Satu, dua, hingga tiga bulan berlalu Semenjak Yuri mengetahui kebenaran tentang dirinya. Yang merupakan bukan anak kandung dari ayah Hyusuk. Fakta yang sesunggunya, ia adalah anak punggut Hyusuk, yang di temukan di stasiun kereta api. Pertanyaanya adalah siapa orang tua kandungnya, selama tiga bulan Yuri tidak berminat mencari tahu tentang keluarga kandungnya. Yuri juga tidak mengatakan hal ini pada Jungkook. Cukup ia menyimpannya untuk diri sendiri.
Selama ini ia sudah melalui kesulitan, menahan sakit sendiri semenjak ayah Hyusuk pergi. Jika boleh berharap, Yuri tidak ingin bertemu keluarga kandungnya. Ia malu, akan nasibnya sendiri. Ia sudah mencoba bertahan, ia adalah sebatang kara sekarang. Ah jangan lupakan, ia bukan sebatang kara lagi, ia akan menjadi ibu dari seorang putra.
Putra? iya, dua bulan yang lalu. Dokter mengatakan jika bayinya laki-laki. Jungkook sempat mengatakan, perempuan atau laki-laki, Jungkook akan sangat menyayanginya nanti, tapi jika boleh berharap Jungkook ingin anak pertamanya laki-laki agar bisa menjaga adik perempuannya kelak, dan tuhan benar-benar mengabulkan permintaan Jungkook. Bayi mereka berjenis kelamin laki-laki. Bisa bayangkan reaksi Jungkook saat itu, Jungkook tak henti-hentinya tertawa bahagia, bekali-kali Jungkook membubuhkan ciuman di bibirnya bekali-kali. Bahkan seharian Jungkook tidak berangkat kekantor, sepanjang hari terus mengucapkan terima kasih, sembari menangis haru.
Sebahagia itukah? Yah, Yuri juga sangat bahagia mengetahui anak pertamanya laki-laki Yuri berharap, putranya akan setampan Jungkook dan mempunyai masa depan yang indah seperti Jungkook pula. Yuri maklumi sih, melihat Jungkook yang sangat bahagia, Jungkook bilang ia sudah 7 tahun menikah dan belum mempunyai anak, Jungkook dan istrinya mereka pasangan yang sibuk. Jungkook selalu menjawab seperti itu ketika di tanya. Tapi yah sudahlah, hak mereka, Yuri juga berhak tau alasan kenapa Jungkook belum mempunyai anak dari istrinya.
"Eughhhh......" Yuri melenguh pelan saat merasakan sebuah tendangan pelan dari dalam perutnya.
"Ada apa? perutmu sakit" Taehyung yang sedang menerangkan materi tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara lenguhan, Yuri meremas bolpoin di tangan kanannya, sedangkan tangan kiri menangkup perutnya yang lumayan besar.
Kegitaan belajar mereka hampir selesai. Taehyung hanya menjelaskan materi-materi tambahan, dan Yuri mencatat yang sekiranya cukup penting.
"Tidak, hanya merasakan tendangan kecil tadi. Ayo lanjutkan Tae..."
"Huh, aku kira semalam Jungkook bermain kasar, hingga perutmu sakit." Ucap asal Taehyung, jujur saja selama hamil penglihatan Taehyung cukup sering menangkap tanda bekas cupangan yang mengitip malu-malu di daerah sekitar leher yang berusaha Yuri tutupi. Jungkook benar-benar liar, wanita yang sedang hamil pun tetap di ajak bermain kuda-kudaan.
"Ttt-tidak, Jungkook dan aku tidak melakukannya" wajah Yuri merah padam, mengerti arah pembicaraan Taehyung.
"Itu urusan kalian, menerima gaji itu baru urusanku, cepat catat lagi" Taehyung memutar bola matanya malas, Yuri dan Jungkook itu benar-benar seperti patsuri. Kadang kala Taehyung di buat geram karena beberapa kali pernah menjadi obat nyamuk di antara mereka.
"Baiklah..." Yuri mengehembuskan nafas pelan, Taehyung itu benar-benar bermulut pedas dan sedikit ember, hati- hati saja jika menceritakan rahasia padanya.
Lantas suasana kembali hening, ah ralat. Lebih tepatnya hanya suara Taehyung saja menjelaskan kembali materi, dan Yuri kembali sibuk dengan kegiataan mencatatnya. Mereka berada tempat biasa, ruang tengah, meja kaca pendek yang berdiri di atas lantai yang lapisi karpet berbulu, Posisi Taehyung berada di sebrang meja, tepat di hadapan Yuri.
"Omong-omong, apa janin yang berusia 6 bulan bisa menendang?" Jujur saja, bayinya cukup sering menendang padahal kandungannya baru memasuki usia 6 bulan. Maklumi Yuri di sini sendirian, tidak orang tua yang mengajarinya tentang kehamilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAIN [√]
FanfictionMengeja sakit yang berbaris pada riwayat, lalu beritahu di mana titik akhir itu? Bukan seperti daun maple yang bertabur karena arah angin, lalu menemui akhir. Ini lebih pelik daripada itu. Tapi, sejauh mana Shin Yuri mengeja langkah, untuk mencari p...