Barang kali dengan mengusir presensi pria itu adalah opsi yang tepat untuk dirinya, maupun bagi kesahatan jantung. Kelewat salah, ketika ia mengikuti kemauan hati atau egonya untuk sesaat.
Hampir saja ia akan terbuai lebih dalam, menikmati setiap decak penuh afeksi bibir Jungkook, yang seperti candu untuknya jika tidak segera ia hentikan.
Jungkook itu tidak jelas perasaannya, terkadang Yuri merasa Jungkook itu sangat dekat, lalu terkadang juga Yuri merasa Jungkook itu sangat jauh. Seperti yang sedang ia rasakan sekarang. Padahal beberapa waktu sebelumnya ia merasa bisa menjangkau pria itu. Hampir setiap hari, ketika malam mulai di selimuti gelap dengan langit yang ditaburi cahaya bagai glitter, di saat itulah, terkadang tubuhnya di dekap penuh hangat, pelukan erat tersebut bagai mengahalau suhu yang kelewat dingin. Lalu Yuri menempelkan telingannya di dada Jungkook yang berdetak dengan seirama.
Tapi tidak! untuk sekarang. Ia tidak ingin lagi berhubungan dengan pribadi Choi itu. Ingin melawan kata hati yang bersuara bagai dawai melodi yang terngiang di dalam kepalanya.
Yuri masih waras, untuk menerima tawaran Jungkook yang memintanya untuk kembali menjalin hubungan di belakang Eunji.
Setidaknya pria itu lekas melepaskan pelukannya usai Yuri menginjak, memberi hantaman pada kaki pria itu. Membuat bibir tipis sang pria melepaskan pangutan mereka, dengan Yuri yang buru-buru masuk ke dalam apartemen. Mengunci pintu, seperti hatinya yang berusaha ia kunci.
Sebenarnya jika Yuri mendengarkan suara egonya, jauh didalam sana ia menginginkan pria itu. Tidak ingin munafik, atau berpura-pura baik. Sebenarnya ada setitik rasa yang mampu membuat dadanya berdenyut bahagia. Saat Jungkook kembali mengejarnya, usai pria itu mengatakan seolah-olah ia tidak lagi dibutuhkan. Tapi pria itu kembali lagi, mengatakan seolah hubungan mereka punya harapan.
Yah, serumit itu perasaanya.
Tapi ia tidak bisa.........
"Maaf, Jung oppa, aku tidak ingin menyakiti hati eonnieku" Yuri diam-diam merindukan sebutan itu, tatkala bibir tipisnya memanggil Jungkook dengan sebutannya dulu.
Tapi yah, intinya disini Yuri memilih berusaha membuang egonya.
-------
Sial! bahkan kaki kuat itu melangkah tak tentu arah. Setelah ia memakirkan mobilnya lalu mulai menelusuri jalan sekitaran sungai han. Menapaki jalanan yang terlapisi oleh aspal-aspal khusus pejalan kaki.
Apakah ia baru saja di tolak?
Bahkan kepalanya terus menyangkal kata itu, Jungkook tidak pernah di tolak! mendengar penolakan Yuri, dan wanita yang Jungkook tanamkan benihnya itu mengusirnya dengan cepat-cepat mengunci pintu, seolah-olah ia adalah orang yang paling salah.
Jungkook bahkan beberapa kali menarikkan kurva bibirnya sebelah, tersenyum miring. Padahal, ketika Yuri masih jadi wanitanya, wanita itu menatapnya dengan pandangan yang memuja. Terus seperti itu, pada awal-awal hubungan mereka. Mereka saling memuja.
Lalu sekarang? Yuri menolaknya? Yakin jika wanita itu tidak menginginkannya lagi? Sial! Yuri seperti balas dendam, Jungkook serasa di campakan, seperti Jungkook mencampakan Yuri beberapa waktu yang lalu. Memang Jungkook beberapa waktu yang lalu meminta hubungan mereka berakhir, tapi. Ia tidak ingin melepas Yuri semudah itu, terlebih lagi Taehyung mulai gencar-gencarnya mendekati Yuri jika Jungkook perhatikan.
Apa Taehyung tidak peka? perut Yuri yang membuncit itu cukup membuktikan bahwa Jungkook sudah menghakpatenkan miliknya!
"Yuri, kau tidak akan bisa menolakku, kita lihat saja nanti apa yang bisa ku perbuat"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAIN [√]
FanfictionMengeja sakit yang berbaris pada riwayat, lalu beritahu di mana titik akhir itu? Bukan seperti daun maple yang bertabur karena arah angin, lalu menemui akhir. Ini lebih pelik daripada itu. Tapi, sejauh mana Shin Yuri mengeja langkah, untuk mencari p...