14. Keluarga Abqari

1.3K 125 6
                                    

Embusan angin mengibarkan khimar abu-abu yang dikenakan Ania saat itu. Matanya tertunduk, dan memainkan jemarinya guna menghilangkan rasa cangguh yang ia rasakan kini. Bagaimana tidak cangguh, pria yang duduk hanya tiga jengkal di sampingnya malah asik menyantap kue yang ia bawakan tanpa berniat membuka obrolan. Tapi terlepas dari itu semua, Ania senang pada akhirnya kue yang ia bawa bisa pria itu terima.

"Apa ibumu pernah membuka sebuah toko kue?" tanya pria itu pada akhirnya.

"Tidak. Dan yang buat kue yang kamu makan bukan ibu, tapi aku," jawab Ania dengan mengecilkan suaranya pada kalimat terakhir.

"Benarkah? Ini sangat enak. Sepertinya kamu banyak sekali keahlian."

Ania melirik pria bername tag Andra tersebut secara sekilas, lalu menatap lurus. "Keahlian tidak pernah membuatku sempurna. Keahlian datang karena keinginan mau mencoba."

Andra menelan sisa kue terakhirnya, lalu tersenyum. "Saya suka setiap perkataanmu."

Pipi Ania memanas, tapi ia sembunyikan di balim khimarnya yang lebar.

"Oh, iya, Ann. Abi dan Umi saya mengundangmu untuk makan siang esok hari, apa kamu bisa datang?"

Tawaran Andra hampir saja membuat Ania tersedak tanpa sebab. Ini suatu undangan yang luar biasa, kesempatan yang tak boleh disia-siakan. Tapi, apa Ania pantas ke rumah tersebut setelah beberapa minggu yang lalu menolak niat baik keluarga itu?

"Apa mereka nanti tak akan kecewa bila bertemuku?" tanya Ania.

Kini membuat Andra mengembuskan nafas pelan seraya tersenyum begitu teduh. Ia paham maksud dari pertanyaan itu. "Jika saya masih bisa diterima untuk mengenal keluargamu, kenapa kamu tidak bisa mengenal keluarga saya?"

"Terkadang, ikatan keluarga berpengaruh besar dalam menyatukan dua hati," sambung Andra.

Gadis itu mengelum bibirnya yang mengering, kemudian mengangguk pelan, "Ya, aku akan datang."

Hal itu membuat senyuman Andra semakin mengembang. Ia harap misi ini akan berhasil membuat Ania dekat dengan keluarganya, begitupun bisa cepat membayar janjinya kepada sang ayah.

"Nanti akan saya jemput ke rumah, ya?"

Ania menoleh, "Aku nanti akan ke kantor dahulu."

"Oh, baiklah."

Keduanya terdiam kembali. Ania dengan segala pikirannya mengenai sikap yang harus ia persiapkan di hadapan keluarga Andra. Sementara pria di sampingnya tak akan membiarkan kesunyian ini berada di antara mereka lebih lama.

Alhasil Andra berseloroh, "Abi saya pensiunan jendral di kepolisian. Jadi, hati-hati lah."

Sontak saja itu membuat Ania berdesis kesal, sepertinya Andra tahu kalau Ania sedang gugup. Padahal itu hanya acara undangan makan siang, dan lagi pula acara akan terjadi esok. Ah! Gadis itu terlalu mengkhawatirkan hal yang belum terjadi.

🍓🍓🍓

"Ann, ada yang cari kamu, tuh," ujar Jennifer sembari memberi kode dengan dagunya ke arah depan kantor penerbitan.

Ania yang baru saja ingin ke kamar mandi untuk merapihkan penampilannya, seketika mengurungkan niat, ia melangkah ke arah yang ditunjuk Jennifer tadi. Sedangkan Jennifer sebelum pergi, sempat membisikan sesuatu, "Aku harap kamu gak ada masalah sama ibu-ibu hamil, ya."

Sontak saja Ania mengernyitkan dahinya, ia ingin bertanya maksud perkataan Jennifer tapi wanita itu sudah melenggang pergi. Terpaksa Ania harus cari tahu sendiri.

"Komandan?" Ania mengatakan apa yang ia lihat sekarang. Ya, pria dengan masih seragam lengkap polisi itu datang ke kantornya, dan ia bersama seorang wanita ... hamil. Ada apa ini? Ania bertanya-tanya dalam hatinya.

Komandan, Ndra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang