Kabar pelantikan sang calon suami membuat Ania merasa ikut bangga. Ternyata tugas dinas yang selama tujuh bulan di Papua sangat membuahkan hasil untuk para polisi yang terpilih tersebut. Mereka mendapatkan penaikan pangkat sebagai bentuk apresiasi, dan memberikan libur selama beberapa hari. Waktu yang luang itu mungkin cukup untuk Ania dan Andra melaksanakan pengajuan sebagai syarat menikah seorang abdi negara.
Abilandra Maher Abqari, kini telah resmi menjadi seorang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Setelah sebelumnya hanya berpangkat komisaris polisi. Suatu pencapaian yang patut disyukuri. Ketika hari pelantikan tersebut pula Ania ikut datang mewakili ketidakhadiran keluarga Andra karena harus kontrol kesehatan Maher di luar kota. Rasa sedih Andra atas ketidakhadiran keluarganya, mungkin akan tertutupi oleh hadirnya seorang wanita yang ia cintai.
Setelah hari pelantikan, Andra berjanji akan mengajak Ania langsung pengajuan esok harinya. Dini hari sekali Andra sudah siap dengan berpakaian seragam lengkap dan berkas-berkas yang sudah disipakan. Mengapa sangat awal sekali? Karena agar pengajuan ini selesai dalam satu hari saja.
Kini, Ania dan Andra sibuk mengecek berkas-berkas untuk syarat pengajuan. Tampak banyak lembaran kertas di meja tamu kala itu. Mereka berdua baru saja menyelesaikan sarapan bersama Ratih dan Rijal.
"Sudah lengkap?" tanya Andra memastikan berkah milik Ania.
"Sudah. Tinggal surat kesehatan."
"Baik, kita sekarang saja tes kesehatannya?"
Ania mengangguk sebagai jawaban. Dia mengambil tas hitam yang sudah satu set dengan seragam bhayangkari yang ia kenakan sekarang. Setelah itu, seusai berpamitan dan meminta doa untuk kelancaran hari ini pada Ratih dan Rijal, Ania dan Andra lantas meninggalkan pekarangan rumah dengan mobil yang dikendarai Andra.
"Bismillah, ya. Jangan takut. Nanti di sana ada juga beberapa anggota kepolisian yang akan pengajuan," ujar Andra berusaha menenangkan Ania di sepanjang perjalanan.
Tes kesehatan itu memang lebih diberatkan kepada calon perempuan, karena mesti di tes kehamilan dan juga keperawanan. Hal itu tentu menjadi pengalaman pertama dalam hidup Ania. Ia berharap tesnya tak akan sulit.
Benar kata Andra, di rumah sakit khusus berlangsungnya tes kesehatan bagi para calon pasangan anggota kepolisian tampak sudah di hadiri beberapa pasangan calon. Ania dan Andra pun ikut mengantri juga bersama mereka.
Cukup lama. Tapi Ania dan Andra menunggu dengan sabar. Hingga akhirnya giliran mereka tiba. Ania dan Andra masuk ke ruangan berbeda. Di sana mereka dicek keadaan tubuh, apa memiliki penyakit khusus atau tidak.
Setengah jam berlalu, Andra yang sudah keluar dari ruangan terlebih dahulu seketika menghampiri Ania yang baru keluar dari ruangan.
Tes kesehatan telah dilewati, kini bagian menunggu surat kesehatan itu keluar. Tanpa menunggu lama, masing-masing surat itu sudah ada di tangan Ania dan Andra. Tampak mereka tersenyum lega dengan hasilnya.
"Kita langsung menghadap senior saya, mau?" tanya Andra.
Ania mengangguk, "Mau. Biar cepat selesai."
Mereka pun dengan langkah cepat memasuki mobil kembali dan melajukan mobil tersebut ke batalyon, tempat rumah dinas senior Andra. Mereka harus mendatangi tiga rumah, yaitu rumah Kombes Pol Wira Waryanto, Brigjen Pol Vino Tatariharja, dan Irjen Pol Boby Prayoga.
Pertama mereka mendatangi kediaman Kombes Pol Wira Waryanto dan juga sang istri. Persiapan Ania sebelum kunjungan ini sudah sangat matang, jadi ia tahu harus bagaimana bersikap di hadapan senior Andra.
Ketika memasuki halaman rumah dinas mereka yang sangat asri, Andra terus menyakinkan Ania bahwa semua akan lancar. Sungguh dalam kegiatan pengajuan ini, yang paling cerewet itu adalah Andra. Heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan, Ndra (END)
RomanceJudul sebelumnya=> AniaNdra "Aku adalah korban dari tindak kejahatanmu yang telah mencuri perhatianku sejak awal, dan dari muslihatmu dalam membuat sebuah hati nyaman untuk menetap pada ruangmu," ungkap laki-laki itu seraya menyodorkan tangan kanann...