9. Permintaan

1.5K 146 2
                                    

Sepertiga malam yang selalu memberikan sepenuh kenikmatan

🍓🍓🍓

Pelukan itu semakin erat, tangan-tangan keriputnya mengelus punggung sang anak dengan lembut, dan mata yang selama ini menyimpan kerinduan kini berubah dalam sekejap dengan tumpahan air mata bahagia.

"Umi kangen kamu," ungkap wanita paruh baya dengan suara gemetar. Ia masih memeluk sang putra yang beberapa bulan lalu pergi dengan segala impiannya.

Kemudian pelukan yang cukup lama tersebut akhirnya terlelai, wanita yang acap kali dipanggil 'Umi' itu menatap sang putra dengan masih ada linangan air mata bahagia serta jemarinya meraba wajah yang selama ini ingin ia pandangi.

"Umi jangan menangis. Andra sudah kembali ke sini, dan yang Andra mau hanya melihat senyuman umi saja, boleh?" Sang putra yang bernama Andra itu kemudian menghapus jejak air mata umi nya. Kemudian terbitlah senyuman yang amat ia rindukan.

"Abilandra Maher Abqari umi semakin tampan dan gagah!" seru Aminah–ibunya Andra–dengan tawa renyah di akhir kalimat. Begitupun dengan pria yang tadi disebutkan nama lengkapnya.

"Ayo masuk, Nak. Kamu pasti cape." Aminah menggiring sang anak masuk ke dalam rumah berlantai dua itu. Andra pun mengikutinya.

Sejak kakinya melangkah masuk, aura ketenangan di rumah itu sangat Andra rasakan. Sudah lama sejak ia meninggalkan rumah ini untuk menjalankan tugasnya sebagai abdi negara, kini ia dapat kembali pulang dengan segala kerinduan yang selama ini terpendam.

Setiap perwira memang selalu mendapatkan cuti mereka pada hari-hari tertentu, dan Andra bersyukur ia mendapatkan hari itu untuk kembali ke rumah orang tuanya. Meski cuma hanya lima hari, Andra akan memanfaatkan waktu tersebut.

"Umi, abi di mana?" tanya Andra yang membuat langkah Aminah terhenti.

Wanita paruh baya itu membalikan badannya. "Ada di teras taman belakang. Kamu ingin menemuinya?"

Andra mengangguk. Hal itu membuat Aminah menahannya, "Kamu yakin, Nak? Apa kamu lupa dengan janjimu ketika akan meninggalkan rumah ini?"

"Andra ingat, Umi. Andra akan menemui abi," jawab pria itu seraya tersenyum penuh keyakinan.

Aminah menatap penuh menelisik, sekaligus tak percaya. "Kamu sudah menemukan seseorang itu?" tanya wanita itu kembali, kini matanya berkaca-kaca.

"Insyaallah," ucap Andra, "Andra ke abi dulu, ya, Mi."

"Iya, Nak. Habis itu kamu ke ruang makan bersama abi, ya! Kita makan siang bareng."

"Siap!"

Andra pun melangkah ke tempat yang dimaksud sang ibu, yaitu taman belakang. Ia tak sabar ingin menemui sang ayah, sekaligus menempati janjinya.

Senyuman Andra semakin melebar di kala matanya menangkap sosok pria paruh baya sedang duduk di kursi rodanya, itu ayahnya. Segera Andra menghampiri dengan mengucap salam. "Assalamualaikum, Abi."

Detik berharga itu telah terjadi di hadapan Andra, yaitu mata keriput Maher–ayahnya–kini saling bertemu dengan mata Andra. Ingin rasanya ia menangis, karena setelah sekian lama semenjak menyetujui janji itu, Andra tak bisa melihat mata penuh ketenangan tersebut.

Komandan, Ndra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang