29. Wanita Kuat

1.6K 126 1
                                    

Matahari tampak menerobos jendela kamar yang masih tertutup gorden putih tersebut, hal itu membuat perempuan yang sedang tertidur nyenya terbangun seketika. Ia terdiam dengan posisi terduduk, lalu mengikat rambut panjangnya yang tampak kacau. Ania berdesis karena tertidur sehabat sholat subuh tadi.

Ania terbangun tanpa ada Andra di sana. Alhasil ia ingin mencarinya di ruangan lain, tapi hal itu tertahan ketika matanya menangkap sebuah cangkit berisi teh terhidang di atas meja kecil di samping ranjang. Di bawah cangkir itu ada sebuah kertas. Segera Ania mengambil kertas dan cangkir tersebut.

Selamat pagi, istriku.

Ini ada teh untuk kamu, maaf jika tidak hangat lagi ketika kamu bangun. Mas pamit untuk latihan fisik di lapangan dulu, ya. Tak enak bila Mas membangunkanmu tadi, jadi Mas tinggalkan pesan ini.

Suamimu.
Abilandra.

Terdapat senyuman dengan sipu malu ketika usai membaca pesan yang ditinggalkan Andra. Ania tak menyangka sepagi ini akan mendapatkan hal romantis dari pria itu. Setelah menenggak habis teh tersebut, Ania bersiap-siap mengerjakam tugas sebagai ibu rumah tangga. Lagi pun nanti siang, Ania akan datang ke pertemuan bhayangkari dalam menyiapkan acara webinar mingguan.

Satu jam kemudian, pekerjaan rumah hampir selesai setelah Ania berhasil menata sarapan kali ini. Ketika menyajikan piring terakhir, sebuah salam terdengar. Sepertinya Andra telah pulang.

Ania segera menghampiri, "Waalaikumussalam." Dan mencium takzim punggung tangan Andra.

"Aku sudah siapkan sarapan, Mas. Kamu mandi dulu, ya?" Andra mengangguk sebagai jawaban.

Beberapa menit kemudian, keduanya sudah ada di meja makan sederhana dengan makanan yang menggugah selera. Ania mulai melayani Andra dengan mengambilkan nasi dan lauk.

"Nanti datang ke webinarnya mau bareng Mas?" tanya Andra.

"Enggak, deh, Mas. Aku 'kan harus datang awal buat menyiapkan acaranya," jawab Ania sembari meletakan lauk di piring Andra. Lalu ia terduduk di kursinya kembali dan mulai mengambil makanan untuknya. "Webinarnya juga bakal dihadiri bapak-bapaknya juga?"

"Iya, karena ada info yang akan diberitahukan nanti." Terdengar nada Andra menanggapi ucapan Ania sangat lah lemah. Seperti ada sesuatu. Tapi, Ania kembali lagi untuk berbaik sangka, terlebih terhadap suaminya sendiri.

🍓🍓🍓

Ania tak lagi gugup jika bertemu dengan ibu bhayangkari lagi seperti pengajuan, karena yang ia lihat dan rasakan ini berhasil mematahkan rasa takutnya bila melakukan kesalahan dalam berucap atau bertingkah laku di hadapan mereka. Ania lihat di sini, di ruangan khusus mempersiapkan konsumsi untuk acara webinar, Ania melihat para istri-istri polisi ini saling bercengkrama ria dan ramah tamah pada sesama.

Tapi, formalitas dalam bicara juga masih terjaga. Terutama bicara pada istri polisi dengan pangkat lebih tinggi. Di sini, Ania sangat sungkan dipanggil nyonya Andra terus menerus karena pangkat Andra yang lebih tinggi katanya. Tapi, terlepas dari rasa sungkan itu Ania harus terbiasa.

"Nyonya Andra, mohon izin. Nanti tolong sajikan buah-buahan ini di meja para pengisi webinar, ya." Salah seorang wanita bertubuh gempal meletakan dua piring berisi macam-macam buat di hadapan Ania.

"Baik, akan saya sajikan nanti." Ania melanjutkan kembali kegiatannya membukus snack sebagai konsumsi nanti.

"Hati-hati. Di sana bakal ada istri dari tuan Irjen Pol. Beliau selalu memperhatikan detail tingkah seseorang bila ada di hadapannya," bisik Risma. Entah ingin menakuti Ania atau memperingati. Ania mengangguk saja, ia tak perlu takut ataupun gugup nanti, demi tidak mengundang masalah.

🍓🍓🍓

Acara itu pun akan dilaksanakan beberapa menit lagi, para wanita bhayangkari sudah memenuhi kursi yang disediakan. Sementara Ania sendiri mulai akan menyajikan buah di meja para pengisi webinar, para pengisi itu pun sudah hadir di sana, begitupun dengan istri dari Irjen Pol Boby yaitu nyonya Veronika.

Benar kata Risma, mata Veronika akan menjadi sangat tajam ketika Ania mulai ada di hadapannya. Namun, detik berikutnya sebelum Ania pergi ia memberikan senyuman dan Veronika pun ikut menyungging senyum kecil. Ania bernafas lega dibuatnya.

Setelah menyajikan kudapan buah tersebut, Ania ikut duduk bersama wanita lainnya. Lalu beberapa saat kemudian beberapa anggota polisi ikut bergabung ke acara webinar tersebut, mereka duduk di sebelah kanan tepat di samping para wanita duduk.

Ania tersenyum kecil ketika matanya menangkap sosok Andra yang duduk tak jauh dari tempatnya sekarang. Bila saja Ania tak mempunyai stok malu, mungkin saja ia akan berteriak memanggil sang suami.

Acara webinar pun dimulai. Semua tampak senyap mendengarkan pembicara yang ada di depan. Setengah jam kemudian, acara tersebut akan segera usai, sebelum itu nyonya Veronika akan menyampaikan informasi terlebih dahulu, katanya khusus untuk para bhayangkari.

"Esok ada dua puluh polisi dengan pangkat perwira menengah akan dikirim ke tempat pelatihan para polisi di pulau Natuna. Mari, kita berdua untuk kelancaran mereka. Berdoa dimulai."

Masih dalam keadaan kaget mendegar bahwa sang suami pun ikut ke pelatihan tersebut, Ania merapalkan doa yang terbaik untuk ke dua puluh pera polisi terpilih tersebut.

Ada rasa bangga di hati Ania, namun ada pula rasa akan kehilangan membayangi kembali. Seperti saat ia melepas Andra bertugas di Papua. Tapi, kali ini Ania akan lebih mengikhlaskan. Ini hanya pelatihan, tak apa bila menahan rindu lebih lama.

🍓🍓🍓

"Kamu sudah dengar 'kan informasi tadi?" tanya Andra pada sosok perempuan yang masih memasang senyumannya.

Kini, acara webinar telah usai. Beberapa polisi dan istrinya masih berada di aula gedung, termasuk Ania dan Andra. Memang sangat perlu mereka berbicara sekarang.

"Iya. Selamat, ya, suamiku," kata Ania sembari menggegam tangan Andra.

"Mas akan lama di sana. Kiranya lima bulan. Mas khawatir sama kamu yang tinggal di sini baru beberapa hari, tak ada yang bisa kamu tanyain lagi soal kegiatan di sini." Andra berkata jujur, tapi ada yang lebih jujur di dalam harinya, yaitu ketidakberdayaannya menahan rindu.

"Cuma lima bulan, lebih lama pas tugas di Papua, loh. Insyaallah, aku bisa menjalaninya. Lagi pun, di sini aku bersama wanita kuat lainnya, tak perlu risau."

Andra tak mampu berkata lagi, karena perkataan Ania sangat membuatnya terbungkam. Ia hanya bisa tersenyum lega sambil menganggam penuh cinta jemari-jemari Ania.

"Meski nanti tak bisa memberi kabar melalui ponsel satu kali pun. Tenang saja, Mas. Aku akan memberi kabar melalui sebuah doa, dan meminta langsung pada Sang Pengendali Takdir," ucap Ania sembari menyenderkan kepalanya pada bahu Andra.

Andra mengecup singkat kepala Ania, lalu berujar. "Dan Mas pun akan meminta pada Allah, untuk melindungi wanita kuat Mas ini."

Ania menegakan kelala tubuhnya, lalu menatap Andra dengan senyuman jail. "Mas ... kamu lapar, ya? Aku tadi mendengar cacing di perutmu berdemo."

Suasana romantis itu seketika rusak dengan demonya oara cacing di perut. Andra tertawa malu, sedangkan Ania langsung menarik tangan sang suami untuk pulang dan memasakannya makanan yang membuat para cacing diam.

🍓🍓🍓

Yah LDR lagi😌

Komandan, Ndra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang