15. Insiden

1.2K 117 5
                                    

"Diam!"

Sentakan yang cukup keras terlontar begitu saja pada seorang gadis yang terus meronta melepas ikatan tangannya. Bahkan ingin berteriak kecang, padahal mulutnya sudah dibekap dengan sebuah kain.

Pria dengan tatapan tajamnya berusaha mengancam kembali, "Jika saya turunkan kamu di sini, apa kamu tahu jalan pulangnya? Haha, tentu saja tidak." Pria itu tertawa licik di akhir kalimatnya.

"Diam lah Hanum, saya tidak akan berbuat macam-macam, apalagi menyakitimu. Saya hanya ingin kamu menjadi milik saya saja," sambung pria tersebut kembalu melihat ke arah jalanan. Ia tengah mengendari mobilnya menyusuri jalan pedesaan.

Sementara gadis di sampingnya, yaitu yang acapkali pria itu panggil Hanum, hanya menangis dengan terus menghentakan tangan agar ikatan terlepas. Sungguh ini tak pernah dibayangkan oleh seorang Ania Asyahla Hanum. Ia pikir hanya mampir ke perpustakaan kampus pada malam hari tak membuat dirinya terjebak dalam situasi yang mungkin bisa disebut penculikan. Ya, Ania memang berniat ke perpustakaan untuk mengambil barangnya yang tertinggal di sana dan itu sangat penting, jadi mau tak mau ia harus pergi pada malam itu juga.

Pihak perpustakaan kampus sudah mengizinkan Ania untuk datang. Tapi ternyata, ketika Ania telah mengambil barangnya tersebut, di lorong kampus tiba-tiba ada yang membekapnya dan membuat ia tak sadarkan diri.

Setelah sadar, Ania baru menyadari kalau ia dibawa kabur oleh seorang Bams Varhoven, seorang pria yang beberapa hari lalu menyatakan cinta pada Ania dan sempat ingin menyakitinya ketika cinta itu tertolak. Sudah tak perlu ditanyakan lagi motif penculikan Bams ini, dia sangat egois dan berani berbuat kriminal seperti ini. Sungguh ide dari mana ia berani menculik Ania.

Air mata Ania terus mengalir meratapi hidupnya akan bagaimana setelah ini, karena ia tak percaya Bams. Hatinya terus berdoa agar ada sebuah keajaiban untuknya lolos dari niat jahat Bams ini. Harapannya untuk kabur setelah mobil berhenti itu harus pupus ketika menyadari kalau desa yang dituju Bams sangatlah asing untuk Ania. Gadis itu sangat tidak mengenal jalanan di sana, bahkan nama desanya pun ia tidak tahu.

Seusai melewati jalanan yang jarang ditemui bangunan, mobil milik Bams terhenti di sebuah rumah sederhana yang dikelilingi banyak pohon cemara yang tinggi menjuntai. Tampak rumahnya begitu sepi, bahkan sekitarnya seolah tak ada aktivitas kehidupan. Ania menelan saliva melihatnya, ia sangat takut.

Tampak Bams keluar dari mobil, berjalan ke sisi pintu mobil kiri, dan lalu membuka pintu tersebut. "Turunlah!"

Ania terdiam, ia tak akan menuruti. Alhasil Bams bertindak keras dengan menarik paksa Ania. Gadis itu menjerit.

Sebelum itu Bams membuka ikatan kain yang membekap mulut Ania. Tampak gadis itu terengah-engah, dan berteriak. "Tolong! Tolong!"

Bams sontak tertawa geli, "Mau kamu berteriak sampai putus pita suaranya pun tidak akan ada orang yang mendengarnya. Bodoh!"

"Kamu yang bodoh! Dengan kamu berbuat seperti ini aku semakin benci padamu!" jerit Ania dengan tangisan. Ia sangat benci dan marah.

"Bawa aku pulang ke rumah, kenapa kak Bams melakukan ini padaku? Orang tuaku pasti khawatir sekarang. Aku mau pulang!" teriak kembali Ania yang sudah terduduk lemah di tanah.

Bams terlalu tidak berperasaan sehingga ia menarik dengan kasar tangan Ania untuk membuat gadis itu berdiri. "Kita akan pulang, tapi harus dengan status kita sebagai suami istri. Kita akan menikah di sini, itu saja," bisiknya.

Ania menatap penuh amarah pada pria itu, bagaimana bisa sebuah pernikahan harus di awali dengan niat jahat seperti ini? Apakah Bams ini manusia? Pria itu benar-benar dibutakan cinta dan obsesi.

Komandan, Ndra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang