28. Rumah Dinas

1.6K 126 0
                                    

Suara gesekan sendok di dalam gelas yang berisi kopi, menghasilakan dentingan cukup nyaring di dapur yang sepi ini. Kegiatan yang ada di sana telah usai setengah jam lalu, tapi aroma rempah makanan masih tercium oleh hidung.

Sesudah diaduk, kopi racikan tangan Ania, menantu di rumah ini kemudian dibawa oleh Ania sendiri untuk diberikan pada prajuritnya yang baru pulang dari tugas hariannya. Sampai di ruangan keluarga, kopi itu terhidang bersamaan dengan senyuman manis dari Ania.

"Terima kasih, Sayang," ucap Andra yang tak terlihat raut lelah sama sekali, padahal pria itu baru pulang lembur. Malah, ada senyuman yang terukir di sana.

"Nanti kalau mau mandi dulu, aku sudah siapkan air hangat. Kalau makan dulu juga makanan sudah siap di meja makan. Aku pergi dulu mau bantuin umi beresin taman belakang," cerocos Ania, lalu membalikan badan untuk pergi dari sana.

Tapi, Andra menahannya. "Duduk dulu, ada yang ingin Mas beri tahu." Perkataan Andra kini lebih terdengar romantis dengan menyebut dirinya sendiri 'Mas'. Ania suka sekali mendengarnya.

"Ada apa?" Ania pun terduduk di samping sang suami.

Andra menatap Ania dengan senyuman penuh arti, "Besok kita akan pindah ke rumah dinas. Untuk sementara tinggal di sana dulu, sebelum rumah kita jadi."

"Benarkah?" Ada binar antusias di mata Ania. Andra mengangguk cepat. "Aku senang. Setidaknya kita bisa memulai rumah tangga berdua dari awal."

"Kamu senang, Mas pun ikut senang. Selamat, ya, bakal jadi ibu bhayangkari sungguhan di sana," kata Andra diakhiri kekehan. Lalu mengacak-ngacak kepala sang istri dengan gemas.

Sebenarnya baik orang tua Ania ataupun Andra tak masalah bila keduanya tinggal bersama mereka. Karena, rumah akan terlihat ramai jika anggota keluarga tinggal dalam satu atap.

Tapi ini lah impian pertama Ania dalam menjalani pernikahannya, yaitu tinggal berdua bersama sang suami dan memulai sebuah rumah tangga yang harmonis dengan kemandirian.

🍓🍓🍓

Keesokam harinya, pagi yang sangat cerah itu di awali pula dengan keceriaan dari sepasang kekasih yang akan memulai kemandiriannya. Baik Ania dan Andra sudah bersiap dengan seragam yang dikenakan masing-masing. Barang bawaan yang ikut dalam perpindahan kali ini pun sudah berada di dalam bagasi mobil.

Kini, tinggal lah berpamitan pada Aminah dan Maher. Sebelumnya, Ania dan Andra sudah berpamitan kepada orang tua Ania pada malam hari sebelum perpindahan.

"Ann pamit, ya, Umi. Insyaallah Ann akan pastikan datang ke sini."

"Beneran, ya? Umi tunggu, loh. Kalian di sana jangan suka berantem, kalau Andra berbuat kasar sama kamu bilang saja sama Umi dan Abi, oke?" Terlihat Aminah mewanti-wanti.

Ania tersenyum, "Siap, Umi!"

"Andra gak akan kasar sama istri sendiri, Umi. Ada Allah yang akan menghukum Andra langsung bila itu terjadi," ujar Andra.

"Pegang perkataanmu, ya, Nak. Jadi suami yang baik, bantu istrimu untuk adaptasi di sana," nasihat Maher.

Andra menangguk dengan yakin. Kemudian Ania dan Andra menyalami kedua orang tua itu dengan takzim, dan mengucapkan salam sebelum akhirnya memasuki mobil untuk meninggalkan pekarangan rumah tersebut.

🍓🍓🍓

Rumah sederhana dengan cat senada rumah lainnya yang ada di sekitaran sana Ania tatap tenang, lalu terucap di hatinya basmalah dan doa. Ya, ia dan sang suami telah sampai di rumah dinas yang akan ditempati.

Komandan, Ndra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang