21, November 2026. Hari yang selalu tercatat indah dalam sanubari, dan hari pembuktian bahwa sesungguhnya takdir Allah memang benar-benar yang terbaik. Beberapa jam lagi, akan ada sebuah nama yang menjadi pelabuhan terakhir Ania dalam beribadah. Pernikahan adalah ibadah tanpa batas waktu, begitupun ketika maut datang tapi sebuah ikatan suci itu masih tetap utuh bila berlandaskan dengan iman dan takwa.
Seusai sholat subuh, kicau burung menyambut pagi ini dengan gembira. Tirai-tirai dari tiang tenda pernikahan yang berada di luar melambai-lambai siap menanti hari bahagia ini. Rumah sang mempelai wanita kini ramai oleh sanak saudara dari Bogor, mereka pun ikut mempersiapkan segalanya sejak subuh berkumandang. Termasuk mempersiapkan sang pengantin wanita untuk menemui MUA untuk dirias.
Pukul tujuh pagi, Ania sudah siap menyambut sang calon suaminya yang akan mengucapkan jab qobul nanti satu jam lagi. Tapi, Ania pun diliputi gundah karena teman-teman online nya tak ada yang memberi kepastian akan datang atau tidak, hanya Jennifer yang dipastikan hadir.
Ania terus mengecek ponsel, dan mengirim beberapa pesan di grup chating. Tapi tak kunjung ada balasan. Gadis itu mengembuskan nafas lirih.
"Ann?"
Itu suara Jennifer, tanpa membalikan badan ke belakang Ania menyahut. "Mereka tidak datang, Kak Jen?"
"Siapa bilang tidak datang, tengoklah ke belakang."
Itu bukan suara Jennifer, tapi suara Najwa. Lantas Ania berdiri dari duduknya dan membalikan badan. "Kalian, datang?!" Hampir saja Ania berteriak hiteris, karena bahagia.
Di hadapannya ternyata sudah ada Nida, Firma, Najwa, Ainur, Amelia, dan Jennifer. Mereka tersenyum lebar, lantas membuat Ania menghampiri dan mereka semua berpelukan.
"Bagaimana bisa kita gak datang di hari pernikahan calon bu komandan kita ini," ujar Firma, yang membuat Ania tertawa.
"Terima kasih sudah datang. Meski gak semuanya. Tak masalah, aku tetap senang." Ania tak bisa menangis untuk kali ini, karena sekeliling matanya sudah terpoles make up yang nantinya luntur.
"Yang lain, termasuk Fitri. Bakal menyaksikan lewat virtual, Kok. Aku sudah siapkan layar kecil tadi ke pihak sound," jelas Jennifer.
"Terima kasih, Kak Jen."
Tiba-tiba di tengah lepas rindu kembali itu, suara rebana yang ditugaskan menyambut besan terdengar. Segera teman-teman online Ania tersebut keluar dari kamar dan melihat sang calon suami Ania di tempat akad.
Sementara Ania kini ditemani Bilqis yang beberapa menit lalu datang ke kamar. Dia ditugaskan untuk menemani Ania di kamar selagi Andra mengucapkan ijab qobol.
"Calon suamimu itu, tak pernah setampan ini loh, Ann," cetus Bilqis sembari melihat ke layar monitor yang di tempatkan di kamar Ania.
Ania hanya tertawa geli mendengar celotehan tersebut. Seketika suasana berubah tegang dan serius ketika Andra sudah duduk di hadapan Rijal–ayah Ania–dan beberapa orang berkepentingan di sana.
Di saat Andra menjabat tangan Rijal, dan Rijal pun mengucapkan ikrar suci itu, Ania amatlah menahan nafas.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Abilandra Maher Abqari dengan anak kandung saya Ania Asyahla Hanum binti Rijal Al-Fatha, dengan mahar 100 dirham dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Ania Asyahla Hanum binti Rijal Al-Fatha dengan mmahar tersebut dibayar tunai!" Sekali hentakan nafas Andra mengucapkannya.
"Sah?"
"Sah!" seru serempak para saksi dan tamu yang ada di sana.
"Alahmdulillah! Selamat datang adik iparku!" Berbarengan dengan itu, di kamar Bilqis berseru dan memeluk Ania dengan erat. Ania menangis bahagia di sana, tak peduli make up nya.
Kini, Abilandra Maher Abqari, sosok pria yang selalu Ania sebut komandan itu telah membuktikan keseriusannya. Dia tak hanya datang untuk menjadi pelindung atas nama tugas negara saja, tapi juga kini sebagai pelindung atas nama cinta dan agama. Karena, Ania adalah istrinya, sang nyonya Abilandra yang akan selalu berjalan di sampingnya sebagai sosok teman hidup dan juga bhayangkari taguh.
"Ayo bangun, suamimu sudah menanti di sana," bisik Bilqis tersenyum penuh godaan.
Sembari merapihkan gaunnya, Ania digandeng Bilqis keluar kamar. Ketika kakinya melangkah di tempat yang dipenuhi suara bahagia, seketika suara itu hilang karena terpesona dengan sosok pengantin wanita. Jantung Ania semakin berdebar kecang, kala matanya bertemu sosok Andra yang sedang tersenyum di bangku akad.
Ania pun duduk di samping pria yang telah menjadi suaminya tersebut. Rasanya Ania seperti lupa cara untuk bernafas, karena saking takutnya debaran di jantung terdengar oleh Andra.
Prosesi tukar cincin pun berjalan dengan mulus, dilanjutkan dengan penandatangan berkas. Sudah sah dan resmilah Ania dan Andra saling memiliki.
🍓🍓🍓
Acara selanjutnya setelah akad dan sungkeman adalah prosesi pedang pora. Ya, ini adalah tanda bahwa Ania sudah resmi menjadi sosok istri polisi dengan pangkat perwira. Para polisi yaitu anggota junior yang hadir saat itu bersiap memegang pedang dan berbaris rapih membentuk sebuah jalan untuk sang kedua mempelai melewatinya.
Prosesi ini lah yang dinanti para tamu termasuk teman-teman online Ania yang siap mengabadikan melalui ponsel.
Di ujung barisan para anggota kepolisian berseragam formal, tampak Ania dan Andra yang sudah berganti pakaian sesuai acara yang berlangsung. Mereka bergandengan, dan senyuman Ania tergambar jelas di sana. Tapi tidak dengan Andra yang tampak serius.
Pedang pora berlangsung dengan khidmat. Banyak harap yang keduanya curahkan ketika melewati satu sangkur pedang. Berharap pernikahan ini adalah yang pertama dan terakhir, dan sakinah mawadah warahmah.
Saat para anggota mengelilingi Ania dan Andra, lalu pedang mereka angkat memayungi sang mempelai, saat itulah kedua orang yang berbahagia itu saling menyalurkan cinta melalui tatapan halalnya. Sebuah kecupan mendarat di kening Ania, dan seketika itu pula para anggota membalikan badan dan bertekuk lutut.
"Ana uhibbuki fillah, ya habibati," bisik Andra setelahnya, menghidangkan sebuah senyuman termanis.
"Ahabbakilladzii ahbabtani ilahuu, ya habibi," jawab Ania tak kalah romantisnya.
🍓🍓🍓
Hari, sebuah hari yang cukup panjang, melelahkan, dan membahagiakan untuk Ania. Terlebih harus menyambut banyak tamu sehingga membuat kakinya lecet karena terlalu lama memakai wedges, alhasil Andra dengan penuh keromantisan merelakan sandalnya dipakai.
Tengah malam tiba acara sudah selesai, keramaian yang tadi terdengar di halaman rumah Ania kini menjadi sepi. Semua orang mengistirahatkan tubuh, dan beberapa saudara Ania pun memutuskam pulang malam itu ke Bogor. Begitupun dengan teman-teman online Ania, mereka pulang ke rumah masing-masing.
Sungguh bahagia. Tapi bahagia itu membuat Ania lelah dan mengantuk pada akhirnya. Dia yang sudah rapi menggunakan baju tidur dan rambut tergerai panjang, tampak memeluk lututnya dengan posisi duduk di sofa. Ania tengah menunggu Andra yang sedang membersihkan badan.
Tanpa sadar, dan saking mengantuknya. Ania tertidur lelap dalam posisi seperti itu. Hingga Andra kembali dari kamar mandi, gadis itu masih tetap terlelap. Andra tersenyum maklum dan sesekali tertawa pelan. Istrinya persis seperti seorang kelinci yang tertidur, sangat menggemaskan.
Tidak tega membangunkannya untuk sholat sunnah, akhirnya Andra memilih membopong tubuh Ania ke ranjang dan menyelimutinya. Ia pun ikut merebahkan badan dan menatap sang istri yang sangat damai dalam tidurnya.
"Aku akan selalu menanti untuk kamu menanyakan alasanku mencintaimu," gumam Andra. Pria itu tampak membedakan gaya bahasanya semenjak menikahi sosok Ania.
"Iya, komandan. Aku gak akan nakal lagi!" seruan yang tiba-tiba dari mulut Ania membuat Andra terlonjak kaget. Ia mengerjapkan matanya, melihat sang istri yang masih terlelap tapi mengucapkan sesuatu. Ania ngelindur.
Andra tersenyum geli, lalu membelai rambut Ania yang begitu harum. "Dalam mimpi saja kamu masih menyebutku dengan komandan," kata Andra.
🍓🍓🍓
Duh pengantin baru
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan, Ndra (END)
RomanceJudul sebelumnya=> AniaNdra "Aku adalah korban dari tindak kejahatanmu yang telah mencuri perhatianku sejak awal, dan dari muslihatmu dalam membuat sebuah hati nyaman untuk menetap pada ruangmu," ungkap laki-laki itu seraya menyodorkan tangan kanann...