Paling tidak. Eunji jarang sekali merasa secemas ini. Sejak beberapa jam yang lalu, ia bahkan tidak pernah menghirup udara dengan sesulit ini. Jantungnya seolah-olah akan meledak karena pembuluh darah yang kian menyempit hingga menciptakan kesesakkan jauh di lubuk sana, otaknya seperti tidak sinkron, padahal otaknya sudah mengeluarkan perintah pada tubuh untuk tidak cemas sampai keringat dingin seperti ini.
Saling meremas tangannya satu sama lain, atau bahkan tanpa di sengaja kuku panjangnya mengores jarinya sendiri sampai tercipta segaris luka yang terasa sedikit perih. Duduk, kemudian berdiri. Lalu berjalan, kemudian duduk lagi. Begitu terus hingga bermenit-menit di ruang tunggu rumah sakit.
Ia sedang menunggu hasil tes DNA keluar, harus hari ini. Dan malam ini juga. Terserah berapapun biayanya, yang terpenting hasilnya harus keluar dalam beberapa jam kedepan.
Eunji mengambil rambut Yuri tanpa persetujuan sang empu, hanya untuk ini, untuk di jadikan sampel, dan mencocokkan DNA dengan milik dirinya.Bahkan otak Eunji yang terasa dungu itu tidak berani menebak, menerka. Entah tulisan seperti apa nantinya, entah barisan kata apa yang akan keluar nanti sebagai hasil.
Eunji menatap lekat-lekat, kalung milik Yuri, rantai cantik itu melingkari jemarinya. Sedang sorot matanya mulai mencari jawaban, seolah jika menatap kalung itu Eunji akan mendapat sebuah jawaban. Oh, otaknya serasa jadi bodoh untuk sesaat. Bagai orang tolol yang di renggut kewarasannya.
Benarkan ini milik Yuri?
Eunji bahkan kebingungan harus melakukan apa, masih menududukkan diri disini sembari menunggu dengan di temani kelinglungan? ya ini terlalu tiba-tiba sehingga mengundang linglung untuk menjerat jiwanya. Apa yang harus ia lakukan?
"Tidak, aku harus mengeceknya lagi" Eunji buru-buru beranjak dari kursi, menghentak lantai dengan sepatu tingginya. Ia berjalan menelusuri koridor rumah sakit sembari meremas tas selempangnya risau.
Ia tidak bisa terus diam sembari menunggu. Eunji menekan tombol pada kunci mobilnya, ketika presensinya sudah menginjak jalanan aspal khusus parkiran rumah sakit.
Setelah di rasa mobilnya tidak terkunci lagi, wanita yang memiliki tinggi badan 165 cm tersebut langsung masuk ke dalam mobil. Melajukan mobilnya dengan tangan yang di rundung thermor.
***
Secara asal Eunji memberhentikan kendaraan rota empatnya di depan penghunian. Hunian yang selama tujuh tahun ini menemaninya bersama Jungkook, untuk membangun istana bahagia. Menutup pintu secara kasar, dan sedikit berlari memasuki kediamannya.
Menapaki setiap anak tangga, sepatu haknya yang membentur marmer menciptakan gema suara yang tersulur sampai ke sudut rumah. Orang lain mungkin akan waras, untuk tidak berlari dengan sepatu hak, tapi wanita itu malah berlari menaiki anakan tangga tanpa khawatir tubuhnya akan terpeleset dan menggulung kebawah. Entahlah, ia tidak memperdulikan soal itu.
Sudah pukul 21.13 ternyata, saat mata hitam berhias eyeliner tipis itu melihat jam di kamarnya. Napasnya sedikit tersengkal-sengkal, karena habis berlari. Meraup udara dengan rakusnya mengisi ruang paru-paru yang haus akan udara. Eunji menetralkan napasnya sejenak, memejamkan matanya dan membukanya lagi. Jemari-jemari yang dulunya sering di buai oleh Jungkook itu kini mulai mengobrak abrik isi lemari.
Ia mencari kotak perhiasan. Tempat ia menyimpan berbagai benda cantik favoritnya. Setelah mendapatkan kotak silver itu, Eunji kembali mencari kalung yang serupa seperti milik Yuri, dahinya mengkerut karena tak kunjung menemukan apa yang ia cari.
Dapat, setelah 10 menit tangannya terasa pegal untuk mengorak-arik.
Eunji menemukan kalung namanya sewaktu kecil. Persis seperti milik Yuri, ada ukiran nama di belakangnya, Eunji meneliti setiap desain di kalung milik Yuri, lalu mata yang mulai kelelahan tersebut memperhatikan miliknya juga. Membandingkan, melalui mata, otaknya berusaha keras menemukan barang kali ada perbedaan pada rantai berhias berlian itu. Tapi, yang ada matanya malah manangkap sesuatu, pinggiran liontin milik Yuri terukir beberapa angka yang sangat kecil, sebuah tanggal lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAIN [√]
FanficMengeja sakit yang berbaris pada riwayat, lalu beritahu di mana titik akhir itu? Bukan seperti daun maple yang bertabur karena arah angin, lalu menemui akhir. Ini lebih pelik daripada itu. Tapi, sejauh mana Shin Yuri mengeja langkah, untuk mencari p...