Mengeja sakit yang berbaris pada riwayat, lalu beritahu di mana titik akhir itu? Bukan seperti daun maple yang bertabur karena arah angin, lalu menemui akhir.
Ini lebih pelik daripada itu.
Tapi, sejauh mana Shin Yuri mengeja langkah, untuk mencari p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . .
Cahaya redup matahari pagi masuk melalui celah jendela, dengan gorden yang tersibak ke sisi samping, membuat sinar mentari itu lebih banyak mengisi ruangan yang saat ini di huni oleh kakak beradik.
Ah mungkin sang empu penghuni lupa menutup gordennya. Sampai-sampi cahaya hangat itu mengusik tidur salah satu dari mereka.
Sang kakak tidak melepas pelukannya, ia merengkuh mengelus sayang. Atau bahkan sesekali Eunji kembali merembeskan air mata dalam pejamannya. Eunji mengerjapkan matanya, yang terasa berat, ia tentu saja tidak bisa tidur dengan puas semalaman.
Eunji menangisi Yuri, dikala wanita itu menceritakan kisahnya. Bagai seorang anak kecil yang sedang mengadu, Yuri melampiaskan semuanya. Sementara Eunji setia mendengarkan, memasang perunggunya baik-baik, dengan lelehan cairan liquid di pipi sebagai tanggapan dari setiap kisah pilu yang Yuri ceritakan. Eunji bahkan tidak menyangka, bahwa kisah Yuri jauh melebihi rasa sakitnya yang di tinggal oleh orang-orang terdekat.
Setelah mata Eunji terbuka lebar, sehelai bulu matanya terjatuh di bawah mata yang tentu saja tanpa ia sadari, lebih memfokuskan atensinya pada Yuri yang tertidur di sampingnya.
Eunji menyimpan wajah Yuri dalam ingatannya, wajah Yuri cantik, pantas Jungkook menyukainya, matanya yang terpejam membuat bulu mata lentik Yuri semakin jelas terlihat. Tangan Eunji terulur mengelus surai Yuri.
"Kau sudah besar sekarang......." Eunji masih mengelus-elus surai adiknya yang pendek.
"Dulu kau sering minta di buatkan susu......"
Eunji terinsak lagi, entah kenapa matanya sekarang jadi sangat manja, dan cengeng. Perasaan bersalahnya datang, setelah mengingat semua perbuatannya pada Yuri. Surai Yuri menjadi pendek seperti ini, karena ulahnya. Eunji beranjak duduk, menyadar pada kepala ranjang. Ia menjatuhkan pandangan, pada kedua telapak tangannya. Hatinya kembali pilu, sedikit meredam suara isakkan bukanlah hal yang buruk. Ia mengingat ia sempat membuat Yuri hampir mati menggunakan kedua tangannya.
Ia adalah iblis.
"Hiks...... hiks....." Eunji menutup kedua wajahnya menggunakan telapak tangan. Ia menyesal bukan main. Jika ia tau bahwa Yuri itu adiknya, ia tidak akan berbuat sekejam demikian.
Yuri merasa terusik dalam tidurnya, ketika perunggunya dengan sayup-sayup mendengar suara tangisan. Mengucek matanya seperti anak kecil yang terganggu dalam tidur, sampai akhirnya ia benar-benar membukannya dengan setengah mengantuk.
Sekarang Yuri tau asal suara tangisan itu, Eonnienya menanggis lagi.
"Eonnie......." Yuri melirih sembari mengelus perutnya yang membuncit.
Eunji terkesiap, mendengar Yuri. Ia buru-buru memalingkan pandangannya ke arah lain dengan tangan yang sibuk mengapus air matanya sendiri.
"Jangan menangis lagi Eonnie......" Yuri duduk mendekat ke arah Eunji.