4. Nasib Sial

2K 172 8
                                    

Bersama kesialan ada kesempatan yang menghayutkan

🍓🍓🍓

Cahaya rembulan dan lampu-lampu jalan yang tamaram menemani perjalanan pulang seorang gadis yang usai lembur pada pekerjaannya. Tangan kirinya memijat pelan pelipis nya yang terasa berdenyut. Mungkin ia sangat kelelahan karena kerjaan di penerbitan yang sendari pagi tiada henti.

Badan Ania terasa remuk. Ingin sekali ia rebahkan di kasur empuk, dan sebentar saja menutup kelopak mata yang sudah berat akibat kantuk menyerang. Tapi sepertinya kondisi Ania saat ini tidak merestui, gadis itu masih berada di tengah perjalanan pulang dengan menyetir mobil sendiri.

"Sudah hampir tengah malam, semoga saja rumah tak dikunci," gumam Ania. Ia sangat khawatir orang tuanya sudah tidur dan mengunci pintu rumah, sebab Ania sendiri lupa untuk memberitahu kalau ia akan lembur hari ini.

Jam yang melingkar di tangan gadis itu sudah menunjukan hampir pukul 12 malam. Rasa kantuk itu semakin menyerang mata Ania, dan bahkan tubuhnya pun tak bisa melawan karena rasa lelah. Tak mungkin Ania berhenti sejenak untuk tidur, karena jalanan sudah sepi, ia takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada saat ia tertidur. Alhasil Ania pun melanjutkan saja perjalanan pulangnya, dan tetap melawa rasa kantuk yang semakin menjadi.

"Dengerin radio, ah. Supaya gak ngantuk." Ide bagus itu datang menyelamatkan Ania saat ini. Tangannya mulai mencari saluran radio yang pas untuk ia denger.

"Hallo para pendengar! Bertemu lagi bersama saya si anak bulan ...."

Suara penyiar radio itu sedikit memecah keheningan di dalam mobil. Tapi ketika sebuah lagu diputar, entah mengapa mata Ania semakin berat, gadis itu terus berzikir agar tetap terjaga.

Namun, perlahan tapi pasti pandangan Ania mulai mengabur, di jalanan bola mata hitamnya itu melihat seekor kucing putih tengah menyebrang. Lantas saja, Ania membanting setir dengan asal, hingga tak menyadari mobilnya akan menambrak sebuah pohon besar di hadapan.

Brug!

"Allahuakbar ...," lirih gadis itu ketika keningnya membentur keras kemudi, sehingga membuat darah mengalir deras dan kesadaraan Ania hilang dengan sekejap mata. Begitu tragis keadaannya sekarang, darah terus mengalir di kening serta lengannya yang tertusuk beberapa ranting pohon.

🍓🍓🍓

"Aw, aw!"

Seorang wanita yang tengah memberikan antiseptik melalui sebuah kapas tiba-tiba terlonjak sedikit kaget. Semua itu karena jeritan tiba-tiba dari gadis yang tengah ia obati lukanya. Gadis itu tadi sempat tak sadarkan diri, tapi entah karena efek perih ketika diobati atau apa, ia tiba-tiba sadar dengan mengaduh seperti itu.

"Akhirnya mbak sadar," ujar wanita berambut pendek itu seraya kembali melanjutkan kegiatan mengobatinya.

Gadis bernama lengkap Ania Asyahla Hanum itu masih berdesis penuh nyeri ketika cairan antiseptik teroles pada luka di tangan dan keningnya. Ia merasakan pula rasa pusing di kepalanya yang kini sudah di tempelkan plester, tentu oleh wanita yang ada di sebelah Ania.

"Aku ini lagi di mana? Dan kamu siapa?" tanya Ania. Ini bukan drama, tapi ini nyata ia sangat tidak tahu dengan keadaan sekarang. Yang Ania ingat adalah sebuah benturan keras.

"Kamu itu hanya terbentur, bukan amnesia. Jadi, jangan pura-pura seperti itu."

Ania mengernyitkan dahinya ketika sebuah suara lain menyahut entah dari mana. Hingga akhirnya seorang pria datang dari dalam sebuah kantor, sepertinya kantor polisi.

Komandan, Ndra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang