Terbentangnya jarak kembali dengan seseorang yang dicintai tak membuat Ania semakin terpuruk dan menyesal pada kehidupannya. Malah, selama satu bulan ketidakhadiran Andra di sisi semakin menguatkan sosok Ania. Ia tak lagi terhasut oleh berita-berita mengenai para polisi yang tengah berada dalam pelatihan. Misal saja, ketika para istri di batalyon membahas tentang kejamnya pelatihan tersebut, dan yang lebih parah adalah pesawat yang mengangangkut polisi indonesia sempat mendapat serangan mendadak sebagai ajang pengenalan pelatihan.
Hati Ania akan senantiasa kembali tenang bila sesudah mengadukan pada Allah di setiap doanya. Ada pun Ania bisa berpikir positif karena lebih sering bercengkrama dengan para istri yang sama-sama harus menguatkan dirinya mengenai kabar buruk tersebut. Salah satunya Risma. Ya, Ania sudah sangat dekat dengan dia, bahkan keduanya selalu menyempatkan waktu keluar batalyon bersama untuk mencari hiburan.
Risma sangat cepat dalam menjalin pertemanan karena sifatnya yang humble dan periang. Karena sifatnya itu pula Ania mampu bertahan pada rindu yang melanda hatinya. Risma mengalihkan pikiran buruk dari kepala Ania.
Adapun teman-teman onlinenya yang akhir-akhir ini menjadi tempat curhatnya ketika malam merasa kesepian di rumah. Memang pada dasarnya, mereka bisa dijadikan berkeluh kesah dan juga pamer makanan yang menjadi alasan Ania bersemangat masak anek makanan.
Namun, akhir-akhir ini Ania sangat enggan menyentuh bumbu dapur seperti bawang, jahe, lengkuas dan lain-lain. Alhasil ia terkadang membuat kue untuk pengisi perutnya. Entah mengapa Ania sangat tak suka mencium bumbu dapur tersebut.
Bahkan kini, saat membeli sayuran di tukang sayur bersama para ibu-ibu lainnya, Ania tampak sudah pucat pasih menahan rasa enek nya mencium bawang yang menyengat. Risma yang menyadari perubahan pada Ania itu lantas bertanya, "Kamu kenapa? Sakit?"
Tatapan dari para ibu-ibu kini tertuju pada Ania yang berusaha memasang wajah biasa saja. Tapi hal itu tak bisa menghilangkan wajah pucat tersebut. "Pucat sekali wajahnya, Mbak. Lebih baik segera pulang dan istirahat," kata salah satu ibu di sana.
"Iya. Ayo saya antar kamu pulang." Senang hati Risma mengakhiri kegiatan belanjanya dan pergi dari sana dengan menuntun Ania yang seperti lemas.
Sampai di rumah, Ania terduduk di kursi teras. Begitupun Risma yang kembali setelah mengambil air hangat di dalam rumah dengan izin tuan rumahnya.
"Kamu sudah sarapan?" tanya Risma sembari menyodorkan air hangat tersebut.
Ania menenggaknya, kehangatan air membuat rasa mualnya mulai ternetralisir. "Sudah. Tadi aku mual karena mencium bau bawang. Akhir-akhir ini aku gak suka mencium bau bumbu dapur, Mbak."
Tampak Risma mengerutkan dahinya, "Pusing juga enggak?" Ania mengangguk.
"Lemas?"
Ania mengangguk kembali. Lalu seketika Risma berdecak yakin, "Nanti siang kita ke klinik dekat batalyon, ya."
"Untuk apa, Mbak?"
"Saya akan mengantarmu ke klinik. Memeriksakan kondisimu. Kalau tubuhmu sampai jatuh sakit, kesihan Andra khawatir di sana. Betul?"
Ania mengangguk setuju. Dia selama ini menyibukan diri, tanpa peduli tubuhnya. Mungkin saja Allah ingin menggugurkan dosanya melalui sakit ini.
🍓🍓🍓
Ania keluar dari ruang pemeriksaan dengan tatapan yang sulit diartikan. Matanya memerah pertanda akan ada bulir air yang keluar. Kantung yang berisi surat hasil pemeriksaan kesehatan dan sebuah vitamin yang digenggam pun bergetar.
Gadis itu berjalan ke arah ruang tunggu, di sana sudah ada Risma yang setia menunggu. Risma bangkit dari duduknya, dan langsung menanyakam hasil pemeriksaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan, Ndra (END)
RomansaJudul sebelumnya=> AniaNdra "Aku adalah korban dari tindak kejahatanmu yang telah mencuri perhatianku sejak awal, dan dari muslihatmu dalam membuat sebuah hati nyaman untuk menetap pada ruangmu," ungkap laki-laki itu seraya menyodorkan tangan kanann...