13. Pengagum

1.3K 120 13
                                    

"Maya!"

Suara Ania memanggil yang sedikit keras tersebut berhasil membuat langkah gadis berambut sebahu terhenti. Maya menoleh kesegalah arah mencari sumber suara, sampai akhirnya membalikan badan ia menemukan teman satu prodi nya tengah melangkah mendekat.

"Tumben datang ke kampusnya siang?" tanya Maya keheranan. Biasanya Ania tak pernah absen untuk datang pagi.

"Prof. Fauzi yang menyuruh. Katanya dia pagi tadi ada urusan keluarga," jawab Ania dengan sedikir tertekuk. Karena perubahan jadwal ini pun ia jadi menyerahkan rapat mingguan di penerbitan kepada wakilnya, Jennifer.

"Oh. Berarti sekarang langsung menemui beliau?"

Ania menggeleng, "Paling lima belas menit lagi. Aku mau ke perpustakaan, siapa tahu ketemu buku referensi yang baru untuk tugas."

"Bareng dong kita!"

Ania tersenyum. Keduanya melangkah secara beriringan. Satu hal yang harus diketahui, selain Ania mempunyai sahabat online, dia pun mempunyai teman di dunia nyatanya. Dia Maya, sosok yang Ania temui ketika menjadi mahasiswi baru di sini, begitupun Maya.

Maya sangat berbeda dengan karakter Ania, dia lebih kepada asik pada banyak orang dan juga kehidupannya sangat mengikuti trend masa kini, contoh saja penampilan dan gaya bicaranya. Tapi, Ania tak mempersalahkan itu, selagi Maya tak melakukan hal jahat atau berniat jahat padanya, ia akan tetap berteman.

Sesampai di perpustakaan yang amat luas, Ania dan Maya lantas berpencar pada rak yang mereka tuju masing-masing. Hingga menemukan beberapa yang menarik untuk dijadikan referensi dari tugasnya, Ania lantas duduk di kursi yang telah di sediakan di dalam sana lalu mengecek sekilas isi buku-buku tersebut. Berselang beberapa menit, Maya juga ikut duduk di samping Ania dengan banyak tumpukan buku yang ia bawa.

"Oh, iya, Ann. Gua lupa ngasih tahu lo, kalau kak Bams ingin bertemu lo di rooftop gedung kampus," ujar Maya, lalu kembali menatap kepada bacaannya.

Ania sendiri langsung teralih, "Mau ngapain?"

"Mau omongin soal pengunduran diri lo jadi ketua HMJ."

"Oh. Yaudah, deh, aku sekarang ke sana. Mumpung masih ada waktu sebelum bertemu dosen." Ania bangkit dan merapihkan buku-bukunya, "Aku pamit. Assalamualaikum."

Tanpa mendengar jawaban Maya, Ania melenggang pergi dengan buku di pelukannya. Setelah meminta stempel izin pinjam dari petugas perpustakaan, Ania lantas keluar dari ruangan tersebut dan tentu menuju rooftop.

Pertemuannya dengan Bams ini adalah hal yang penting dan sangat ia nanti. Karena pengunduran diri nya ini hanya bisa diizinkan oleh Bams, selaku ketua HMJ ekonomi yang beberapa bulan lagi akan lengser.

Sebenarnya dari awal masuk kamus, Ania ingin memperluas relasinya dengan mahasiswa lain, mungkin dengan menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi sangat cocok menjadi jalan keluarnya. Tapi, kesibukan Ania di penerbitan dan kepenulisan, membuat ia harus memilih jalan lain. Ia tak ingin nantinya tak bisa memanajemen waktu.

🍓🍓🍓

"Kak Bams," panggil Ania ketika sampai di rooftop kampus dengan perasaan bingung. Terlebih penamlilan rooftop seolah disulap seperti cafe kekinian. Bener-benar persis, bahkan ada kursi untuk dua orang dan meja bundar di tengahnya.

"Hei, Hanum. Ke mari!" Pria yang memanggil Ania dengan nama belakang itu membalikan tubuhnya.

Ania dengan gigi mengigit bibir bawahnya karena bingung, lantas menghampiri Bams. "Kakak sedang ada acara bersama orang lain di sini?" tanya Ania karena takut datang di waktu yang tidak tepat.

Komandan, Ndra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang