.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Eunri-ya........kau jangan kemana-kemana Eonnie akan membuatkanmu susu" ucap seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun.
Sedang sang adik yang berusia dua tahun hanya menangguk patuh, seperti paham apa yang dikatakan kakaknya barusan. Lalu tangan kecilnya menarik ujung baju sang kakak saat hendak bangkit pergi.
"Onie....uli ingin susu"
"Iya sayang.....Bicara Uri sudah semakin lancar sekarang" tak lama sang adik mendapat cubitan gemas dari sang kakak.
"Uri tunggu ya.... Eonnie akan buatkan" lalu sang kakak meninggalkan si adik kecilnya di ruang tengah yang di hiasi oleh beberapa guci-guci besar.
Han Eunri balita yang baru berusia dua tahun itu sedang dalam masa aktif-aktifnya. Untuk balita seusianya Eunri cukup membuat kakaknya kewalahan.
Belum lama kakaknya meninggalkanya sendirian, tapi Kaki-kaki kecilnya sudah bergerak lincah, memyentuh beberapa barang yang membuat si balita penasaran.
Ia bergerak lincah menuju sebuah guci yang tidak terlalu besar di sudut ruangan, hanya penasaran dengan benda besar yang memiliki warna mencolok, kakinya berjinjiit guna menggapai puncak kepala guci, tangan kecilnya lalu berhasil memegang bibir guci tapi kakinya yang masih berjinjit hilang keseimbangan, tubuhnya terhuyung kebelakang sedang tangan mungilnya masih memegang pinggiran guci. Si balita terjatuh dengan posisi tertimpa guci.
Suara pecahan benda terdengar sampai di perunggu sang kakak yang masih berada di dapur. Lantas ia segera berlari ke sumber suara, khawatir jika adiknya terjadi sesuatu.
Eunji menjatuhkan botol susu yang baru saja di buatnya ke bawah lantai, melihat sang adik tergeletak di lantai dengan pecahan guci yang berada di sekitarnya, jantungnya mencolos panik bukan main. Tanpa ingin menjeda waktu lagi ia menghampiri sang adik yang tak sadarkan diri di depannya.
Plipis kiri si adik mengluarkan darah yang cukup banyak, Eunji melihat sebuah serpihan pecahan guci menancap di sana. Dengan tangan gemetar, dan kedua mata yang sudah meloloskan air mata deras. Eunji mencoba mengelap darah yang menutupi hampir setengah wajah adiknya, menggunakan tshirt yang sedang ia kenakan.
"Uri-ya... Hiks... Bangun, tunggu kakak akan menelpon Ayah.... Bertahanlah....Hiks" lalu Eunji memangku kepala sang adik di pahanya, tangannya yang masih gemetar mencoba merogoh saku celananya--meraih ponsel kecil dengan gambar yang masih hitam putih. Sedang tangan satunya mengelus luka adiknya yang masih tertancap pecahan guci.
"Appa.....tolong cepat pulang Uri terjatuh, kepalanya berdarah appa.... dia tidak sadar, Eunji takut appa ayoo kita bawa Uri kerumah sakit.....hiks" ucap Eunji yang masih berusia sepuluh tahun tersebut.
"Eunji......tunggu appa, apa pasti akan cepat datang....."
Lalu setelah mendengar suara suhutan dari sebrang telpon, sambungan ponselnya terputus.
"EUNRI!"
Eunji memekikan nama adiknya dalam tidurnya, mata yang semula memejam kini terbuka lebar, dengan debaran jantung berdetak kencang, napasnya putus-putus, lalu jemari lentik Eunji memjambak surai sebahunya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAIN [√]
FanficMengeja sakit yang berbaris pada riwayat, lalu beritahu di mana titik akhir itu? Bukan seperti daun maple yang bertabur karena arah angin, lalu menemui akhir. Ini lebih pelik daripada itu. Tapi, sejauh mana Shin Yuri mengeja langkah, untuk mencari p...