" Mil! Ingat tasbih ku dan rosariamu tak kan pernah bisa bersatu "
_safira ratu syofia_Emil duduk di depan pagar rumah Safira sengaja menunggu gadis itu pulang.
Tidak beberapa lama menunggu mobil hitam berhenti tepat di depan pagar Safira.
Clay keluar dan membukakan pintu mobil untuk Safira, mata nya mengarah pada Emil yang sudah berjaga di depan pagar, seperti seorang ayah yang menunggu anak gadis nya pulang.
" Mil, Lo disini " ucap Safira sembari berjalan mendekati Emil
" Iya Ra " sahut Emil dingin tatapan nya beralih pada clay " makasih udah anterin ratu pulang " Emil menautkan tangan Safira di lengannya menuntun gadis itu masuk ke dalam rumah.
Kepala Safira menoleh ke belakang, penasaran bagaimana raut wajah clay saat ini.
Biasa saja itu yang Safira lihat, bodoh nya ia berharap clay cemburu saat ini, namun clay hanya diam dengan wajah datar.
" Clay makasih " kata itu akhirnya keluar juga dari mulut Safira.
Clay tersenyum tipis meski Safira tidak melihat nya, karena gadis itu sudah memasuki pagar dan berjalan menuju rumah nya.
****
Emil menatap Safira yang baru saja selesai mandi, dengan dres rumahan selutut dan rambut yang di cepol abstrak, terlihat sederhana dan menawan puji Emil dalam hati.
" Gue mau ngomong serius Ra " ucap Emil setelah Safira duduk di samping nya.
" Iya..mau ngomong apa mil "
" Lo masih ngarepin clay ? " Tanya Emil, membuat mata gadis di depan membola sempurna.
Safira berpikir, menarik nafas nya perlahan sebelum menjawab pertanyaan Emil " seperti yang Lo lihat " ucap Safira ambigu.
" Gue mau Lo lupain dia Ra, dan jadi pacar gue " ucap Emil cepat
Safira melongo, seberani ini kah Emil mengungkapkan perasaannya.
Padahal Safira mati-matian menyembunyikan bahwa ia mengetahui perasaan Emil.
" Are you seriously " Tanya Safira
" Apa gue keliatan becanda " tanya Emil telak membuat wajah Safira pias.
" Maksud gue, apa Lo udah mikirin ini matang-matang " Safira menjeda ucapan nya untuk menarik nafas perlahan.
" mil! Ingat tasbih gue dan rosaria Lo gak akan mungkin bisa bersatu " ucap Safira dalam satu tarikan nafas.
Emil diam, jujur Emil terluka mendengar ucapan safira, ia tau jawaban ini yang akan di dapat nya, hanya saja Emil ingin berjuang lebih keras lagi.
" I know that, tapi apa Lo gak bisa biarin gue berjuang " ucap Emil hampir menangis
" Mil, sumpah gue gak mau nyakitin Lo, Tapi Lo tau sendiri kan kita beda mil " lirih Safira.
Demi apapun kali ini Safira tidak ingin kehilangan seseorang lagi, hati nya sesak jika Emil harus menjauh karena masalah ini.
" Gue bahkan mau belajar Islam demi Lo Ra " ucap Emil frustasi
" Mil, jangan gini, gue gak mungkin ngambil lo dari Tuhan Lo, dan gue gak siap liat mami nangis karena ini " parau Safira.
" Gue sendiri yang akan ngomong sama mami Ra, gue gak bisa liat Lo di sakitin sama cowok lain, gue udah liat gimana terluka nya Lo sama clay, dan gue gak akan biarin itu terjadi lagi ra" tegas Emil
" Maaf mil, gue gak bisa "
" Kenapa Ra? " desis Emil, bulir bening menetes dari mata laki-laki itu.
" Gue udah lama nahan perasaan ini, karena gue liat Lo bahagia sama clay, tapi liat Lo di sakitin sama dia, gue ikut terluka Ra, dari situ gue bertekad buat bikin clay nyesel karena udah nyakitin Lo, dengan cara bahagia-in Lo Ra, tapi kalau Lo nutup jalan buat semua itu, gue udah gak bisa apa-apa " ucap Emil frustasi
" Mil, Lo harus tau, mami udah lama bilang sama gue, kalau Lo suka gue, dan mami sempat minta tolong mil, dia bilang tolong jangan bikin Emil pergi dari Tuhan nya " ucap Safira bergetar, ia juga merasa tersakiti ketika melihat Emil kecewa.
Emil diam kecewa dengan jawaban Safira, ia ingin berjuang apa kah salah ? perasaan ini datang dari Tuhan bukan kehendak nya, kenapa Safira seakan menutup jalan Untuk perjuangan nya.
" Mil, are you okay " tanya safira melihat Emil yang hanya diam sejak tadi.
" Bohong kalau gue baik-baik aja " jawab Emil.
" tapi tolong pertimbangin lagi Ra, gue bener-bener sayang sama Lo " lanjut Emil.
Melihat Safira diam tak bergeming Emil memutuskan untuk pulang.
" gue pulang dulu, jangan lupa makan Ra " pamit nya kemudian bergegas keluar.
****
Setelah kepergian Emil Safira jadi uring-uringan, pikiran nya kacau, antara tidak ingin menyakiti mami Emil, dan di sisi lain ia juga tidak ingin mengecewakan emil.
Safira memejamkan mata nya, mengingat kembali hari-hari yang ia lalui bersama Emil, bohong jika Safira tidak pernah memiliki perasaan pada sahabat nya itu.
Safira pernah menyukai Emil, namun perasaan itu ia kubur dalam-dalam karena perbedaan mereka.
Hingga akhirnya clay datang dan rasa suka Safira beralih pada laki-laki itu.
Tring..........dering telpon nya berbunyi dengan nyaring, membuyarkan lamunan Safira.
Clay nama yang terpampang di layar hp nya, Safira memang sudah membuka blokir an nya, sejak ia bertekad untuk memaafkan orang yang tanpa sengaja menyakitinya.
" Hallo....Queen " suara lembut di sebrang sana membuat dunia Safira teralihkan.
Ternyata suara ini masih menjadi hal yang paling Safira rindukan lirih nya.
" Ra...." Lanjut orang itu karena Safira tak kunjung membuka suara.
" Emmh ...iya kenapa " sahut Safira cepat.
" Apa? Gue ganggu ? " Tanya clay.
" Gak juga, kenapa ya? "
" Gue kangen Lo Ra " ucap laki-laki itu lembut.
Hati Safira berdesir mendengar pengakuan clay, mengapa dunia seakan mempermainkan nya saat Safira ingin melupakan clay, laki-laki itu malah kembali mendekati nya.
Safira menekan perasaan nya tak ingin ber ekspetasi lebih, untuk saat ini ia tak ingin berharap pada siapapun.
" Clay...maaf , gue ngantuk ! " Tut....Tut.. telpon terputus, dimatikan sepihak oleh Safira.
Clay yang berada di rumah nya, kembali men dial nomor Safira, namun lagi-lagi di tolak oleh gadis itu.
Clay memperhatikan satu foto Safira yang ia ambil diam-diam dari galeri Safira saat mereka masih bersama.
Mata indah itu, clay sangat merindukan nya, gadis rapuh yang hati nya clay hancurkan, saat ia sangat membutuhkan seseorang yang dia cintai berada di sisi nya.
Ia menyesal namun di sisi lain clay tidak tega membuat sandrina kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita
Teen FictionTentang Safira Ratu Sofya gadis manis keturunan Aceh yang memiliki trauma di masa lalu hingga membuat nya terlihat cuek dan terkesan tak peduli pada sekitar, pertengkaran , pengkhianatan, rasa sakit semua sudah tak asing lagi dalam hidup nya. " L...