Hari setelah melepas sang komandan untuk bertugas, Ania jalani dengan banyak kesibukan. Terutama pada kegiatannya di penerbitan yang mulai merekrut karyawan baru untuk bertugas di bagian yang kosong, dan juga mengadakan promo cetak bagi setiap penulis yang berprestasi. Ania bersyukur bisa mewadahi para penulis untuk menjadikan nyata sebuah mimpinya. Seperti halnya belajar dari pengalaman, Ania tahu betul bagaimana sulitnya seorang penulis biasa agar bisa masuk ke dunia penerbitan.
Pemasaran penerbitan BWC yang begitu luas dapat membuat penulis percaya untuk memberikan karyanya di kenal dunia. Tentu, kesuksesan ini tak didapatkan Ania dengan mudah, semua butuh proses.
"Nanti para editor naskah yang aku terima CV-nya besok bisa langsung interview sama aku, ya, Ka Jen."
Jennifer yang baru saja datang untuk mengambil catatan hasil akhir kegiatan merekrut karyawan, lantas mengangguk. "Iya. Nanti aku ambil alih interview dengan para calon marketingnya."
Ania mengembuskan nafas sembari menyenderkan tubuhnya di kursi kerja miliknya. "Banyak juga, ya, lamaran yang masuk."
"Gak apa-apa, dong. Itu artinya kita semakin dikenal," sahut Jennifer. "Kamu bisa loh, libur dulu lemburnya. Hampir setiap hari lembur, apa gak kesihan sama badan?" Jennifer mulai menyinggung kebiasaan baru Ania tersebut.
"Aku terlalu panik takut semuanya gak selesai sesuai target," lirih Ania. Padahal ada alasan yang ia sembunyikan, yaitu demi tidak terus memikirkan hal buruk mengenai Andra di sana. Ya, Ania sengaja menyibukan dirinya karena itu.
"Kita 'kan ada karyawan, jangan takut."
Ania mengangguk lemah. Ia akan pulang sebelum malam untuk hari ini. Selain karena lelah, ia pun mesti mengerjakan tugas perkuliahannya.
🍓🍓🍓
Bulan demi bulan terlewati dengan durasi waktu yang berbeda-beda, adakalanya cepat dan adakalanya begitu lambat. Tapi, bagi Ania ini sangat cepat. Mungkin karena kesibukannya yang membuat ia tidak terus menantikan waktu berlalu.
Kini sudah enam bulan lamanya semenjak kepergian Andra dalam bertugas. Setengah persiapan untuk pernikahan sudah Ania selesaikan bersama keluarga Andra maupun keluarganya sendiri, mereka sangat kompak membantu Ania yang memang mesti menyiapkam pernikahan tanpa sosok calon suami si sampingnya.
Mengenai pendidikannya di perkuliahan pun sangat lancar tanpa hambatan, bahkan Ania sudah melakukan KKN akhir bulan kemarin. Sekarang awal bulan ini ia akan mulai mengerjakan skripsinya. Ania harap semua akan selesai sebelum menikah, karena Ania tak mau dihadangkan banyak kesibukan lain ketika ia telah menjadi seorang istri.
Setiap sehabis sholat isya, Ania selalu nongkrong di depan layar laptopnya. Ia tak mau waktunya sia-sia karena rebahan. Segala 'sasajen' wajib ketika mengerjakan sebuah skripsi ataupun projek novel telah terjajar lengkap di samping laptop. Sasajen itu ialah makanan ringan serta teh hangat favoritnya.
Ketika baru saja membuka file tugasnya, tiba-tiba sebuah panggilan video dari laptopnya muncul. Panggilan itu dari Bilqis. Seraya memasukan keripik kentang ke mulut, Ania mengklik tombol menerima panggilan. Betapa kagetnya ia, ketika di layar tak hanya menampilkan sosok Bilqis saja, tapi juga Aminah dan Andra. Ya, pria itu tersenyum dengan wajah lelahnya.
"Uhuk!" Ania tersedak karena kripik yang ia makan. "Tunggu-tunggu!" Lantas ia menutupi layar laptop dengan map besar, dan segara Ania menelan pelan-pelan makanan di mulut lalu mendorongnya dengan teh hangat. Sungguh ia kaget dengan kehadiran Andra di panggilan video itu.
Ania menyingkirkan map yang menghalangi layar monitor sembari menyengir kaku. Ia malu dengan tingkahnya tadi.
"Ya ampun, lihatlah Ndra. Calonmu gugup lihat kamu!" cetus Bilqis dibarengi tawa geli. Andra pun menanggapi dengan tawanya. Haduh, pipi Ania bersemu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan, Ndra (END)
RomansaJudul sebelumnya=> AniaNdra "Aku adalah korban dari tindak kejahatanmu yang telah mencuri perhatianku sejak awal, dan dari muslihatmu dalam membuat sebuah hati nyaman untuk menetap pada ruangmu," ungkap laki-laki itu seraya menyodorkan tangan kanann...