Safira Ratu Sofya gadis manis keturunan Aceh yang memiliki trauma di masa lalu hingga membuat nya terlihat cuek dan terkesan tak peduli pada sekitar, pertengkaran , pengkhianatan, rasa sakit semua sudah tak asing lagi dalam hidup nya. " L...